Berita Internasional
Mengenang Genosida Rwanda 30 Tahun Silam, Korban Jiwa Hampir Satu Juta Orang
Tidak hanya orang-orang Tutsi, orang-orang Hutu moderat atau mereka yang menentang genosida tersebut juga ikut menjadi target dalam tragedi itu.
POS-KUPANG.COM - Génosida atau pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras merupakan perbuatan paling keji.
Sejarah peradaban manusia tidak luput tragedi mengerikan tersebut. Pada abad ke-20 terjadi genosida yang menelan korban jiwa jutaan orang.
Satu di antara genosida keji berlangsung di Rwanda 30 tahun silam. Genosida di negara Afrika itu merupakan salah satu kasus genosida paling banyak memakan korban di dunia.
Tragedi yang terjadi selama 100 hari dari bulan April sampai dengan Juli 1994 itu memakan lebih dari 800.000 korban jiwa atau hampir 1 juta orang.
Sebanyak dua juta orang Rwanda juga dilaporkan meninggalkan negara itu pada saat genosida tersebut terjadi.
Aksi genosida itu dilakukan oleh suku mayoritas di Rwanda, yaitu suku Hutu, yang saat itu memiliki keinginan untuk menghabisi seluruh suku minoritas Tutsi di sana.
Tidak hanya orang-orang Tutsi, orang-orang Hutu moderat atau mereka yang menentang genosida tersebut juga ikut menjadi target dalam tragedi itu.
Ada tiga kelompok suku di Rwanda. Namun empat dari lima orang Rwanda berasal suku Hutu. Di sisi lain, terdapat suku Tutsi yang menempati posisi kedua dengan satu dari tujuh populasi Rwanda adalah orang Tutsi.
Suku ketiga adalah Twa yang hanya sekitar satu persen populasi di Rwanda. Ketiga kelompok itu berbicara dalam bahasa yang sama dan telah hidup berdampingan selama berabad-abad.
Wilayah Rwanda berdiri sekarang diyakini dihuni pertama kali oleh suku Twa, baru oleh suku Hutu antara abad ke-5 dan ke-11, kemudian disusul oleh suku Tutsi kemungkinan pada abad ke-14.
Tahun 1898 sampai dengan 1916, Jerman menduduki wilayah Rwanda. Pada periode ini, pemerintah kolonial Jerman menerapkan kebijakan pemerintahan yang secara tidak langsung memperkuat hegemoni kelas penguasa Tutsi.
Hal ini terus berlanjut sampai dengan Rwanda jatuh ke tangan Belgia setelah Perang Dunia I.
Beberapa orang suku Hutu mulai menuntut kesetaraan dan hal ini mendapat simpati dari pastor Katolik Roma serta beberapa pegawai administrasi Belgia. Fenomena inilah yang kemudian mendorong revolusi Hutu tahun 1959.
Revolusi dimulai tepatnya pada 1 November ketika tersebar rumor kematian pemimpin Hutu di tangan orang-orang Tutsi. Selama berbulan-bulan, kekerasan terus terjadi, menyebabkan banyak orang Tutsi terbunuh atau meninggalkan negara itu.
Pada 28 Januari 1961, suku Hutu melancarkan kudeta. Dengan persetujuan rahasia dari otoritas kolonial Belgia, mereka berhasil menggulingkan raja Tutsi yang saat itu sudah melarikan diri pada tahun 1960.
Kisah Menarik dari Jepang yang Mulai Kewalahan karena Populasi Turun Drastis |
![]() |
---|
Hyundai Engineering Minta Maaf Atas Musibah Ambruknya Jembatan yang Tewaskan 4 Orang |
![]() |
---|
Bandara Turkiye Ditutup Selama 1 Jam Gara-gara Penampakan Benda Langit Diduga UFO |
![]() |
---|
Bus Masuk Jurang di Bolivia Menelan Korban Jiwa 30 Orang |
![]() |
---|
Istri Bung Karno, Ratna Sari Dewi Melepas Status WNI Demi Jadi Caleg Jepang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.