Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 18 Februari 2024, Bertobatlah dan Percayalah Pada Injil
Manusia itu terbatas. Tapi dalam dirinya ada kehendak hati yang selalu mengarahkannya pada hal-hal besar bahkan tidak terbatas.
Hannah Arendt, berupaya mengambil jarak dan melepaskan diri dari keyakinan Iman Kristiani bahwa Kehendak hati manusia merupakan keterbukaan kodrati manusia untuk berjumpa dengan Allah. Seperti pemazamur lukiskan, “Hatiku mengikuti firmanMu: “Carilah wajahKu”: Maka wajahMu kucari ya Tuhan.” (Mz. 27.8). Karena itu manusia sanggup mengenal Allah. Atau seperti pada Mazmur 42, 2: “seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah Jiwaku merindukan Engkau ya Allah.”
Kerinduan ini merupakan akar kegelisahan hati manusia. Demikian doa Agustinus dalam confesiones pertama, “ Kaubuat kami mengarah kepadamu/ Hati kami tak kunjung tenang/ sampai tenang di dalam dirimu.” (Augustinus, Confesionis, 1.1)Hati manusia, adalah anugerah kodrati yang membuat manusia selalu merindukan hal-hal besar dalam hidup. Dan yang paling besar di antara hal-hal besar dalam hidup manusia adalah Allah sendiri.
Demikian pula Sutardji Calsoum Bachri, seorang penyair Indonesia terkenal menegaskan ini dalam puisinya berjudul BATU. Kita bisa mengutip salah satu baitnya: Dengan seribu gunung langit tak runtuh/ Dengan seribu perawan hati tak jatuh/ Dengan seribu sibuk sepi tak mati/ Dengan seribu beringin ingin tak teduh/ Dengan siapa aku mengeluh? /Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampai/ Mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai/ Mengapa peluk diketatkan sedang hati tak sampai/ Mengapa tangan melambai sedang lambai tak sampai. Kau tahu? ……Teka teki yang tak menepati janji?
Mengenal hati manusia, mengenal keterbukaan dalam diri manusia kepada sesuatu yang tidak berhingga, seperti langit yang tidak runtuh oleh seribu gunung, keinginan yang tidak bisa teduh dengan seribu ber-ingin, darah tak akan mengalir selamanya padahal waktu terus bergulir, langit yang tidak akan tersentuh oleh lontaran lava letusan gunung-gunung, demikian seterusnya, adalah syarat untuk terluput dari kecenderungan pandangan terhadap kehendak hati manusia yang bersifat reduksionistik.
Di hadapan dinamika kehendak hati manusia di padang gurun, wajah keterbatasan manusiawi kita mernjadi nyata. Kita mengerti bahwa: hati manusia bukan hanya lapar akan tuntutan kenikmatan biologis, bukan juga hanya haus akan kekuasan atas orang-orang dan barang-barang. Tapi hati manusia juga haus, lapar dan merindukan Allah.
Kerinduan itu harus kita kenal dalam diri kita masing-masing. Sejauh mana saya mengenal kerinduan itu dalam hati saya, ketika pagi-pagi saya bangun dan berteriak lantang bersama Gerejadi seluruh dunia, “Ya Allah, sudilah membuka hatiku supaya mulutku mewartakan pujianMu? Apakah saya menyadari kerinduan itu, ketika saya berlutut dalam doa-doa dan merayakan ekaristi?
Sejumlah pertanyaan lain bisa kita rumuskan, untuk mengenal dengan baik dinamika kerinduan hati sebagai battle ground antara Iblis dan Yesus Kristus. Masa tobat adalah masa terbaik untuk menyadari kembali kalau sejarah keselamatan adalah sejarah perjumpaan antara sesama pengemis: Manusia dalam kerapuhannya mengemis hati Allah dan Allah dalam kesempurnaan dan kemuliaanNya, merendahkan diri untuk mengemis kerelaan hati manusia.
Dengan mata telanjang seorang anak kecilsetiap orang harus menemukan dan mengenal kembali korepondensi antara kodrat kerinduan terdalam di hatinya yang menandai keterbatasan manusiawinya di satu sisi, dan mengenal kerinduan hati Allah yang menjelma menjadi manusia, yang dengan kelimpahan kasihNya mengulurkan tangan pertolonganNya pada manusia.
Dalam kasih sayang sebesar itu, dan dengan hati yang digerakkan oleh belaskasih akan kemanusiaan kita yang ringkih, IA berkata, “bertobatlah, percayalah pada Injil.”, percayalah akan kasih setiaKu padamu. Dalam ibadat harian pagi hari sabtu Prapaska pertama ada sebuah doa yang bagus diambil dari (Yeh.36.25-27, 31).
Saya ingin mengutipnya untuk kita: seperti kepada Israel, Tuhan ALLAh berkata keoada kita: “Kamu akan kuberi hati yang baru/Dan semangat baru kutempatkan dalam batinmu/ Hati yang membatu akan kuambil dari bathinmu/Dan kamu akan kuberikan hati yang lembut/Rohku akan kucurahkan ke dalam bathinmu/Sehingga kamu hidup menurut ketetapanKu dan melaksanakan hukumKu…dan kamu akan teringat ingat kepada kelakuanmu yang jahat dan perbuatan-perbuatanmu yang tidak baik dan kamu akan merasa mual melihat dirimu sendiri karena kesalahan-kesalahanmu dan perbuatan-perbuatanmu yang keji.”
Di masa tobat ini, kita harus kembali belajar percaya bahwa demikianlah janji-janji Tuhan untuk kita. IA menjanjikan semua ini karena IA mengasihi kita. Biar langit runtuh dan gunung-gunung beranjak, kasihNya kepada kita tidak akan berubah. Marilah, “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.”(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.