Berita NTT
Anak Difabel Berhak Sekolah dan Menikmati Layanan Kesehatan yang Inklusif dan Berkualitas
Lebih lanjut Iren juga menyampaikan bahwa dia dan teman-temannya aktif melakukan aktivitas fisik di sekolah.
Penulis: Adrianus Dini | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Adrianus Dini
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Kegiatan Jalan Sehat dan Kampanye Hak Anak Difabel merupakan kolaborasi bersama seluruh SLB se-Kota Kupang, Dinas Pendidikan dan BPMP Provinsi NTT, Prodi Penjaskesrek Undana, Pusat Layanan Autis NTT, Garamin, Wahana Visi Indonesia (WVI) dan komunitas atau Lembaga pemerhati disabilitas di NTT.
Sejak Januari 2024, Wahana Visi Indonesia (WVI) bersama Prodi Penjaskesrek FKIP Undana melakukan pelatihan guru dan pendampingan Gerakan Sekolah Sehat (GSS) melalui program BOKS (Build Our Kids’ Success) kepada 4 sekolah luar biasa (SLB) di Kota Kupang.
Demikian rilisan yang diterima Pos Kupang dari Tim WVI, Sabtu, 20 April 2024.
Program ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas sekolah dalam meningkatkan kebugaran jasmani dan pemenuhan gizi siswa difabel di sekolah mereka.
Kegiatan ini dilaksanakan saat Car Free Day, Sabtu, 20 April 2024 dengan dihadiri oleh 270 siswa dan puluhan guru serta orang tua dari empat Sekolah Luar Biasa di Kota Kupang (SLB Asuhan Kasih, SLB Kota Radja, SLB Pembina, dan SLB Kota Kupang).
Tujuan jalan sehat dan kampanye bersama ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang inklusivitas di Kota Kupang dan NTT dan bentuk dukungan bersama bahwa setiap anak memiliki hak untuk belajar, bertumbuh, dan berkembang secara optimal.
Baca juga: WVI Gandeng DP2KBP2A Gelar Bimtek Mekanisme Verifikasi Pemenuhan Indikator Desa/Kelurahan Layak Anak
“Saya senang sekali mengikuti kegiatan ini. Saya bisa menyanyi juga dan bisa main bersama teman-teman di sini,” kata Iren, salah satu siswa dari Sekolah Luar Biasa yang mengikuti kegiatan ini.
Lebih lanjut Iren juga menyampaikan bahwa dia dan teman-temannya aktif melakukan aktivitas fisik di sekolah.
“Saya dan teman-teman di sekolah juga diajari gerakan-gerakan yang diberikan oleh program BOKS. Dari kegiatan itu kami jadi semakin semangat mengikuti pelajaran dan juga dan tentu saja kami jadi punya tubuh yang sehat,” terang Iren, siswa dengan tuna netra yang memiliki suara indah.
Sementara, Yanti, orang tua Iren, mengaku senang dengan kegiatan ini.
“Saya berharap kegiatan ini bisa terus ada agar anak-anak difabel yang memiliki talenta yang berbeda-beda bisa menampilkannya sehingga orang-orang bisa melihat bahwa anak-anak difabel juga hebat dan mampu. Anak-anak difabel jangan lagi dipandang sebelah mata,” tuturnya.
Kampanye ini mengangkat pentingnya memberikan kesempatan yang sama bagi anak-anak penyandang disabilitas/difabel untuk bisa sekolah dan mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas sesuai kebutuhannya masing-masing.
Pada momen yang sama, Amini, Ketua Musyawarah Kepala Sekolah (MKKS) SLB se- Kota Kupang mengaku sangat senang bisa kumpul SLB se-Kota Kupang, PLA, dan masyarakat luas untuk memberitahukan bahwa SLB itu BISA.
"Jadi bukan seperti anggapan orang bahwa SLB adalah anak berkebutuhan khusus yang tidak didik. Padahal anak-anak berkebutuhan khusus memiliki banyak keterampilan dan kelebihan melalui bimbingan yang kami berikan. Selain itu juga, kami ingin agar masyarakat melihat bahwa SLB itu bisa dan mampu bergaul dengan masyarakat luas. Saya dan teman-teman dari MKKS akan berupaya agar kegiatan ini bisa terus berjalan secara rutin” ucapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.