Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 20 Juni 2024, Berdoa Butuh Hati Bukan Otak

Elia dipuji oleh segala keturunan di Israel karena ia menjadi nabi yang taat setia mendengarkan firman Tuhan

|
Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Pastor John Lewar, SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Kamis 20 Juni 2024, Berdoa Butuh Hati Bukan Otak 

Oleh: Pastor John Lewar, SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Kamis 20 Juni 2024, Berdoa Butuh Hati Bukan Otak

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor

Hari Biasa Pekan XI (H).

Lectio:
Sirakh 48:1-14
Mazmur 97:1-2.3-4.5-6.7
Injil: Matius 6:7-15

Meditatio:
Pada umumnya orang tidak suka mendengar pembicaraan yang terlalu bertele-tele. Banyak orang menggerutu kalau misalnya pada sebuah kesempatan pesta pernikahan, kata sambutannya terlalu lama. Atau orang tidak betah jika seorang pastor terlalu lama berkotbah. Kita menginginkan pembicaraan itu singkat, tetapi mengandung makna dan arti yang mendalam.

Baca juga: Renungan Harian Katolik 18 Juni 2024, Tuhan Mengutus Nabi Elia

Sebab bicara terlalu banyak membuat orang seringkali lupa akan hal-hal yang penting. Pembicaraan akan menjadi luas dan kehilangan makna.

Kitab Putra Sirakh memberi kesaksian tentang nabi Elia. Elia dipuji oleh segala keturunan di Israel karena ia menjadi nabi yang taat setia mendengarkan firman Tuhan dan setia pula mewartakannya. Elia dipuji pertama-tama bukan kehebatannya tetapi karena firman Tuhan yang dengan setia ia pegang. Atas firman Tuhan langit dikunci olehnya dan api diturunkannya sampai tiga kali. Doanya yang tidak bertele-tele membuat kekeringan selama setengah tahun.

Dengan berbicara atas nama Tuhan, ia menutup langit dan dalam tiga kesempatan memohon turunnya api
dan dengan firman Tuhan membangkitkan orang mati (Sirakh 48: 2.4- 5). Rasul Yakobus mengatakan:”Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya ( Yak 5: 16b).

Dalam injil hari ini, Yesus mengajarkan kita cara berdoa. "Kalau kamu berdoa, janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah...." Inilah nasihat Yesus bagi para muridNya yang lagi bingung melihat praktek doa orang Farisi kepada Allah. Mereka menguraikan secara rinci doa mereka, seolah-olah Allah itu tidak beres telingaNya atau Allah dianggap masa bodoh, tidak punya kepedulian.

Mereka harus ulang terus-menerus kata-kata yang sama biar Allah bisa mengerti maksud dan tujuan mereka. Apakah doa macam ini menjadi pola doa kita juga?

Yesus memberi kita banyak ajaran tentang bagaimana berdoa yang baik. Doa yang panjang dan bertele-tele, sering dikagumi banyak orang, ternyata bukanlah cara berdoa yang baik kepada Allah. Malah doa yang panjang dan penuh embel-embel, dapat tersirat kesombongan hati.

Kemunafikan pun dapat terjadi. Artinya, doa yang panjang dan berteletele serta kedengarannya indah, itu tidak dihayati dan diamalkan dalam hidup sehari-hari. Antara doa dan kehidupan nyata, masih terdapat kesenjangan, tidak menyatu. Sikap hidup ini dilakukan oleh orang Farisi.

Contoh doa yang diajarkan Yesus adalah Doa Bapa Kami. Doa singkat tetapi sarat makna dan mengandung nilai spiritual yang tinggi. Dalam doa Bapa Kami kita menemukan beberapa hal pokok bagi kehidupan kita.

Yesus mengajarkan kita untuk memuliakan Allah, mohon kehendakNya dalam hidup kita, mohon diberi rejeki secukupnya, hidup kita tercukupi dan sejahtera untuk hari ini. Permohonan bukan untuk anak cucu, tetapi
rejeki untuk hari ini, sesudah itu mohon ampun atas dosa.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved