Berita Sumba Timur
BCA dan WARLAMI Beri Pembinaan Wastra Warna Alam Bagi 50 Pengrajin Tenun Ikat di Sumba Timur
Pembinaan sebagai bentuk dukungan perusahaan terhadap pelestarian budaya sekaligus pengembangan ecofashion wastra warna alam di bumi Sumba Timur
Penulis: Mutiara Christin Melany | Editor: Edi Hayong
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Christin Malehere
POS-KUPANG.COM, WAINGAPU - Sebanyak 50 orang pengrajin tenun ikat dari lima desa/kelurahan di Sumba Timur mendapatkan pembinaan Wastra Warna Alam dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA) bekerjasama dengan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (WARLAMI).
Adapun 50 Pengrajin tenun ikat dari Lima desa/kelurahan antara lain Kelurahan Kawangu, Kelurahan Watumbaka, Desa Kambatatana, Desa Persiapan Praiklimbatu, dan Desa Persiapan Wukukalara akan menjalani pelatihan selama enam bulan kedepan.
Pembinaan sebagai bentuk dukungan perusahaan terhadap pelestarian budaya sekaligus pengembangan ecofashion wastra warna alam di bumi Sumba Timur.
Dalam rilis yang diterima POS-KUPANG.COM, Minggu, 12 Mei 2024, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, pembinaan yang dilakukan BCA melalui Bakti BCA dan WARLAMI bertujuan mengembalikan tradisi wastra warna alam di Sumba Timur.
“Melalui program pembinaan ini, kami berharap dapat memacu gairah komunitas penenun di Sumba Timur untuk kembali memproduksi wastra warna alam. Selain menghidupkan kembali tradisi yang tergerus zaman, wastra warna alam memiliki nilai ekonomi lebih tinggi seiring meningkatnya tren ecofashion saat ini. Wastra warna alam dapat menjadi katalis peluang ekonomi bagi masyarakat Sumba Timur,” harapnya.
Baca juga: Inovasi Gerakan Pengendalian Belalang Kembara Bawa Sumba Timur Raih Penghargaan KOIN-YANLIK
Pihaknya menambahkan, tenun ikat bukan produk kerajinan yang asing bagi masyarakat Sumba Timur. Kendati begitu, penggunaan warna alam dalam proses penciptaannya kian luntur seiring waktu berjalan.
“Selain produksinya yang panjang, pewarna alam dianggap lebih sulit pembuatannya ketimbang pewarna sintetis. Keadaan itulah yang menyebabkan rendahnya pamor warna alam di kalangan pengrajin tenun,” ucapnya.
Salah satu peserta pembinaan wastra warna alam di Sumba Timur yang antusias mengikuti kegiatan ini adalah Padu Ata Ndima.
Wanita dari Desa Kambatatana ini senang mengikuti pelatihan yang diselenggarakan BCA dan WARLAMI karena memperoleh ilmu baru mengenai warna alam untuk wastra.

“Pelatihan ini bermanfaat buat kami yang menenun dan kami mendapatkan ilmu baru mengenai pewarna alam. Memang, kami sudah biasa dengan pewarna alam. Akan tetapi, kami bisa mendapatkan wawasan warna alam yang berbeda dari pelatihan bersama BCA ini," kata Padu Ata Ndima.
"Ke depannya, kami berharap BCA dapat membantu memasarkan kain-kain tenun kami. Terima kasih BCA karena sudah mengadakan pelatihan ini, sehingga ke depannya kami dapat melanjutkan semangat ini guna memperoleh hasil lebih bagus,” sambungnya.
Bakti BCA bersama WARLAMI berupaya mengembalikan tradisi tenun warna alam seiring meningkatnya potensi perkembangan industri fesyen berwawasan lingkungan.
Researchandmarket.com (2019) menghitung nilai pasar pewarna alam dunia dapat mencapai US$5 miliar pada 2024 dengan pertumbuhan per tahun sekitar 11 persen sepanjang 2018-2024.
Tren pasar yang semakin memperhitungkan dampak lingkungan dalam proses produksi menjadi pendorong utama popularitas pewarna alam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.