Berita NTT

Pemprov NTT Ungkap Pembangunan Jembatan Palmerah di Flotim Tunggu Biaya Lanjutan

Pemprov NTT mengungkap pembangunan Jembatan Pancasila Palmerah di Flores Timur sedang menunggu pembiayaan lanjutan

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
PARIPURNA - Sekda NTT, Kosmas Lana saat membacakan tanggapan Gubernur NTT atas pandangan fraksi terhadap LKPD 2023 di paripurna DPRD NTT. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT mengungkap pembangunan Jembatan Pancasila Palmerah di Flores Timur (Flotim) sedang menunggu pembiayaan lanjutan.

Sekretaris Daerah (Sekda) NTT Kosmas D Lana mengatakan, pembangunan pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTA), sebelumnya sudah dilakukan pertemuan pada 26 Maret 2024 lalu.

Pertemuan itu antara Kementerian PUPR sebagai penanggung jawab teknis pembangunan jembatan dan PT PLN terkait nilai jual listrik, serta PT Tidal Bridge terkait pembangunan fisik tentang kelanjutan pembangunan jembatan itu.

"PT Tidal Bridge akan menangani pembangunan fisik dan sementara menunggu proses pembiayaan lanjutan pembangunan melalui Dana Loan yang akan disalurkan melalui Kementerian PUPR," kata Kosmas Lana membacakan tanggapan Gubernur NTT atas pandangan fraksi terhadap LUPA 2023, Rabu 5 Juni 2024.

Jawaban Pemprov NTT itu merupakan pandangan fraksi PKB. Namun begitu, tidak ada penjelasan lebih detail mengenai pembangunan jembatan yang bakal menghubungkan pulau Flores dan Adonara di Kabupaten Flotim itu.

Kuasa Direktur PT Tidal Bridge Indonesia Larantuka, Dr. Ir. Andre W  Koreh, MT beberapa waktu lalu menyampaikan mengenai penjelasan Direktur Utama PT. Tidal  Bridge Indonesia, Latief Gau ketika pertemuan di PUPR.

Turbin PLTAL yang dipasang di Jembatan Pancasila Palmerah Larantuka, Ibukota Kabupaten Flores Timur merupakan turbin ramah lingkungan.

Baca juga: Pembahasan MoU 4 Pihak PLTAL Larantuka di Jembatan Pancasila Palmerah Ditunda

Turbin itu nantinya tidak merusak biota laut, termasuk ikan- ikan yang ada  di selat tersebut.

Latief Gau, kata Andre Koreh, menjelaskan hal itu dalam rapat dengan Deputy I KSP, Febry Calvin Tetelepta di Ruang Rapat Utama Gedung Bina Graha Kantor Staf Presiden, Jalan Majapahit , Gambir - Jakarta Pusat pada Selasa, 26 Maret 2024 pukul 10.00 WIB.

Rapat yang diinisiasi oleh pemerintah pusat melalui Deputi I Kepala Staf Presiden Republik Indonesia yang membidangi Infrastruktur , Energi dan Investasi, Febry C. Tetelepta ini dihadiri oleh Kementerian PUPR (Direktorat Jembatan), Kementerian ESDM, PT. PLN (Direktur Perencanaan  Korporat dan Pengembangan Bisnis), Dirut PT. Tidal Indonesia , Pemda NTT (Kepala Bappeda NTT, Kadis PUPR NTT dan Kadis ESDM  NTT).

Ketiga agenda yang dibahas tersebut, yakni  rencana pembangunan PLTAL Larantuka, pembahasan usulan pembangunan Jembatan Selat Larantuka atau Jembatan Pancasila Palmerah  untuk mendukung PLTAL Larantuka, dan pembahasan potensi dukungan dan kerja sama dalam rangka percepatan pembangunan PLTAL Larantuka.

Menurut Latief Gau, turbin yang akan dipasang di Jembatan Pancasila Palmerah Larantuka nantinya adalah Screw Turbin. Turbin ini adalah pilihan turbin yang ramah lingkungan dengan diameter sekitar 8 meter sehingga  memenuhi standar green peace. Keberadaan turbin ini tidak mengganggu atau merusak biota laut termasuk ikan- ikan yang ada  di selat tersebut.

Teknologi yang digunakan, jelas Latief Gau, adalah memasang turbin dengan digantung di badan jembatan dengan model seperti  "laci meja.” Untuk pemeliharaannya bisa dimasukkan dan dikeluarkan dari bawah kolong jembatan.

Panjang Jembatan Pancasila Palmerah Larantuka adalah 800 meter, terdiri dari 250 meter arah Larantuka dan 150 meter arah Adonara adalah Jembatan Sipil (civil Bridge).

Baca juga: Penjabat Gubernur NTT Diharapkan Hadir Bahas MoU PLTAL Larantuka di Jembatan Pancasila Palmerah

Sedangkan 400 meter di tengah -tengah jembatan adalah Jembatan Tidal (Tidal Bridge) dimana di segmen 400 meter inilah , turbin akan digantungkan untuk menghasilkan energi listrik.

Teknologi arus laut ini adalah teknologi yang sudah proven sistem atau sudah digunakan di beberapa negara sejak abad 12 di Belanda ,di United  Kingdom, Perancis, Portugal dan Korea.

Dalam perjalanannya,  turbin yang digunakan terus berkembang. Dari semula turbinnya ditanam di dasar laut menjadi  turbin yang mengapung di permukaan laut.

Latief Gau mengatakan, potensi arus laut di dunia mencapai 7.800 TWH. Artinya masih banyak energi  arus laut yang belum dieksplorasi secara maksimal sebagai energi  untuk kepentingan manusia.

Sementara di Indonesia, demikian Latief Gau, potensi arus laut juga sangat besar mengingat kondisi geografi Indonesia yang ber pulau pulau dan diapit dua samudra , sehingga di antara selat-selatnya terdapat arus laut yang sangat besar untuk digunakan sebagai energi.

Khusus untuk potensi arus laut di selat sempit Larantuka ( selat Gonzalo) , menurut BRIN  potensi arus laut di selat ini bisa menghasilkan 300 MW.

Untuk tahap awal  PT. Tidal Bridge akan membangun power plant dengan kapasitas 40 MW yang dibangun secara modular. Artinya akan bisa dikembangkan duplikasinya sesuai dengan perkembangan kebutuhan listrik di Pulau Flores - Adonara dan sekitarnya. (fan)

Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved