Breaking News

Liputan Khusus

Lipsus - Kali Nangagete Sikka Meluap

Nong Os, salah satu warga setempat menuturkan, akibat kali tersebut meluap, tanaman pertanian warga di pinggir kali tersebut tersapu banjir.

|
Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/HO-OS
Kali Nangagete di Nebe Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka meluap, Sabtu 9 Maret 2024 pagi. 

Memanfaatkan informasi cuaca untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian dalam pencegahan/ pengurangan risiko bencana hidrometeorologi. Dan informasi terkait cuaca dapat diakses melalui aplikasi infobmkg, Signature bmkg.go.id, atau melalui Facebook/ instagram, bmkgmanggarai.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga 7 kabupaten di Provinsi NTT untuk mewaspadai potensi cuaca buruk. Potensi cuaca buruk tersebut diperkirakan terjadi hingga 11 Maret 2024.

BMKG memprakirakan potensi cuaca buruk ini akan terjadi di wilayah Kabupaten Sumba Timur, Sumba Barat Daya, Mabar, Manggarai, Flores Timur, Lembata, dan Alor. Hal itu disebabkan aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dan daerah pertemuan angin (konvergensi) di wilayah NTT.

Dengan dikeluarkannya peringatan dini tersebut, BMKG mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi dampak hujan dan angin kencang yang berdurasi singkat khususnya di tujuh kabupaten itu. Siti menyebut adanya potensi banjir dan tanah longsor yang terjadi jika terjadi hujan dengan durasi yang panjang.

 

Bangun Tugu Peringatan Tsunami Waiteba

Tsunami Waiteba di Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata, yang terjadi tanggal 18 Juli 1979 merupakan salah satu bencana di Lembata dengan korban jiwa paling banyak sampai saat ini.

Tsunami Waiteba yang terjadi pada pukul 01.00 Wita pada itu menelan 539 korban jiwa dan 700 korban hilang. Selain korban jiwa, peristiwa ini menyebabkan migrasi besar-besaran warga yang bermukim di pantai selatan menuju ke utara Lembata.

Bencana dahsyat ini masih membekas di dalam ingatan kolektif masyarakat Lembata. Divisi Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG memulai penelitian tsunami Waiteba. 

Mereka juga mengusulkan supaya pemerintah daerah Kabupaten Lembata mendirikan tugu peringatan Tsunami Waiteba sebagai monumen yang mengingatkan generasi Lembata akan bencana besar tersebut.

Usulan ini disampaikan oleh Seismolog BMKG Divisi Mitigasi Gempa dan Tsunami, Admiral Musa Julius, di Kantor BPBD Kabupaten Lembata, Jumat (8/3).

Julius menyampaikan penelitian Tsunami Waiteba yang dilakukan BMKG merupakan upaya untuk menambah literasi dan referensi tentang bencana tersebut. Tsunami Waiteba merupakan tsunami yang unik karena disebabkan oleh longsoran tanah dari gunung Ile Werung, bukan disebabkan gempa tektonik.

Julius membeberkan sejumlah dokumen dan publikasi tentang tsunami Waiteba 45 tahun silam. Dokumen penelitian dari peneliti bencana dan publikasi media nasional dan internasional saat itu.

Tsunami setinggi 7-9 meter itu menyapu Waiteba dan kampung-kampung di pesisir selatan Lembata. Air laut mengubur desa tersebut sekitar pukul 01.00 dini hari saat warga tertidur pulas.

Setiap tahun warga Atadei masih memperingati Tsunami Waiteba setiap tanggal 18 Juli dengan misa dan menyalakan lilin di Waiteba.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved