Opini
Mengiris Stunting dari Bawah
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) memperlihatkan kepada kita bahwa prevalensi stunting nasional pada tahun 2022 adalah 21,6 persen
Dalam gebrakan untuk menurunkan angka stunting di kampung halamannya bumi Flobamora, Penjabat Gubernur NTT Ayodhia Kalake mengunjungi warga masyarakat yang berisiko stunting di desa.
Menurut Pak Ayodhia, tidak zamannya lagi pemimpin hanya duduk di kursi jabatan dan memerintah para staf meninjau atau melayani kebutuhan dasar masyarakat di seluruh wilayah NTT.
Tidak elok pemimpin hanya menunggu laporan dari staf tentang perkembangan di lapangan.
Tetapi akan lebih berfaedah lebih buat masyarakat pada umumnya jika segenap kemampuan dan potensi yang ada pada diri kita dikontribusikan untuk kampung halaman dan Indonesia pada umumnya.
Sepakat dengan sikap penjabat gubernur tersebut. Keteladanan yang diberikan akan menjadi contoh bagi para bupati, wali kota, camat dan kepala desa di wilayah Provinsi NTT.
Bagi penulis, bukan soal besar kecilnya bantuan, akan tetapi keluhuran nurani dalam melihat persoalan mendasar yang dialami oleh keluarga yang berisiko stunting di desa.
Oleh karena itu, hendaknya menjadi contoh yang baik buat kita semua melakukan hal yang sama di daerah kita masing masing agar gerakan penanganan stunting yang menjadi salah satu isu prioritas pembangunan nasional dapat terwujud.
Dalam menyelesaikan soal yang satu ini, penulis berpandangan bahwa para pejabat tidak hanya duduk di kursi merencanakan lalu memerintahkan para staf melakukan kegiatan di lapangan.
Pemimpin harus turun langsung ke lapangan agar memberikan efek positif terhadap masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan data penyebaran stunting di wilayah Provinsi NTT, daerah yang paling rendah angka stunting adalah Kabupaten Ende yaitu 6,8 persencdan diikuti Kabupaten Nagekeo dengan jumlah 6.9 persen.
Sedangkan kabupaten Kupang adalah 17,2 persen. Wilayah kabupaten yang paling tinggi angka stuntingnya adalah Kabupaten Sumba Barat Daya yaitu sebesar 31,9 persen (2023, Dinkes Provinsi NTT).
Hanya dengan menggunting atau mengiris sunting dari bawah akan mengurangi bahkan menghilangkan angka stunting yang ada di negeri ini.
Untuk itu perlu dukungan dan semangat gotong royong dari semua komponen masyarakat, para akademisi, tokoh agama, pemerhati sosial dan anak muda untuk berkontribusi melakukan berbagai kegiatan yang bersifat kuratif maupun preventif terhadap stunting. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.