Opini
Maranata: Mensyukuri Kehidupan, Merindukan Kematian
Mgr. Anton juga adalah sosok yang ketika bersua dengan beliau, orang akan dibawa dan digiring untuk begaimana mensyukuri serentak memaknai kehidupan.
Mengenang mendiang Uskup Emeritus Mgr. Anton Pain Ratu, SVD
Oleh: Jhoni Lae
Tinggal di Unit Gloria Seminari Tinggi Sto. Mikhael Penfui-Kupang
POS-KUPANG.COM - Tahun 2024 baru dimulai. Bulan pertama tahun 2024 masih berada pada tanggal muda.
Sukacita natal dan tahun baru belum selesai dan masih terlihat di sudut-sudut kota, pernak-pernik natal masih bergelantung dan juga lagu-lagu natal masih syahdu dan membikin nyaman telinga.
Dalam nuansa sukacita kedatangan Bayi Yesus itu, Umat Katolik Universal atau lebih khususnya Umat Katolik Keuskupan Atambua mengalami satu peristiwa kepulangan atau peristiwa dukacita yang amat mendalam karena meninggalnya Uskup Emiritus Keuskupan Atambua Mgr. Antonius Pain Ratu, SVD, pada hari Sabtu, 6 Januari 2024 pukul 10.15 Wita di RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua.
Almarhum Mgr. Anton atau yang lebih dikenal dengan sapaan Ba’i Uskup Anton meninggal pada usianya yang ke-95 tahun 4 hari. Berita meninggalnya Mgr. Anton menjadi satu berita yang sungguh memilukan dan sungguh mengejutkan banyak orang.
Mgr. Anton dikenal sebagai sosok yang ramah dan tegas serta berprinsip itu ternyata menjadi inspirasi banyak orang baik itu biarawan atau biarawati maupun kaum awam.
Mgr. Anton juga adalah sosok yang ketika bersua dengan beliau, orang akan dibawa dan digiring untuk begaimana mensyukuri serentak memaknai kehidupan sebagai pemberian yang perlu dilestarikan dan dijaga.
Maranata dan Kesaksian Hidup Pain Ratu
Maranata adalah motto kegembalaan dan spirit dasar kegembalaan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD ketika terpilih menjadi uskup dan ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Atambua pada tanggal 21 September 1982.
Kata Maranata adalah kata Yunani yang diterjemahkan dalam bahasa Aram, yang artinya Tuhan kami, datanglah!
Atau Tuhan kita telah datang atau akan datang (1 Korintus 16:22). Secara sederhana, kata ini menunjukkan sikap dan situasi kerinduan yang mendalam akan kehadiran Tuhan.
Selain itu ada juga harapan akan kedatangan Tuhan yang tentunya diyakini oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD sebagai sumber dan pusat pencariannya.
Spirit Maranata benar-benar mendarah daging dalam diri beliau. Tuhan sungguh-
sungguh diimani dan dipercayai sebagai sumber dan pusat pencariannya.
Spirit ini tercermin dalam realitas kehidupan Mgr. Anton. Kehidupannya adalah satu kesaksian iman yang benar-benar otentik.
Secara pribadi saya tidak mengenal secara mendalam sosok Mgr. Anton. Tetapi lewat
beberapa sharing dari beberapa romo dan frater yang pernah hidup berdampingan dengan beliau, saya bisa menangkap satu semangat hidup yang pasti dan mungkin dihidupi oleh beliau yakni keseriusan dan ketekunan memaknai kehidupannya.
Tentu dalam spirit Maranata beliau menata dengan begitu cermat dan tegas kehidupannya sendiri.
Nuansa sukacita karena kehadiran Tuhan dalam hidupnya menjadi satu semangat tersendiri yang terus menggerakkan dan mendorongnya untuk benar-benar berjuang memberi makna dan bobot untuk hidup dan panggilannya kegembalaanya.
Berikut beberapa keutamaan yang dimiliki oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD berdasarkan sharing dari beberapa imam dan frater yang pernah hidup dengan beliau dalam satu komunitas.
Pertama, Mgr. Anton adalah sosok yang rajin membaca dan merenungkan Kitab Suci.
