Rabies Serang Timor Tengah Selatan

BREAKING NEWS: Rabies Serang Timor Tengah Selatan, Kasus Pertama di Pulau Timor

Hal tersebut dikonfirmasi usai Balai Besar Veteriner Denpasar Bali mengeluarkan informasi resmi terkait sampel organ anjing

|
Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/ADRIANUS DINI
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Timor Tengah Selatan, drh. Dianar A. S Ati 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Adrianus Dini

POS-KUPANG.COM, SOE - Kabupaten Timor Tengah Selatan menjadi kabupaten pertama di daratan Timor dengan kasus rabies.

Hal tersebut dikonfirmasi usai Balai Besar Veteriner Denpasar Bali mengeluarkan informasi resmi terkait sampel organ anjing yang dikirim oleh Dinas Peternakan Kabupaten TTS dinyatakan positif rabies

Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten TTS, drh. Dianar AS Ati saat ditemui POS-KUPANG.COM di ruang kerjanya, Senin, 29 Mei 2023.

"Kabupaten TTS menjadi kabupaten pertama di daratan Timor dengan kasus rabies karena kasus ini belum pernah ada sebelumnya. Hasil labnya menyatakan sampel otak anjing dari Fenun yang kita kirim positif rabies," ungkapnya.

Terkait kasus ini, Ati menerangkan pihaknya sedang melakukan penelusuran.

"Sejauh ini ada 13 kasus gigitan. Dari data yang ada, 1 orang dikatakan meninggal dunia. Namun berdasarkan informasi yang kita terima, yang bersangkutan juga memiliki penyakit bawaan. Artinya ada penyakit penyerta lain," terangnya.

Baca juga: Pemerintah Desa Bonlue Timor Tengah Selatan Cairkan BLT Tahap II, Kades Sebut Tak Ada Potongan

Ati menerangkan rabies bersifat Zoonosis.

"Rabies ini bersifat Zoonosis artinya penyakit ini dapat menular dari hewan kepada manusia. Penyakit ini dapat menular ketika manusia digigit anjing. Bisa juga menular ketika luka terpercik dengan air liur anjing. Bahkan bisa menular jika percikan liur itu mengenai bola mata manusia," paparnya.

Dirinya mengingatkan agar sebaiknya liur anjing dihindari.

"Cepat atau lambat kasus rabies ini tergantung lokasi atau posisi luka gigitan. Kalau gigitannya jauh dari sistem saraf, berarti dia berjalan lambat, tetapi kalau gigitannya dekat ke kepala, pengaruhnya akan sangat cepat gejala rabies terhadap manusia. Dalam atau tidaknya luka gigitan juga berpengaruh terhadap infeksi Virus ini," tandasnya.

Dia menyampaikan, pihaknya sedang mendalami asal anjing terinveksi yang mengakibatkan rabies di wilayah Fenun.

Baca juga: Nathalie Holscher Tampil Kece Berhijab Saat Ikut Lomba Drift Mobil, Mantan Istri Sule Banjir Pujian

"Penyakit ini juga masih menjadi pertanyaan dari kami. Mestinya ada anjing atau kucing atau kera yang berasal dari daerah tertular yang masuk ke wilayah TTS dan menggigit anjing di wilayah Fenun sehingga terinveksi. Kita di NTT daerah Flores, lembata termasuk daerah terinveksi. Pertanyaannya apakah ada anjing dari Flores Lembata ataukah dari daerah lain yang terinveksi yang masuk ke Fenun. Ini yang sedang kita telusuri. Memang penyebarannya virus ini juga bisa melalui kelelawar, tetapi selama ini kita ada kelelawar dan kasusnya tidak ada," paparnya.

"Timor secara historis tidak ada kasus rabies. Dengan adanya hasil Lab ini, TTS menjadi daerah pertama di Timor yang tertular Virus rabies," tuturnya.

Ati menyebut pihaknya sudah berkoordinasi dengan kadis kesehatan terkait kondisi ini.

"Langkah yang perlu kami ambil yaitu penutupan lokasi desa sehingga tidak ada anjing yang dibawa keluar. Nanti akan ada surat instruksi dari bupati untuk hal ini. Namun sudah ada surat dari camat yang mendahului untuk mengimbau masyarakat perihal kasus ini," katanya.

Baca juga: Tingkatkan Minat Baca, Perpustakaan NTT Sosialisasi Gemar Membaca di SMAN 1 Soe Timor Tengah Selatan

Terkait kasus rabies ini, Ati menyarankan agar masyarakat mengikat anjing peliharaan.

"Kita minta supaya anjing tidak boleh dibawa keluar kampung. Kita anjurkan juga agar anjing diikat. Hal ini penting untuk keamanan bersama," tuturnya.

Dirinya menyampaikan, berdasarkan tinjauan di lapangan jika kasusnya kecil dan bisa dilokalisir anjingnya dieliminasi saja. Hal itu kata Ati supaya virus tersebut tidak menyebar luas. 

"Kami juga melakukan komunikasi edukasi informasi bagi masyarakat agar masyarakat tidak perlu panik karena kita dari dinas terkait akan mengambil langkah untuk mengatasi virus ini," ucapnya.

Terkait vaksin, Ati menerangkan akan ada kemungkinan diberikan di waktu yang akan datang.

Baca juga: Yayasan TLM Serahkan Alat Bantu Kesehatan bagi Disabilitas di Desa Oebobo Timor Tengah Selatan 

"Selama ini kita daerah bebas rabies sehingga belum pernah dilakukan vaksin. Namun setelah ada kasus ini ke depan akan ada vaksin rabies. Vaksin rabies hanya ada di wilayah yang memiliki kasus rabies," terangnya.

"Besok kami akan adakan rapat koordinasi lintas sektor terkait dalam rangka penanganan kasus rabies. Hal ini agar kami segera mengambil langkah-langkah penanganan. Besok hadir juga dinas terkait dari Provinsi," imbuhnya.

Ati menuturkan, dengan kasus yang ada, masyarakat perlu waspada terhadap gigitan anjing. 

"Selain di Fenun, informasi yang kita terima bahwa di Netutnana, Kokoi, desa Oinlasi Kie juga ada kasus gigitan anjing. Artinya Fenun dan daerah-daerah sekitar perlu kami sisir untuk dilokalisir sehingga penyebaran rabies tidak meluas," terangnya.

Terkait kondisi yang ada Ati meminta masyarakat untuk tidak panik.

"Masyarakat diminta untuk tidak panik. Anjing diharapkan untuk diikat. Sebaiknya anjing tidak dibiarkan berkeliaran. Kalau ada anjing agresif dimusnahkan saja, karena anjing yang terinveksi biasanya agresif," pungkasnya. (din)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved