Berita Lembata
Jaga Debit Air, Warga Desa Wuakerong Lakukan Penghijauan Mata Air Wai Kmea
Kepala Desa Wuakerong, Petrus Damianus Gigo, berharap kegiatan penghijauan di kawasan sumber mata air ini bisa menjaga kualitas lingkungan
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Aparat Desa Wuakerong, dan anak muda yang tergabung dalam kelompok Natural Resource Management (NRM) melakukan penanaman 100 bibit pohon beringin di mata air Wai Kmea, Desa Wuakerong, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata, Sabtu 20 Januari 2024.
Aksi penyelamatan lingkungan ini juga dihadiri oleh fasilitator lapangan program NRM desa Wuakerong, Aloysius Sm. Amuntoda dan anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Kabupaten Lembata, Fina Elanor.
Kepala Desa Wuakerong, Petrus Damianus Gigo, berharap kegiatan penghijauan di kawasan sumber mata air ini bisa menjaga kualitas lingkungan di sekitar, debit air tidak berkurang dan bisa menjadi sumber penghidupan bagi seluruh masyarakat desa.
Ia juga berharap agar semua masyarakat desa selalu menjaga sumber mata air ini dan tidak melalukan penebangan pohon di sekitarnya.
Mata Air Wai Kmea yang berlokasi sekitar 5 Kilo Meter dari Desa Wuakerong ditempuh dengan waktu 20 menit menggunakan sepeda motor lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Sebelumnya, Lembaga Pengembangan Masyarakat Lembata (Barakat) mendampingi lima desa di Kabupaten Lembata, NTT, guna mengkaji resiko bencana.
Kajian Risiko Bencana (KRB) yang dilakukan Barakat sudah memiliki hasil berupa resiko bencana.
Dalam laporannya, lima desa di Lembata yang memiliki resiko bencana tinggi yaitu, Bour, Wuakerong, Riabao, Pasir Putih dan Lolong.
Baca juga: Kasus Bunuh Diri Meningkat, Penjabat Bupati Lembata Harap Keluarga Hidup Harmonis
Hasil ini diperoleh dari tingginya ancaman dan kerentanan serta lemahnya kapasitas masyarakat saat menghadapi bencana. Secara alamiah, kerentanan muncul akibat adanya ancaman global yaitu perubahan iklim.
"Dari lima desa, empat desa memiliki sejarah bencana, kecuali Desa Wuakerong. Namun tetap saja lima desa ini memiliki resiko yang sangat tinggi karena lemahnya kapasitas," kata Amuntoda.
Sejarah bencana pada desa yang pernah mengalami bencana pun tidak menjadi peringatan bagi masyarakatnya karena bencana terjadi 30 sampai 40 tahun yang lalu. Disisi lain, sejarah bencana itu tidak diceritakan ke generasi berikutnya.
Misalnya di Desa Pasir Putih, kata dia, baru diketahui ketika Kelompok Siaga Bencana (KSB) dari lima desa menggali sejarah bencana di masing masing-masing desa.
Menurut dia, resiko bencana juga datang dari kondisi geografis yang tidak menguntungkan.
"Wilayah di lima desa ini memiliki morfologi DAS (Daerah Aliran Sungai) yang buruk. Potensi DAS kecil dengan DAS besar itu bisa menambahkan kerentanan bagi masyarakat di wilayah hulu," ungkapnya.
Selain itu, tingkat elevasi (kemiringan) juga mempengaruhi kerentanan di lima desa terkait. Tak hanya itu, banyak aktivitas penebangan masyarakat di kawasan penyangga.
"Ancaman bencana hidrometeorologi di lima desa pada umumnya ada banjir, longsor dan angin", jelasnya.
Kepala Desa Riabao, Zakarias Taran Banin, ketika dikonfirmasi usai mengikuti kegiatan evaluasi kerja KSB menjelaskan, risiko bencana di Desa Riabao pun cukup tinggi yaitu banjir, longsor dan angin.
"Perlu kesiapan dini. Jangan sampai masalah datang dan kita terlambat. Untuk itu kita perlu melakukan langka-langka konkrit untuk meminimalisir resiko," tambahnya.
Sebagai kepala desa, Zakarias merasa punya tanggung jawab terhadap kondisi yang tidak menguntungkan ini. Untuk itu, bersama KSB, pemerintah desa dan masyarakat Riabao sudah melakukan konservasi di area sebesar lima hektar.
Ia mengaku akan terus berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan maupun kabupaten untuk melihat risiko bencana Desa Riabao sebagai indikator dalam menentukan kebijakan.
Upaya ini untuk meminimalisasi risiko yang lebih ketika ada kebijakan pemerintah kecamatan maupun kabupaten.
"Tentunya sebagai pemerintah desa, kita berupaya berkoordinasi. Tujuan kita untuk melindungi, menjaga dan melestarikan," tutupnya. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Karang Taruna Gandeng Pemdes Laranwutun - Lembata Gelar Festival Budaya |
![]() |
---|
Konsolnas Refleksi Peran Perempuan Pengawas Pemilu, Wujudkan Dengan Inklusif dan Demokratis |
![]() |
---|
KPU Lembata Raih Penghargaan Terbaik Nasional Pengelolaan Pendaftaran dan Pencalonan Pilkada 2024 |
![]() |
---|
Sjamsul Hadi Dinilai Mampu Menggerakkan Program Kesadaran Berbudaya Lokal di NTT |
![]() |
---|
Petani Salak di Desa Meluwiting, Kembali Tanam 2000 Anakan Salak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.