Timor Leste

Xanana Gusmao Sebut Proyek Gas Timor Leste Terbuka untuk Perusahaan Tiongkok 

Perdana Menteri Timor Leste Kay Rala Xanana Gusmao mengatakan tidak akan mengesampingkan partisipasi perusahaan-perusahaan Tiongkok di Greater Sunrise

Editor: Agustinus Sape
Foto Nikkei
Perdana Menteri Timor Leste Kay Rala Xanana Gusmao mengunjungi Tokyo untuk menghadiri pertemuan puncak yang memperingati 50 tahun persahabatan dan hubungan antara Jepang dan ASEAN. 

POS-KUPANG.COM, TOKYO - Perdana Menteri Timor Leste Kay Rala Xanana Gusmao mengatakan  Timor Leste akan memilih mitra untuk proyek gas alam lepas pantai Greater Sunrise yang akan membawa manfaat bagi negara kepulauan Asia Tenggara tersebut. Timor Leste juga tidak akan mengesampingkan partisipasi perusahaan-perusahaan Tiongkok.

“Ketika kita berbicara mengenai bisnis, kami tidak mengatakan kami lebih memilih ini atau itu,” kata Xanana Gusmao, seraya menambahkan bahwa pemerintahannya akan mempertimbangkan untung dan ruginya.

Timor Leste berupaya mengekspor gas alam cair dari ladang yang sedang dikembangkan bersama Australia, namun proyek tersebut terhenti.

Kemungkinan partisipasi Tiongkok dalam pembangunan fasilitas seperti pabrik dan jaringan pipa telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pembuat kebijakan di Jepang, AS, dan Australia.

Xanana Gusmao bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Tiongkok pada bulan September dan setuju untuk meningkatkan hubungan bilateral menjadi “kemitraan strategis yang komprehensif.” Energi merupakan salah satu bidang kerja sama yang disepakati kedua negara.

Baca juga: Timor Leste Menyetujui Kajian Konsep Proyek Greater Sunrise

Sebuah nota kesepahaman yang ditandatangani dengan Tiongkok menunjukkan bagaimana “kita memandang dunia” secara umum, kata Gusmao.

Dokumen tersebut tidak dimaksudkan untuk memberi isyarat bahwa “pintu terbuka hanya untuk Tiongkok dan tidak untuk negara lain,” tambahnya.

Tiongkok sangat terlibat dalam pembangunan infrastruktur di Timor Leste sebagai bagian dari kerja sama Belt and Road (Sabuk dan Jalan).

Xanana Gusmao mengatakan bahkan dengan pinjaman jangka panjang di bawah bantuan pembangunan resmi Jepang, pemerintahnya sering kali akhirnya memberikan kontrak kepada perusahaan-perusahaan Tiongkok yang memiliki biaya kompetitif.

“Ini karena proses pengambilan keputusan,” kata Xanana Gusmao, menepis anggapan bahwa negaranya semakin bergantung pada Tiongkok.

Menyebut Timor Leste sebagai “negara yang sangat muda dan terbelakang,” Gusmao mengatakan negara tersebut berupaya membangun kehadiran internasional melalui apa yang disebut kerangka G7 plus yang mencakup 20 negara.

Mengenai perang Rusia di Ukraina dan perang Israel-Hamas, Gusmao menekankan perlunya dialog untuk mencapai resolusi.

“Para pemimpin harus memikirkan kemanusiaan” daripada memikirkan kepentingan mereka sendiri, katanya.

Gusmao mengatakan Jepang “memainkan peran yang sangat penting” bagi kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia pada tahun 2002 dengan memberikan “kepercayaan dan motivasi” kepada masyarakat untuk terus melakukan perlawanan.

“Kami yakin pemerintah Jepang tidak akan mengakhiri persahabatan kerja sama tersebut,” tambahnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved