Berita Flores Timur
Mengenal 'Koke Bale' di Desa Lewokluok Flores Timur
dampak positif bagi masyarakat yang saat ini konsen dengan menenun, membuat pelbagai souvenir anyaman dan kuliner lokal.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Sebuah rumah panggung setinggi hampir tiga meter berdiri tegak di atas lahan bebatuan.
Warga menamainya 'Koke Bale' yang berarti rumah adat bagi belasan suku di Desa Lewokluok, Kecamatan Demon Pagong, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT.
Konstruksi Koke Bale memiliki enam tiang induk yang berfungsi menopang bangunan, dan satunya lagi tiang nok bubungan atap.
Tujuh tiang ini merupakan simbol dari tujuh suku di kampung yang kini mekar menjadi tiga desa, Lewokluok, Bama, dan Blepanawa.
Baca juga: Polisi Tak Pandang Bulu Tegakkan Kasus Penganiayaan Pegawai Bank di Flores Timur
Ketua Lembaga Pemangku Adat Lewokluok, Petrus Kerewo Lein (68), memandu wartawan masuk dalam bangunan tanpa dinding dan berlantai bambu cincang itu.
Persis di tengah-tengah Koke Bale, ada enam tiang kayu berukuran lebih besar dari tiang lainnya. Enam tiang itu simbol suku Kabelen, Nedabang, Lewo Kung, Lewati Kumanireng, Lein, dan Lubur.
Petrus menerangkan, Koke Bale menghimpun 13 suku, namun tujuh suku diantaranya menyimpan cikal bakal sejarah yang panjang, dan berjasa bagi kampung Lewokluok Demon Pagong.
Salah satunya suku Beribe ditempatkan pada tiang nok karena berhasil menemukan orang pintar untuk mengusir musibah yang mengancam warga kampung. Orang pintar itu suku Lein, salah satu yang menempati enam tiang besar Koke Bale.
"Waktu itu keadaan di kampung tidak aman, jadi suku Beribe punya kewajiban cari orang pintar, akhirnya dapat suku Lein. Mereka punya jasa besar," katanya, Rabu 14 Juni 2023.
Koke Bale sebagai pusat pertemuan semua suku berada di lahan milik suku Nedabang. Bangunan berdiameter sekira 7x4 meter persegi dikelilingi sejumlah rumah suku yang radiusnya tidak sampai belasan meter.
Baca juga: Kronologi Pegawai Bank di Flores Timur Dipalak dan Dianiaya Anak Polisi
Suku Nedabang, ungkapnya, menjadi salah satu penghuni paling utama. Nedabang menempati tiang sisi selatan, berdampingan dengan suku Kabelen, penguasa kampung yang memimpin ritual adat bersama suku Lein.
Dalam ritual Koke Bale, suku Kabelen paling banyak membawa hewan babi dan kambing yaitu 5 ekor, disusul suku Lein 4 ekor, kemudian lima suku lainnya 1 ekor.
"Suku-suku yang ada dalam tiang induk dan tiang nok bubungan wajib tanggung hewan kurban babi atau kambing," ungkapnya.
Petrus berujar, meski lebih ditanggung tujuh suku, namun enam suku lainnya selalu berkontribusi memberikan sumbangan bagi suku yang lebih banyak menanggung kurban.
Dinas Dikbud Gandeng Telkom Sigma Lancarkan PPDB Online Tahun 2023 di Kota Kupang |
![]() |
---|
Desa Wisata Budaya Lewokluok di Flores Timur Gelar Festival dan Ritual Koke Bale |
![]() |
---|
Polisi Tangkap Calo Perekrut Pekerja Migran Ilegal di Flores Timur |
![]() |
---|
Sukarelawan Srikandi Ganjar Gelar Pelatihan Pembuatan Produk Bernilai Ekonomis di Flores Timur |
![]() |
---|
Jemaah Haji Flores Timur Pakai Duit Sendiri, Begini Penjelasan Pemkab |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.