Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Selasa 4 Juni 2024, “Menjadi Hak Allah”
Kita masih lebih memilih untuk tidak memenuhi tuntutan yang harus kita berikan bagi Allah dari pada kepada negara.
Lalu mereka mereka menunjukkan sekeping dinar kepada Yesus dan bertanya: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.”
Atas jawaban mereka itu, Yesus menjawab mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah!”
Dalam jawaban Yesus ini terlihat ketegasan Yesus dalam membedakan antara negara dan agama. Memberi hak kepada Kaisar dan kepada Allah itu berarti tuntutan negara tak boleh diabaikan apalagi juga tuntutan kepada Allah juga tak boleh diabaikan. Memberi hak kepada Kaisar dan hak kepada Allah itu sama artinya dengan kita tak bisa mengabaikan satu dengan yang lainnya.
Tuntutan membayar pajak seperti yang diajukan oleh orang-orang Farisi itu adalah tuntutan yang harus dibuat oleh seorang warga negara tetapi pada saat yang sama, semua kita juga adalah warga Allah maka tuntutan untuk memberikan hak kepada Allah tak dapat dihindari.
Yesus sama sekali tidak membedakan tugas kita sebagai warga negara dan sebagai warga Allah. Yang terpenting adalah kesetiaan kita kepada Allah dan kepada negara tak boleh disepelekan. Tuntutan membayar pajak kepada negara adalah juga sebuah kewajiban maka tuntutan kewajiban kita kepada Allah juga harus tetap dijalankan. Ini soal komitmen dan kesetiaan kita kepada Allah dan kepada negara.
Bagaimana dengan kita? Kita juga hidup di dalam negara yang memiliki tuntutan pajak maka kita pun wajib taat akan tuntutan ini untuk membayar pajak itu.
Namun kadang mirisnya adalah ketika tuntutan kepada Allah lewat kolekte atau sumbangan untuk paroki atau apapun itu, kita bahkan masih bersungut-sungut bahkan seperti meremehkan atau tuntutan untuk datang misa setiap hari minggu pun dirasakan sangat membebankan. Kita masih lebih memilih untuk tidak memenuhi tuntutan yang harus kita berikan bagi Allah dari pada kepada negara.
Kita lebih takut akan dituntut oleh negara dalam membayar pajak yang hanya masuk penjara atau denda dari pada takut dituntut oleh Allah yaitu jiwa kita sendiri. Maka marilah kita belajar untuk tetap setia kepada kewajiban dari tuntutan Allah bagi kita agar kita akan didapatiNya tanpa cacat dan bercelah pada kedatanganNya.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: kita semua adalah warga Negara dan warga Allah. Maka kita harus seimbang dalam menjalankan hidup kita.
Kedua, kewajiban atas tuntutan dari Negara yang harus diberikan harus sama juga diberikan kepada Tuhan.
Ketiga, maka hanyalah kesetiaan yang akan membawa kita pada jalan yang benar sehingga kita layak di hadapan Tuhan.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.