Opini

Opini: Solusi Mengatasi Kemiskinan Ekstrem

PBB mendefinisikan kemiskinan ekstrem sebagai suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya kebutuhan dasar manusia secara parah.

|
Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Dr Yosua Noak Douw, S.Sos, M.Si, MA. 

Sedangkan persentase penduduk miskin perkotaan Maret 2023 sebesar 7,29 persen, menurun dibandingkan September 2022 sebesar 7,53 persen.

Sementara persentase penduduk miskin perdesaan Maret 2023 sebesar 12,22 persen, menurun dibandingkan September 2022 sebesar 12,36 persen.

Dibanding September 2022, jumlah penduduk miskin Maret 2023 perkotaan menurun sebanyak 0,24 juta orang (dari 11,98 juta orang pada September 2022 menjadi 11,74 juta orang pada Maret 2023).

Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan menurun 0,22 juta orang (dari 14,38 juta orang pada September 2022 menjadi 14,16 juta orang pada Maret 2023).

Garis Kemiskinan pada Maret 2023 tercatat sebesar Rp550.458 per kapita per bulan dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 408.522 (74,21 persen) dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 141.936 (25,79 persen).

Pada Maret 2023, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,71 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp2.592.657 per rumah tangga miskin per bulan.

Lokus Papua

Dalam konteks Papua, sebelum hadirnya daerah otonom baru provinsi hingga saat ini —suka tidak suka dan bisa saja debatable— sebagian warga masyarakat masih berkubang dalam kemiskinan hingga kemiskinan ekstrem.

Sebagian besar penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan, mengalami keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan. Kemiskinan ekstrem terjadi karena ada sejumlah faktor pemicu.

Faktor-faktor dimaksud di antaranya ketimpangan pembangunan, kesulitan akses terhadap sumber daya alam, dan konflik sosial yang sering melanda sejumlah kabupaten di Papua.

Hal tersebut berdampak pada kondisi kesehatan warga dan kondisi pendidikan masyarakat yang buruk. Hal tersebut membawa dampak terhadap menurunnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi di daerah tersebut.

Sedangkan kemiskinan ekstrem dapat dilihat dari berbagai dan aspek. Pertama, kemiskinan ekonomi. Kemiskinan ekonomi yang meliputi kekurangan pangan, persediaan air bersih, sanitasi yang tidak memadai, dan daya beli masyarakat yang minim.

Jenis kemiskinan ekonomi dapat dilihat dari rendahnya penghasilan dan pendapatan dan terbatasnya akses masyarakat terhadap lapangan kerja produktif.

Kedua, kemiskinan kesehatan. Kemiskinan kesehatan meliputi masalah gizi buruk, penyakit menular, kelaparan, dan akses yang terbatas terhadap pelayanan kesehatan memadai.

Jenis kemiskinan kesehatan dapat dilihat dari tingginya angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan rentang harapan hidup yang rendah.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved