Berita Internasional
Mengenang Genosida Rwanda 30 Tahun Silam, Korban Jiwa Hampir Satu Juta Orang
Tidak hanya orang-orang Tutsi, orang-orang Hutu moderat atau mereka yang menentang genosida tersebut juga ikut menjadi target dalam tragedi itu.
Human Rights Watch memperkirakan setidaknya 500.000 orang Tutsi atau 77 persen dari populasi mereka pada tahun 1991 tewas terbunuh.
Desa Rekonsiliasi
Pada tahun 2005, pemerintah bersama dengan Prison Fellowship Rwanda, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM), membangun enam desa rekonsiliasi di seluruh penjuru Rwanda.
Pembentukan desa-desa ini diharapkan dapat membangun kembali kehidupan bersama mereka. Desa-desa ini juga diharapkan dapat menciptakan kesetaraan antara kedua kelompok etnis serta mencegah orang melakukan balas dendam atas genosida tahun 1994 itu.
Salah satu desa rekonsiliasi itu adalah Desa Mbyo di mana Al Jazeera berbicara dengan Mukaremera Laurence, penyintas genosida yang hidup berdampingan dengan pembunuh suaminya pada saat insiden genosida, Nkundiye Thacien.
Sebelum genosida, mereka merupakan tetangga yang berteman baik. Namun di tahun 1994, Thacien mengaku mendapat perintah untuk membunuh. Salah satu korbannya tak lain adalah suami dari tetangganya itu.
“Itu adalah perintah dan jika Anda tidak mematuhinya, mereka mengancam akan membunuh keluarga Anda,” kata Thacien kepada Al Jazeera.
“Jadi saya merasa harus melakukannya.” Laurence baru mengetahui bahwa yang membunuh suaminya adalah Thacien di tahun 2003 setelah Thacien menulis surat kepadanya dari penjara dan mengakui perbuatannya.
Pemerintah saat itu telah mengadopsi undang-undang yang mengizinkan pengurangan hukuman penjara jika pelaku mau mengakui telah terlibat atas pembunuhan tersebut.
“Saya merasa sangat bersalah bahkan ketika saya melakukannya, namun di penjara saya tahu saya harus menghadapi tindakan saya,” kata Thacien.
Ketika Laurence menerima surat tersebut dan mengetahui bahwa orang yang membunuh suaminya adalah teman dan tetangganya, Laurence sangatlah terkejut.
“Sangat sulit bagi saya untuk membaca surat itu,” kata Laurence kepada Al Jazeera, “Saya tidak dapat membayangkan atau memahami apa yang terjadi dan mengapa.”
Laurence juga mengaku khawatir pembebasan kembali tahanan ke masyarakat akan menempatkannya dalam bahaya menjadi sasaran milisi Hutu lagi.
Meski begitu, kini Thacien dan Laurence hidup berdampingan dengan damai di Desa Mbyo.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul 30 Tahun Genosida Rwanda yang Menewaskan 800 Ribu Orang
Kisah Menarik dari Jepang yang Mulai Kewalahan karena Populasi Turun Drastis |
![]() |
---|
Hyundai Engineering Minta Maaf Atas Musibah Ambruknya Jembatan yang Tewaskan 4 Orang |
![]() |
---|
Bandara Turkiye Ditutup Selama 1 Jam Gara-gara Penampakan Benda Langit Diduga UFO |
![]() |
---|
Bus Masuk Jurang di Bolivia Menelan Korban Jiwa 30 Orang |
![]() |
---|
Istri Bung Karno, Ratna Sari Dewi Melepas Status WNI Demi Jadi Caleg Jepang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.