Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 9 Juni 2024, Karena Aku Percaya
Keinginan untuk berkuasa telah melahirkan dosa keserakahan yang memalukan: manusia ingin menjadi Tuhan.
Kondisi ini semestinya membuat mereka berlari kepada Tuhan. Namun mereka malu di hadapan Tuhan, karena mereka telah mencoba untuk merampas kedudukan Allah Yahwe sebagai Tuhan, sang pemilik kehidupan dan penentu batas tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh.
Keangkuhan manusia seperti dipertontonkan Adam dan Eva, ditunjukkan pula oleh sikap para ahli Taurat di hadapan Yesus.(Mrk. 3:20-35) Setelah menyembuhkan banyak orang sakit (Mrk. 3:7-12) lalu memilih kedua belas muridNya (Mrk.3:13-19), Yesus masuk ke sebuah rumah dan mengajar orang banyak. (Mrk.3:20).
Seperti biasa, semua orang yang melihat perbuatannya, mendengar pengajaran-Nya terpesona dan berlomba-lomba berada di dekat-Nya. (3:21) Entusiasme orang banyak itu mengganggu ambisi para ahli Taurat.
Mereka lalu melontarkan tuduhan bahwa Ia tidak waras; Ia kerasukan belzebul dan dikuasai oleh Setan. Ada juga yang berkata, “Dengan pemimpin setan, Ia mengusir setan.” (Mrk. 3:22).
Tuduhan ini kejam sekali, inilah dosa melawan Roh Kudus, dosa yang tidak terampunkan bagi manusia. Ungkapan dosa melawan Roh Kudus sendiri agak sulit dijelaskan. Tapi dari penjelasan Yesus kita mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan dosa yang tidak terampunkan di sini adalah penolakan terhadap setiap kebaikan yang dilakukan dan dikatakan oleh Roh Kudus.
Para ahli Taurat, takut kehilangan pengaruh sosial. Mereka khawatir kalau-kalau orang-orang yang mendengarkan Yesus, dengan sendirinya meninggalkan mereka. Dengan begitu mereka akan kehilangan pengaruh. Kekhawatiran akan hilangnya kekuasaan dan pengaruh sosial adalah hal yang jauh lebih penting.
Ini adalah logika dunia, varian lain dari dosa Adam danHawa: yang ingin menggantikan kebenaran dengan kekuasaan, bahkan ingin menguasai kebenaran. Maka berbeda dengan orang banyak mereka bahikan tidak melihat keajaiban dari kata-kata dan tindakan TuhanYesus.
Sikap berdalih Adam dan hawa serta keangkuhan para ahliTaurat, menunjukkan bahwa menjadi percaya itu tidak mudah. Karena keputusan untuk percaya dan beriman pada Tuhan, adalah sebuah pengorbanan. Seseorang yang ignin percaya dengan sungguh-sungguh harus rela untuk menundukkan kehendak bebas dan pikirannya sendiri pada kehendak Tuhan.
Sikap Adam dan Hawa yang mencurigai kebaikan Tuhan, atau tanggapan para ahli Taurat yang menyamakan kebaikan Tuhan dengan perbuatan setan, membuat mereka tidak sanggup menanggapi kebaikan Tuhan dengan jawaban yang sepadan.
Kita belajar dari pengalaman ini. Sampai kapanpun, bagi setiap orang yang tidak percaya, seribu mujizat tidak akan bernilai. Sebaliknya mata, telinga dan hati seorang yang percaya akan sanggup mengenal ribuan mujizat yang dikerjakan Tuhan melalui semua hal yang dijumpai dalam hidup.
Karena Aku Percaya
Inilah pentingnya menjadi percaya. Percaya berarti bersedia merelakan kebebasan diri sendiri pada kehendak Tuhan. Setiap orang dapat mengenal kehendak Tuhan melalui korespondensi antara hasrat hati akan semua yang adil, semua yang baik, semua yang indah yang sanggup menarik hati semua orang.
Dan Injil hari ini (Mrk. 3:20-35) memperlihatkan kalau semua hasrat manusia itu dipenuhi dalam kehadiran sosok Kristus sendiri. Kejujuran serta spontanitas orang banyak menemukan pemenuhan dalam kehadiran Kristus sendiri.
Kehadiran Kristus sendiri adalah konfirmasi dari semua hal yang paling dicari oleh manusia. Para ahli Taurat tidak sanggup mengenal kehadiran ini, karena yang mereka cari bukanlah yang esensial untuk hasrat hati mereka. Yang mereka cari adalah kekuasaan.
Dan bagi mereka Yesus hanya akan disebut Allah sejauh kehadiran-Nya menegaskan keinginan mereka untuk tetap berkuasa. Inilah pilihan mereka. Karena itu mereka sulit untuk percaya pada-Nya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.