Liputan Khusus
Lipsus - Petugas KPPS di Ngada Lima Jam Naik Turun Bukit
Ketua PPS dan anggota tiba di Kampung Heawea saat hari mulai gelap. Sejenak melepas lelah, Marten Aro lalu sibuk mencari tempat untuk mengakses intern
"Semoga cuaca bersahabat karena usai pencoblosan dan hujan lagi, maka kami akan pikul lagi dengan menerobos banjir," tambahnya.
Dari Atambua dilaporkan, petugas penyelenggara pemilu di wilayah Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu dibantu masyarakat dengan pengawalan dari pihak kepolisian Polsek Tastim, melintasi arus sungai dengan memikul sejumlah kotak suara Pemilu 2024.
Kejadian tersebut terjadi saat proses pergeseran kotak suara dari Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Kecamatan Tasifeto Timur menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) 3, Dusun Manekik, Desa Sarabau, Kabupaten Belu.
Dalam video yang diterima Pos Kupang, terlihat sejumlah orang membawa kotak suara saat menyeberangi sungai yang sedang banjir dengan arus deras.
Ketua KPU Belu, Yohanes Seven Ata Palla, ketika dikonfirmasi mengenai kejadian tersebut, membenarkannya. Seven menyatakan meskipun cuaca sangat buruk karena tingginya curah hujan, namun pendistribusian logistik berlangsung lancar.
"Iya, ada satu TPS di Desa Sarabau yang lokasinya berada di seberang sungai. Memang situasi cuaca yang buruk saat ini dengan curah hujan yang tinggi dan arus sungai yang deras. Namun, bersyukur atas bantuan dari masyarakat dan pihak kepolisian logistik tersebut telah sampai di TPS 03 dengan selamat dan aman," ungkap Yohanes, Selasa (13/2).
Palla juga menjelaskan, pendistribusian logistik sudah mencapai di semua kecamatan. “Logistik semuanya sudah sampai di 12 Kecamatan dan malam ini semua harus sudah sampai di TPS," pungkasnya.
Demi menyukseskan pemilihan umum, Kelompok Penyelanggara Pemungutan Suara (KPPS) di pedalaman Kabupaten Sikka harus berjuang keras dengan berjalan kaki keliling kampung menyusuri kebun-kebun warga untuk mengantar surat pemberitahuan pemungutan suara kepada pemilih.
Bernadinus (46) Ketua KPPS TPS 01 Desa Waipaar menuturkan, untuk menyukseskan pemilu serentak ini, Ia bersama petugas lainnya harus berjalan kaki menyusuri kampung dan kebun-kebun warga untuk mengantar surat pemberitahuan pemungutan suara kepada 282 pemilih di TPS tersebut.
Dikatakannya, akses jalan yang rusak dan masih tanah ini menjadi salah satu kendala sehingga membuat para petugas tidak bisa menggunakan kendaraan untuk mengantar surat pemberitahuan pemungutan suara kepada pemilih.
Kata dia, di Desa Waipaar rata-rata masyarakat berprofesi sebagai petani sehingga warga memilih untuk menetap di kebun-kebun untuk menjaga tanaman pertanian. Kondisi ini membuat petugas harus mengatur waktu untuk mengantar surat pemberitahuan kepada warga saat mereka kembali ke rumah untuk memberi makan ternak.
"Masyarakat di sini petani semua dan tinggal memang di kebun. Kami harus cari cara agar surat ini bisa sampai ke pemilih sehingga harus jalan keliling kebun cari warga untuk antar surat," katanya
Meski demikian, para petugas berusaha keras sehingga sebelum hari pencoblosan, surat pemberitahuan pemungutan suara kepada pemilih bisa didistribusikan kepada pemilih. Selain jalan rusak, kendala yang dihadapi petugas KPPS antara lain tidak tersedianya jaringan listrik. Para petugas harus menyewa genset untuk digunakan selama tiga hari untuk antisipasi perhitungan suara hingga larut malam.
Selain itu, petugas juga kesulitan mengakses jaringan internet pasalnya jaringan internet di Desa Waipaar hanya bisa diakses pada titik-titik tertentu namun tergantung cuaca, apabila hujan jaringan internet akan hilang dengan sendirinya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.