Tugas sebagai seorang gembala tentu identik dengan tugas mewartakan. Kalau demikian maka membaca dan merenungkan Kitab Suci harus menjadi habitus yang perlu diinternalisasi dalam diri setiap pewarta (diakon, imam dan uskup).
Hal ini tidak berarti bahwa mereka yang bukan diakon, imam atau uskup tidak harus membaca Kitab Suci. Tetapi sebaliknya, membaca dan merenungkan Kitab Suci harus menjadi semangat dan kebiasaan setiap orang beriman.
Kitab Suci dapat menjadi pedoman arah dan langkah kemana dan bagaimana kita harus berlangkah.
Kedua, Mgr. Anton adalah sosok yang rajin berolahraga. Olahraga adalah satu upaya
untuk tetap menjaga kebugaran tubuh. Sebab itu untuk menjaga tubuhnya tetap sehat dan kuat, Mgr. Anton rutin berolahraga.
Saya masih ingat cerita dari RD. Dius Nahas dan RD. Yudel Neno yang pernah hidup bersama beliau di Komunitas SMK Bitauni, bahwa olahraga yang sering dilakukan oleh Mgr. Anton adalah dengan berlari (jogging).
Hal inilah yang menjadi satu indikator pendukung sehingga Mgr. Anton bisa mencapai umur yang ke-95 tahun.
Ketiga, Mgr. Anton adalah sosok yang rajin membaca dan rajin menulis. Mgr. Anton
adalah sosok yang tekun membaca dan menulis, dan hal yang ditulis setiap hari dan tidak pernah alpa yakni menulis diary atau catatan hariannya.
Pada titik ini, hemat saya Mgr. Anton adalah pribadi yang sangat menekuni dan menghidupi budaya literasi.
Mengapa tidak, di tengah situasi zaman yang kian berkembang, beliau masih nyaman dan betah dengan pena dan lembaran-lembaran kertas diarynya.
Tentu ini menjadi satu kesaksian hidup yang menarik dan perlu kita teladani supaya kita tidak terlalu nyaman dengan kenyamanan yang diberi atau ditawarkan oleh perkembangan teknologi.
Di sisi lain, point penting yng mau dipetik di sini yakni ketekunan untuk mengekalkan atau mengabadikan setiap moment kehidupan kita dalam lembaran-lembaran diary seperti yang dilakukan oleh Mgr. Anton.
Kematian Sebagai Maranata
Tanggal 2 Januari 2024 yang lalu Mgr. Anton baru merayakan ulang tahunnya yang ke-95. Tentu nuansa sukacita natal dan tahun baru sekaligus ulang tahun beliau menjadi sukacita yang Kalvari.
Sebab siapa yang menduga, kalau perayaan sukacita dan tawa tersebut merupakan sukacita terakhir yang dialami oleh Mgr. Anton dalam hidupnya. Tetapi saya yakin, Mgr. Anton sudah mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Baca juga: Uskup Atambua Dominikus Saku Lepas Jenazah Mgr Anton Pain Ratu dengan Air Mata
Dalam spirit dan semangat Maranata kematian itu dapat dilihat dan direfleksikan sebagai kedatangan dan kehadiran Tuhan untuk mengambil dan membawa kembali kehidupan yang merupakan kepunyaan-Nya, dan Mgr. Anton mengimani hal ini, bahwasanya kehidupan yang dijalaninya sifatnya terberi dan karena itu beliau selalu siap kapan saja Tuhan datang dan mengambilnya kembali.
Mgr. Anton menutup usianya serentak mengakhiri kehidupannya pada umur yang ke-95 tahun.
Dalam kurun waktu 95 tahun tentu sudah banyak hal yang dilakukan untuk gereja Katolik universal terlebih khusus untuk Gereja Katolik Keuskupan Atambua.
Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih berlimpah unukmu Yang Mulia, untuk kesaksian hidup dan imanmu yang engkau tinggalkan bagi Gereja pada umumnya dan khususnya untuk Gereja Keuskupan Atambua.
Selamat Jalan Mgr. Anton. Selamat jalan Gembala yang baik. Doakan kami selalu. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.