Berita Kota Kupang

KOMPAK Kupang Gelar Workshop Perumusan Indikator Sekolah Keberagaman

KOMPAK Kupang menggelar workshop perumusan indikator sekolah keberagaman di kantor DPD RI Perwakilan NTT

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
WORKSHOP - Komunitas Peace Maker Kupang saat menggelar workshop perumusan indikator sekolah keberagaman. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Komunitas Peace Maker (KOMPAK) Kupang menggelar workshop perumusan indikator sekolah keberagaman.

Kegiatan digelar di aula lantai 3 kantor DPD RI Perwakilan NTT, jalan Polisi Militer, Kota Kupang, Sabtu 8 Juni 2024.

Acara itu melibatkan tiga narasumber dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, aktivitas Emi Sahertian dan akademisi Undana Rudi Rohi, yang dipandu Winston Rondo.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ayub Sanam ketika membuka kegiatan itu mengatakan, tidak banyak komunitas yang memikirkan hal itu.

Ayub Sanam menyebut, pihaknya melihat KOMPAK punya perhatian terhadap isu tesebut. Ia menyampaikan terima kasih karena KOMPAK serius memikirkan terutama dalam internalisasi toleransi atau keberagaman dalam pelajaran yang masif.

"Kita tidak boleh berpuas diri dengan peringkat toleransi tertinggi secara nasional. Karena bagaimanapun budaya toleransi itu selalu melekat dan sepanjang ada penyesuaian," kata dia.

Harapannya sejumlah sekolah yang mengikuti kegiatan ini bisa menerapkan hasil dari kegiatan ini ke sekolah masing-masing.

Ayub Sanam mengaku, pihaknya juga menjalin kerjasama sama dengan berbagai pihak lainnya untuk membantu siswa di tingkat SMA/SMK/SLB dalam merancang pembelajaran.

Baca juga: KOMPAK Kupang dan Teman Jeriko Bahas Kota Kupang Rukun dan Damai  

Pada materinya Ayub menyebut terciptanya budaya terjadi karena ada upaya awal untuk mencoba-coba. Hal itu kemudian menjadi kebiasaan hingga menjadi budaya.

Ia mengatakan, toleransi sangat diperlukan. Banyak suku dan latar belakang dari manusia di Indonesia, hampir sebagian besar total suku yang ada di Indonesia, ada di NTT.

Di samping itu, dalam mengembangkan toleransi di sekolah, perlu ditanamkan

pemahaman bahwa Indonesia merupakan negara pluralistik dan belajar dalam perbedaan, membangun saling percaya serta memelihara saling pengertian.

"Menjunjung tinggi sikap saling menghargai dan jadikan toleransi sebagai budaya sekolah," kata dia menambahkan.

Adapun bentuk perwujudan toleransi di sekolah antara lain, tidak melarang siswa untuk mengenakan pakaian atribut keagamaan sesuai dengan agama yang dianutnya.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved