Berita Internasional

Mengenang Genosida Rwanda 30 Tahun Silam, Korban Jiwa Hampir Satu Juta Orang

Tidak hanya orang-orang Tutsi, orang-orang Hutu moderat atau mereka yang menentang genosida tersebut juga ikut menjadi target dalam tragedi itu.

|
Editor: Dion DB Putra
WORLD VISION/JON WARREN via KOMPAS.COM
Makam korban Genosida Rwanda. Genosida di negara Afrika itu merupakan salah satu kasus genosida paling banyak memakan korban di dunia. 

Tidak sedikit yang bahkan membunuh tetangga dan anggota keluarga mereka sendiri. Ada pula yang memperkosa perempuan dan menjarah rumah.

Banyak korban juga digiring ke area terbuka dan dibunuh di sana secara bersamaan. Aksi pembunuhan massal berakhir setelah 100 hari, tepatnya pada 4 Juli ketika RPF berhasil menguasai Kigali.

Orang-orang Hutu yang terlibat dalam genosida serta warga Hutu lainnya yang takut akan pembalasan melarikan diri dari negara tersebut ke Kongo.

Pejabat pemerintah mengambil kas negara dan ikut melarikan diri ke Prancis.

Peran Media saat itu

Ada dua stasiun radio paling dominan di Rwanda, yaitu Radio-Television Libres des Milles Collines (RTML) dan Radio Rwanda yang dimiliki negara.

Keduanya memainkan perang krusial dalam memperburuk kebencian terhadap suku Tutsi di Rwanda. Kedua stasiun radio tersebut aktif menyebarkan pesan-pesan yang meningkatkan ketakutan di kalangan Hutu terhadap RPF.

RTML contohnya, mereka sering mengeluarkan pernyataan yang merendahkan suku Tutsi dengan kata-kata seperti “orang-orang itu adalah kelompok kotor” di tengah-tengah pemutaran lagu.

Mereka juga sering menggunakan istilah seperti “kecoak” dan “ular” saat mendeskripsikan suku Tutsi. RTML menjadi stasiun radio pertama yang mengorelasikan pembunuhan presiden kepada RPF.

Selama genosida, para penyerang berparade di jalan-jalan dengan parang di satu tangan dan radio di tangan yang lain.

Stasiun radio yang mereka dengarkan adalah Radio Rwanda dan RLTM yang kala itu melalui siarannya mengumumkan nama-nama orang Tutsi dan pelindung-pelindung mereka agar para penyerang tahu di mana dapat menemukan mereka.

Jumlah Korban Simpang Siur

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan 800.000 warga Rwanda tewas dalam genosida tersebut. Pemantau independen lain mengatakan jumlah korban hanya sekitar 500.000 orang. Sampai saat ini, kuburan massal korban Genosida Rwanda masih kerap ditemukan di penjuru Rwanda.

Itu sebabnya jumlah korban masih belum dapat dipastikan. Apa lagi, jumlah populasi Tutsi setelah genosida juga tidak dapat dipastikan dengan jelas karena banyak dari mereka mengaku Hutu demi menghindari pembunuhan.

Pemerintah Rwanda pasca genosida juga menghapuskan identifikasi yang menunjukan etnis di dalam sensusnya. Sensus tahun 1991 memperkirakan populasi Tutsi berjumlah 657.000, atau 8,4 persen dari total keseluruhan populasi Rwanda.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved