Liputan Khusus
Tak Ada Sumber Mata Air, Masyarakat Weliman NTT Alami Krisis Air Bersih
Menurut Meliana, selama ini mereka sangat kesulitan air dan untuk pertama kalinya Pemerintah desa mulai mendistribusikan air bersih secara gratis
Penulis: Novianus L.Berek | Editor: Ryan Nong
"Usulannya bangun 1 unit sumur bor dengan nilai Rp 335.000.000, namun pembangunan sumur bor juga belum direalisasikan," kata Petrus.
Dan sekarang sudah ada pergantian Kepala Desa Taaba dari Marsela Hoar Seran kepada Ida Hoar Nahak untuk periode 2023-2029. Masyarakat berharap di masa kepemimpinan kepada desa Ida Hoar Nahak ini, akan ada pembangunan sumur bor.
"Yang saya tahu, dalam konsep penanganan air bersih, Kades Ida Hoar Nahak menggunakan 3 metode pendekatan yakni pendekatan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Semoga tiga metode ini bisa mengatasi krisis air bersih di Taaba," harap Petrus.
Pada tahun 2023, pola sudah dijalankan. Sedangkan untuk tahun 2024, rencananya akan dilakukan pengadaan 25 buah fiber penampungan air untuk dibagikan kepada masyarakat. "Semoga hal ini juga bisa direalissikan," tutupnya.
Tak Ada Supir
Camat Weliman, Heni Antoneta Benu membenarkan krisis air yang dialami masyarakat Dasa Taaba saat ini. Heni menjelaskan, secara keseluruhan wilayah Kecamatan Weliman memiliki 14 Desa dengan jumlah penduduk sekitar 92.800 jiwa.
Sebanyak 14 desa itu yakni Desa Taaba, Desa Leunklot, Desa Bone Tasea, Desa Haliklaran, Desa Umalawain, Desa Lakulo, Desa Laleten, Desa Wesey, Desa Haitimuk, Desa Keseleon, Desa Angkaes, Desa Wederok, Desa Lamudur, dan Desa Forekmodok.
"Dari 14 Desa di Kecamatan Weliman, masyarakat Desa Taaba yang paling sulit mengakses air bersih. Sehingga salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah distribusi air bersih dengan mobil tangki kecamatan," kata Camat Heni, Selasa (23/1).
Namun, kata Camat Heni, pendistribusian air bersih dengan mobil tangki kecamatan ini macet karena ketiadaan sopir. Solusinya, demikian Camat Heni, Desa Taaba menyesiakan sopir sehingga distribusi air ke wilayah itu bisa kembali rutin.
"Andaikan dari Desa Taaba sediakan sopir untuk menggunakan mobil tangki angkut air bersih, boleh. Pada prinsipnya, bikin surat ke kecamatan untuk dipertanggungjawabkan bila ada kerusakan dan lain sebagainya," kata Camat Heni memberi solusinya.
Menurutnya, usulan pengadaan sumur bor di Desa Taaba, sudah pernah diajukan saat kepemimpinan Kepala Desa Taaba, Marsela Hoar Seran. Tapi saat itu usulan tersebut tidak berhasil sehingga warga pada wilayah tersebut masih mengalami krisis air hingga saat ini.
Karena itu, Camat Heni berharap dalam Musrembangcam mendatang, semoga ada usulan lagi dari Desa Taaba terkait dengan penanganan krisis air bersih di wilayah tersebut.
"Kita akan melaksanakan Musrembangcam pada 7 Februari, sehingga besar harapannya, masyarakat Desa Taaba hanya beri satu usulan atau satu ide untuk penanganan air bersih. Entah itu berupa pengadaan sumur bor atau lainnya. Nanti akan diperjuangkan dalam Musrembangcam," janji Camat Heni. (nbs)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
												      	 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.