Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 18 Februari 2024, Bertobatlah dan Percayalah Pada Injil
Manusia itu terbatas. Tapi dalam dirinya ada kehendak hati yang selalu mengarahkannya pada hal-hal besar bahkan tidak terbatas.
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 18 Februari 2024 dengan judul Bertobatlah dan Percayalah Pada Injil.
Renungan Harian Katolik Minggu 18 Februari 2024 dengan juudl Bertobatlah dan Percayalah Pada Injil ditulis oleh Romo Leo Mali dan mengacu dalam Bacaan Injil: Markus. 1, 12-15.
Seruan untuk bertobat dan percaya pada Injil adalah dua sisi dari satu mata uang. Dari sisi pandang waktu, seruan pertobatan ditandai dengan ajakan untuk menyesali dosa dosa di masa lalu dan himbauan untuk percaya kepada Injil demi memulai hidup baru membuka perspektif masa depan.
Sementara dari sisi tilik eskistensial, seruan ini adalah sebuah ajakan untuk memaknai kembali nilai hidup. Tobat serta penyesalan atas dosa didasarkan pada pengakuan akan kerapuhan manusiawi.
Sementara itu ajakan untuk percaya bahwa Injil, khabar gembira Allah adalah kesempurnaan yang sanggup melengkapi kerapuhan manusiawi setiap orang. Tapi undangan Yesus ini datang bersama godaan setan.
Rivalitas antara keduanya adalah sebuah pertarungan abadi. Dan sebagaimana dikatakan oleh Fedӧr Dostoevskij, wilayah pertarungan atau battle ground dari pertarungan kedua kekuatan ini adalah hati manusia.
Iblis datang dan menjebak manusia dengan menyodorkan tawarannya. Dan Tuhan datang, menjelma menjadi manusia untuk merebut hati manusia agar kembali kepadaNya. Manusia harus memilih. Situasi krusial ini menimbulkan kegelisahan eksistensial yang permanen bagi manusia.
Padang gurun: Kesepian manusia dan cobaan Iblis
Injil Markus tidak menggambarkan dengan detil ketegangan yang terjadi antara Yesus dan Iblis yang mencobainya, seperti kita temukan dalam teks teks parallelnya, yakni Mat. 4. 1-11 serta Luk. 4.1-13.
Melalui Mateus dan Lukas kita dapat melihat bahwa cobaan setan berkaitan dengan tendensi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri dan meraih kesempurnaan. Dorongan itu datang dari dalam diri manusia. Tepatnya dari hati manusia. Di hadapan dorongan hati ini, Iblis mengemukakan tiga bentuk godaan.
Yang pertama godaan akan makanan untuk menjawabi dorongan hati yang muncul karena rasa lapar., kedua godaan akan kekuasaan sebagai jawaban atas dorongan hati untuk berkuasa, dan godaan ketiga untuk menjawabi dorongan hati manusia akan kekayaan material dan kekuasaan yang tidak terbatas dengan menyembah Iblis.
Meski demikian setting cerita Injil Markus pada bagian ini secara simbolik cukup mampu menggambarkan pengalaman eksistensial yang dihadapi Yesus dan jawaban atasnya sebagai pola dasar jawaban iman atas pencarian manusia akan makna hidup.
Situasi padang gurun yang serba berkekurangan, tidak ada air, panas terik, sendirian dalam kesepian yang menyertainya, menjadi situasi batas yang menantang manusia.
Apakah manusia tetap berharap pada Allah atau malah bersandar pada Iblis; untuk tetap percaya bahwa IA yang telah membawa saya memasuki situasi padang gurun ini tidak akan meninggalkan saya, atau putus asa dan menyembah setan yang datang dengan jawaban yang mudah dan cepat serta terasa lebih memberi rasa nyaman.
Semua bentuk dosa dan kejahatan manusia terjadi di titik ini. Ada situasi serta kondisi yang membatasi kehendak yang tidak terbatas dari hati manusia. Situasi ini mengingatkan manusia bahwa ia terbatas dan semestinya dengan begitu memanggil manusia untuk mengangkat wajahnya dan menyerukan pertolongan dari Tuhan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.