Siapapun Presidennya, Jokowi Pemenangnya
Peningkatan popularitas dan elektabilitas Prabowo, fanatisme pendukung riil Ganjar dan PDIP menurut saya akan memberi peluang
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Gerak aktif Jokowi dalam melakukan endorse calon presiden sedikit banyak memberi arti bahwa kelanjutan program pembangunan khususnya pembangunan dan pemindahan ibukota ke IKN harus berjalan mulus. Kehadiran dan pembicaraan intens dengan koalisi besar beberapa partai memunculkan sosok Prabowo yang akan diusung menjadi calon presiden. Sedangkan di rumah sendiri yakni PDIP , sosok Ganjar , walau sedang sengsara popularitasnya akibat penolakan Israel di Piala Dunia U 20, yang resmi dipilih ketua umum PDIP untuk maju tahun 2024. Jadi dengan bekal angka ambang batas parlemen, dua bakal calon presiden ini hampir pasti melaju mengikuti kontestasi pemilihan presiden RI periode 2024-2029.
Sedangkan bakal calon lain , Anies Baswedan, baru akan jadi calon presiden pasti, jika Nasdem, Demokrat dan PKS tidak ada yang membelot.
Peningkatan popularitas dan elektabilitas Prabowo, fanatisme pendukung riil Ganjar dan PDIP menurut saya akan memberi peluang kemenangan pada salah satu calon ini.
Bahkan jika PDIP berhasil merayu Nasdem untuk kembali berkoalisi, maka nasib Anies akan sial. Demokrat dan PKS tidak sanggup memunculkan calon sendiri hanya berdua. Di pihak lain PKB karena kedekatan dengan NU dan kebutuhan pragmatis berpeluang untuk pamit dari Gerindra untuk bergabung dengan PDIP. Dengan memunculkan wakil presiden representasi NU : yang pasti bukan Cak Imin.
Pergeseran koalisi partai dalam sejarah politik Indonesia terkini sangat cair . Meskipun dalam dua periode pemilihan presiden cukup tajam berkubu tapi gerak politik rangkulan Jokowi telah melebur sekat kuat pemisah tersebut. Prabowo pun masuk kabinet. Luar biasa.
Jika tetap ada 3 calon Presiden mari kita lihat kemungkinan siapa calon wakil presiden .
Prabowo dikepung beberapa partai dengan tradisi keluwesan berpolitik yang sudah teruji sejak jaman ORBA macam Golkar dan PPP , ditambah partai jaman Reformasi PAN dan PKB. Mereka semua pastilah ingin memajukan ketua partainya sebagai calon wakil presiden. Bahkan dengan ribuan baliho di berbagai daerah Airlangga dan Muhaimin dipromosikan sebagai bakal calon presiden, walau tanpa hasil kenaikan signifikan terhadap elektabilitas ( sama seperti nasib promo Puan Maharani ). Ini tentu sudah disadari, paling tidak nama masuk di daftar poling sebagai bekal bargaining menjadi calon wakil presiden.
Yang sayangnya akan juga sulit digapai. Partai kuat pengusung calon presiden cenderung memilih figur dengan dua kriteria yakni dari Ormas Islam besar , dan atau didukung modal finansial besar. Hal ini sesuai postulat Jusuf Kala bahwa calon wakil presiden harus memberi sumbangan suara yang signifikan dan pendanaan yang kuat. Dua syarat ini akan menjadi pertimbangan utama pemilihan calon wakil presiden
Maka muncullah nama-nama Erick Tohir representasi NU dan sosok tajir, Sandiaga Uno pemodal besar, meninggalkan nama-nama macam Mahfud MD dan Kofifah yang sebenarnya punya banyak dukungan. Menarik kalau Anies tetap maju siapakah calon wakil presidennya. Demokrat sangat ingin AHY diterima sebagai pasangan Anies. Modal dana mungkin dianggap mumpuni. Demikian juga kekuatan di parlemen. Tinggal negosiasi dengan PKS saja. Tapi Anies tentu ingin punya wakil dengan background massa Islam yang kuat. Yang sayangnya sangat sulit digaet. Jadi gambaran pasangan untuk capres wapres 2024 : GP- ET, PS-SU lagi, AB-AHY. Atau Silahkan ditambahkan kemungkinan lain wapresnya apakah Kofifah, Puan, Airlangga, atau bahkan Gibran?
Tapi peluang besar untuk dua calon presiden mendapatkan cawapres yang sesuai kriteria menjadikan dua capres yakni Prabowo dan Ganjar berpeluang menang lebih besar.
Dengan adanya dua calon kuat yang bisa dibilang mesra dengan Jokowi, Jokowi bisa pensiun dengan tenang. Semua program dan peta jalan pembangunan Indonesia dapat diteruskan. Bukan sekadar slogan, Lanjutkan!
Oleh : Dewa Putu Sahadewa