Opini
Opini: Menanggapi Tulisan Robert Bala: Siapa itu Penulis?
Siapa itu penulis? Penulis adalah orang yang menulis dan menerbitkan tulisannya. Lokasinya, sejatinya, tidak jadi soal, apalagi pada zaman Internet.
Namun, untuk tulisan tertentu oleh penulis yang masih hidup, dialog jelas harus, jika, memang, diperlukan. Pengadilan, misalnya, sering melakukan dialog dengan penulis ketika, misalnya, tulisannya, menurut pihak tertentu, bersifat melecehkan. Sebab kata selalu punya makna dalam konteks dia digunakan dan, karena itu, hanya penulis yang bisa memastikan apa yang dia maksudkan.
Selain itu, membaca sebuah teks secara dialogis, dalam sejarah, sejatinya, tidak salah. Bahkan harus. Amerika Serikat (AS), misalnya, bisa jadi rujukan. John F. Kennedy, Presiden AS, pernah mengatakan ini pada pidato pelantikannya sebagai Presiden AS (pidato tertulis) pada tahun 1960: So, my fellow Americans, ask not what your country has done for you; ask what you have done for your country!
Kalimat itu begitu menyihir, sehingga dikutip oleh begitu banyak orang di bumi ini. Orang kemudian bertanya kepada penulis pidatonya, apakah dia yang menulis kalimat itu atau John F. Kennedy sendiri. Jadi, ada dialog di situ. Dialog itu, tentu, penting supaya orang lebih percaya diri untuk mengatakan bahwa John F. Kennedy-lah yang mangatakan itu atau bukan.
Namun, dalam dialog itu, sayangnya, penulis pidato itu hanya mengatakan bahwa dia hanyalah seorang penulis pidato. Saya menyinggung ini, tentu, bukan untuk mencari tahu siapa sejatinya yang menciptakan ungkapan tersohor itu, tetapi untuk menunjukkan bahwa dialog untuk sebuah tulisan bukan sesuatu yang haram.
Dengan demikian, dialog untuk sebuah tulisan halal. Walaupun demikian, jika kembali ke kritik saya terhadap opini RB, sejatinya, saya tidak sedang mengadakan dialog dalam tulisan itu. Saya membaca tulisan RB dan menyampaikan ide saya berdasarkan tulisannya. Tidak ada dialog, bukan?
Pertanyaan saya, pada judul tulisan itu, sejatinya, lebih sebagai monolog. Bukan dialog. Sebab saya menjawab sendiri pertanyaan itu dengan mengatakan, antara lain, bahwa yang tidak tahu diri adalah pemegang kekuasaan yang salah dalam melaksanakan tugasnya seperti koruptor. Karena tidak semua pemegang kekuasaan itu korup, simpulan RB di akhir tulisannya yang mengatakan bahwa semuanya tidak tahu diri salah. Itu, jelas, monolog, bukan dialog, bukan?
Baca juga: Opini: Siapa yang Tidak Tahu Diri? Sebuah Tanggapan atas Tulisan Robert Bala
Keenam, soal menulis dan menerbitkan tulisan di harian nasional. Menurut RB, kalau seseorang belum pernah menerbitkan tulisannya di harian nasional seperti Kompas, orang itu belum layak disebut sebagai penulis. Dia mengutip Masri Sareb Putra, seorang penulis, yang mengutip kata orang, entah siapa, yang berkata, "Kalau tulisan belum nembus Kompas, belum sah jadi penulis (artikel). Tak peduli berapa banyak tulisan Anda dan dimuat media lain. Kalau belum bisa nembus Kompas, belum menjadi penulis sejati.”
Itu ide, jelas, salah, RB. Ada banyak penulis top di negeri ini yang, saya kira, tidak pernah menulis di koran nasional. Mengatakan bahwa mereka tidak sah sebagai penulis, jelas salah. Salah besar. Itu, bahkan, sebuah pelecehan. Saya sendiri pernah menulis di Kompas, dan saya bersyukur kepada Kompas untuk itu, tetapi pengesahan saya sebagai penulis bukan itu satu-satunya. Artinya, saya sah sebagai penulis, walaupun Kompas tidak pernah menerbitkan tulisan saya.
Dengan demikian, kembalilah kita pada judul tulisan saya ini, maaf, dalam tanda tanya lagi: Siapa itu penulis? Penulis adalah orang yang menulis dan menerbitkan tulisannya. Lokasinya, sejatinya, tidak jadi soal, apalagi pada zaman Internet ini. Penulis sebuah tulisan yang terbit di Internet, dengan penerbit yang jelas, sah secara hukum, dan terbaca secara global, harus dianggap sebagai penulis, bukan?
Namun saya sepakat dengan RB, “Mari kita belajar beropini.”
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.