Opini

Opini: Era Perang Kembali

Seperti serangan Rusia ke Ukraina yang tidak dapat dicegah oleh siapa pun, saling serang Israel dan Iran, juga tidak mampu dicegah siapa pun.

Editor: Dion DB Putra
AFPTV/AFP
Foto Video yang diambil dari AFPTV yang diambil pada 14 April 2024 ini menunjukkan ledakan-ledakan yang menerangi langit di Hebron, wilayah Palestina, selama serangan Iran terhadap Israel. Garda Revolusi Iran mengkonfirmasi pada 14 April 2024 bahwa serangan pesawat tak berawak dan rudal sedang berlangsung terhadap Israel sebagai pembalasan atas serangan pesawat tak berawak yang mematikan pada 1 April di konsulat Damaskus. 

Jargon Hak Asasi Manusia (Human Rights) dan Kemanusiaan (humanity) ternyata ada batasnya dalam kerangka politik global. Kasta-kasta manusia dalam kebijakan politik internasional sangat terkait dengan kekuatan dan aliansi militer negara bersangkutan.

Era perang global ditandai dengan ketidakmampuan sistem global menanggapi perbudakan moderen, dan meletakan relasi diplomatik untuk menyelesaikan perselisihan antar negara.

Akibatnya dimana-mana, pengungsi (refugees) dan gelandangan tanpa negara (stateless) bermunculan. Kematian para pengungsi dimana-mana, dan pengusiran pengungsi yang terjadi di Eropa dan Indonesia juga menunjukkan melemahnya kemanusiaan.

Kaum Pacifis di Era Perang Baru

Seruan pembuatan blok politik baru yang diusung Presiden Sukarno dan para pemimpin negara-negara lain lewat Konferensi Asia Afrika hingga hari ini masih sangat relevan untuk dilanjutkan. Meskipun pandangan Sukarno ini juga dianggap absurd oleh sebagian orang yang mempertanyakan netralitas sebagai jalan alternatif dalam konteks perang.

Seorang warga negara lain pernah berkomentar tentang posisi Indonesia ini, ‘Tidak mungkin anda duduk di atas pagar, pada saat perang, yang ada anda akan menjadi sasaran tembak’. Sukarno memang menjadi sasaran tembak bersama. Mao Tse tung menulis puisi tentang daun-daun yang gugur terlalu awal tentang peristiwa ini.

Kini, di Indonesia yang ‘para pemimpinnya gila’, hanya sibuk mengurus trah dan klan politik keluarga, tidak mungkin ada cendekiawan-cendekiawan politisi kelas dunia lahir dari Indonesia. Dengan pengetahuan normatif, kemampuan para diplomat pun terasa amat terbatas.

Konsep tegak lurus partai politik pun terasa amat menyakitkan kaum marhaen, karena yang sedang dilembagakan adalah dinasti, bukan watak orang merdeka Sukarno. Partai-partai lain juga tidak ada bedanya. Nepotisme yang pernah dikutuk kini disembah menjadi kebiasaan baru.

Eskalasi perang di Eropa dan Timur Tengah, tentu akan berimbas ke Indonesia. Sudah terbukti naluri faksi agama bisa dimainkan pada saat Pilkada Jakarta. Perang Israel-Iran kembali membuktikan jika anda bersembayang terlalu serius, anda malah tidak bisa berpikir.

Khususnya berpikir tentang kemungkinan lain selain perang, sebab garis hidup-mati langsung diarahkan ke atas. Bagaimana anda bisa berdialog dengan orang yang menggap kematian sebagai hal suci, perang adalah pintu surga, dan yang lain (others) sebagai sasaran tembak?

Di Indonesia penetrasi sosial media yang merata di berbagai daerah dari Barat Indonesia hingga Timur Indonesia juga menjadi sasaran proxy war dari Iran dan Israel.

Agitasi Iran menyebar merata di media sosial di Barat. Di Timur penyebaran dan penggunaan Bintang Daud di ruang publik juga marak, dan kerap diasosiasikan dengan salib.

Diksi ‘Judeo-Christian’ pun baru muncul pasca Perang Dunia II. Ini yang membuat saya merenung lama, ketika melihat bendera Israel diletakan persis di samping tiga salib pada saat Paskah di satu pojok jalan di kampung.

Di satu sisi, minggu Paskah kita sedang merenung minggu penderitaan, dan di saat yang sama membayangkan anak-anak Gaza yang mati tertimpa bom, kelaparan, dan bantuan kemanusiaan lewat jalur udara. Wajah kawan-kawan asal Palestina dan Israel melintas di benak. Tragedi terlihat, tetapi tidak ada jalan keluar.

Pilihan dan Waktu yang terbatas

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved