Opini

Opini: Magun Anton Tifaona

Pada masa pensiun, ia hidup sederhana di rumah yang jauh dari kesan mewah di jalan sempit di Asem Baris, Tebet, Jakarta, hingga tutup usia pada 2017.

|
Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO
Ketua DPRD Kabupaten Lembata, Petrus Gero, saat menerima Forum Perjuangan Pahlawan Nasional Brigjen Pol (Purn) Drs. Anton Enga Tifaona (Forpalnas) Kabupaten Lembata yang menyampaikan usulan memperjuangkan Anton Tifaona menjadi Pahlawan Nasional. 

Beberapa tugas dan prestasi menonjol, di antaranya sebagai berikut.

1. Danres Ngada, Flores, NTT, 1963-1965

Setelah menyelesaikan pendidikan bakeloriat di PTIK Jakarta 1963, Anton Tifaona ditugaskan sebagai Komandan Resort (Danres) Ngada. Sering terdengar rumor bahwa NTT atau Indonesia Timur itu merupakan wilayah tugas buangan bagi aparat penegak hukum bermasalah.

Asumsi tersebut nampak juga di Ngada ketika Anton Tifaona mengawali tugasnya pada tahun 1963 itu.

Di masa itu, mungkin karena stres dengan situasi dan kondisi yang serba terbatas di daerah terpencil, polisi suka melakukan kekerasan fisik kepada masyarakat.

Polisi bisa menempeleng warga hanya karena emosional yang tidak terkait pelanggaran hukum. Melihat tindak tanduk arogan tersebut, Anton Tifaona mengambil sikap tegas.

Bagi Anton, polisi bukanlah preman berseragam, melainkan pengayom dan pelindung masyarakat sekaligus teladan ketertiban dan kedisiplinan.

Dalam acara apel perkenalan, ia tegaskan bahwa polisi sama sekali tidak boleh melakukan kekerasan fisik tanpa alasan kepada warga.

Selaku Danres, ia tak segan minta masyarakat korban untuk membalas setimpal perbuatan oknum polisi pelaku kekerasan tanpa dasar itu di hadapannya.

Ternyata teknik penyadaran seperti ini terbukti segera mengubah mental dan perilaku para bawahan, menjadi polisi profesional.

Muncul suasana kondusif yaitu saling menghormati di antara warga dengan aparat dan institusi Polri. Kesadaran hukum dan ketertiban umum hadir otomatis dalam relasi saling respek di antara warga dengan penegak hukum.

2. Komandan Koronair II Kalimantan, 1967-1976

Selepas tugas di Ngada, di antara tahun 1965 - 1967, Anton Tifaona sibuk menyelesaikan pendidikan tahap doktoral di PTIK Jakarta hingga menyandang gelar Doktorandus Ilmu Kepolisian.

Selanjutnya, ia ditugaskan ke Kalimantan di mana ia meniti karir kepolisian dan mengembangkan kepemimpinan selama 10 tahun.

Anton Tifaona adalah lulusan terbaik PTIK angkatan VIII-Mintaraga. Tak heran, ketika Mabes Polri mengembangkan tugas kepolisian di bidang perairan dan udara tahun 1970, ia ikut sebagai anggota tim perancang konsep komando polisi perairan dan udara, khusus di wilayah Kalimantan.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved