Breaking News

Berita NTT

Menggali Mutiara Terpendam dari Guru yang Berhati 'Muder Teresa'

Ketika memasuki pintu gerbang SLBN Pembina kesan sejuk, indah, bersih sudah terlihat. Kiri kanan kawasan itu ditumbuhi pohon tinggi menjulang.

Penulis: Edi Hayong | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
RANGKUL- Elisabeth Paledan, Pimpinan SLBN Pembina Kota Kupang dengan penuh kasih merangkul anak berkebutuhan khusus di lembaga ini. 

Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Edi Hayong

POS-KUPANG.COM, KUPANG- Pepatah mengatakan 'Kalau Bukan Kita Siapa Lagi, Kalau Bukan Sekarang Kapan Lagi" sangat pas disematkan pada sosok bernama lengkap, Elisabeth Paledan, S.Pd, MM. Wanita kelahiran Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, 2 Oktober 1967.

Sejak menginjakkan kaki pertama kali di Kupang, Ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) putri dari Pulau Celebes- sebutan lain buat Pulau Sulawesi memiliki cita-cita luhur mengurus anak-anak berkebutuhan khusus.

Maklum, istri dari Markus Sampe ini memiliki spesialisasi bidang keilmuan mengurus anak-anak Tuna Netra. Ia menamatkan studinya di D2 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) Makassar tahun 1989 lalu menjadi tenaga honorer di SLB Makassar sampai 1992 memutuskan hijrah mengikuti suami di Kota Kupang.

Baca juga: Tidak Mampu Bayar Uang Sekolah, Anak-anak Tidak Berkebutuhan Khusus Masuk SLB

Mengurus anak berkebutuhan khusus bagi elisabeth-demikian disapa merupakan panggilan hati. Itulah sebabnya ketika menginjakan kaki di Kota Kupang ia mengabdikan jiwa raganya dengan mencurahkan perhatian pada anak-anak di SLB Asuhan Kasih Kota Baru Kupang.

"Ada kepuasan hati dan jiwa. Saya kira ini rencana Tuhan untuk saya datang jauh-jauh dari Sulawesi untuk memberikan sentuhan buat anak-anak berkebutuhan khusus di NTT," tutur ibu lima orang anak ini.

Sosok Elisabeth sangat low profile. Tidak terkesan kaku dan sangat ramah ketika menerima POS-KUPANG.COM yang menyambangi lembaga yang dipimpinnya SLBN Pembina pada Selasa 14 November 2023 siang.

Baca juga: Ketua DPRD Luwu Timur Terekam Tolak Jabat Tangan dengan Warga Minta Maaf

Ketika memasuki pintu gerbang SLBN Pembina kesan sejuk, indah, bersih sudah terlihat. Kiri kanan kawasan itu ditumbuhi pohon tinggi menjulang.

Panas mentari tepat di ubun-ubun terasa dingin karena dijemput dengan sapaan angin sepoi-sepoi.

Mengobrol dengan wanita yang memiliki keahlian menulis huruf brile ini tidak membosankan. Alur bicaranya runut dan menegaskan bahwa sosok ini sangat memahami kondisi yang ada di SLBN Pembina Kota Kupang.

Sebagai pucuk pimpinan, Elisabeth memotivasi 120 siswa dan 69 para staf pengajar dengan pola : Senyum, Sapa, Salam atau S3. Tak heran ketika tetamu yang datang
dengan ramah mereka menerima dan mengantar ke tujuan.

Elisabeth berkisah bahwa mengurus siswa berkebutuhan khusus tidak semua orang mampu. Butuh keahlian khusus dan harus melayani dengan hati.

"Gunakan ilmu yang kita pelajari di bangku kuliah tidak cukup. Harus dengan hari. Karena anak-anak butuh kasih sayang. Saya melakukan itu sejak saya mengabdi di SLBN Pembina sejak 1 Januari 2011 sampai sekarang," tutur Elisabeth.

Baca juga: Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang Dikukuhkan jadi Guru Besar

Sosok yang berhati mulia seperti Muder Teresa dari Calcuta, India ini memang tidak pernah kenal yang namanya risih, jijik bahkan memarahi siswa di SLB tersebut. Ia harus memposisikan diri tidak sebagai pimpinan tapi sebagai layaknya orangtua kandung mereka.

"Saking dekatnya saya dengan anak-anak mereka peluk, cium saya seperti halnya ibu kandung. Tidak ada sekat perbedaan sehingga saya mengganggap mereka semua adalah keluarga kandung saya sendiri," jelas lulusan Sarjana Biologi di Universitas Muhammadiyah Kupang ini.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved