Berita Internasional

Mengenang Genosida Rwanda 30 Tahun Silam, Korban Jiwa Hampir Satu Juta Orang

Tidak hanya orang-orang Tutsi, orang-orang Hutu moderat atau mereka yang menentang genosida tersebut juga ikut menjadi target dalam tragedi itu.

|
Editor: Dion DB Putra
WORLD VISION/JON WARREN via KOMPAS.COM
Makam korban Genosida Rwanda. Genosida di negara Afrika itu merupakan salah satu kasus genosida paling banyak memakan korban di dunia. 

Setelah kudeta, mereka menghapuskan monarki dan menjadikan Rwanda negara republik. Pada saat itu juga mereka membentuk pemerintahan nasional sementara yang seluruhnya terdiri dari orang-oramg Hutu.

Tahun berikutnya, kemerdekaan pun diproklamasikan. Meski begitu, pertumpahan darah masih terus berlangsung di Rwanda.

Ketegangan dan kekerasan antara etnis Tutsi dan Hutu kembali terjadi secara berkala seperti pada tahun 1963, 1967, dan 1973.

Ketegangan antara kedua suku tersebut kembali memanas tahun 1990 ketika kelompok pemberontak yang dipimpin Tutsi, Rwandan Patriotic Front (RPF) menyerbu dari Uganda. Gencatan senjata dinegosiasikan pada awal tahun 1991.

Setahun setelahnya, RPF dan pemerintahan Presiden Rwanda saat itu, Juvenal Habyarimana, memulai negosiasi yang kemudian menghasilkan sebuah perjanjian yang ditandatangani pada Agustus 1993 di Arusha, Tanzania.

Perjanjian ini secara garis besar menyangkut pembentukan pemerintahan yang akan mencakup RPF.

Hutu menentang perjanjian itu. Sebagai respon, mereka menyebarkan agenda anti-Tutsi melalui surat kabar dan stasiun radio yang berujung pada kekerasan etnis.

Pada 6 April 1994, pesawat yang membawa Presiden Habyarimana dan Presiden Burundi, Cyprien Ntaryamira, ditembak jatuh di Kigali.

Semua yang ada di pesawat tersebut tewas. Tidak pernah diklarifikasi siapa yang menembak jatuh pesawat tersebut. Walau begitu, media lokal menyalahkan RPF atas tragedi itu dan menginstruksikan agar suku Hutu segera mengambil tindakan.

Insiden inilah yang menandai awal dari puncak ketegangan antara Tutsi dan Hutu, yang berujung pada aksi Genosida Rwanda.

Genosida Rwanda terjadi secara bertahap

Tragedi ini diawali oleh pembunuhan Perdana Menteri Agathe Uwilingiyimana yang merupakan seorang Hutu moderat.

Uwilingiyimana dibunuh bersama 10 penjaga perdamaian Belgia yang ditugaskan untuk melindunginya di rumahnya pada 7 April 1994 hanya beberapa jam setelah media menyiarkan pembunuhan presiden dan mengorelasikannya dengan RPF.

Setelah itu, pasukan pemerintah bersama dengan kelompok milisi Hutu yang dikenal sebagai Interahamwe (memiliki arti “mereka yang menyerang bersama”) mulai memasang penghalang jalan dan barikade di Kigali lalu menyerang orang-orang Tutsi dan Hutu moderat.

Tentara menembaki massa sementara orang-orang yang tergerak oleh pesan-pesan media serta dijanjikan imbalan oleh pemerintah mendatangi rumah-rumah dan membunuh setiap orang Tutsi yang mereka ketahui, termasuk orang Hutu yang menawarkan perlindungan kepada orang Tutsi.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved