Berita Timor Tengah Utara
Ini Pesan Bupati TTU Saat Halal Bihalal Idul Fitri 1444 Hijriah IKA Lamaholot Timor Tengah Utara
Seperti biasanya, ucap Juandi, sebelum rayakan Idul Fitri, umat Islam diperintahkan terlebih dahulu memberikan zakat fitrah kepada kaum fakir miskin
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon
POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Bupati Timor Tengah Utara, Drs. Juandi David memberikan pesan penting bagi umat beragama dalam merajut toleransi di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pesan tersebut disampaikan Juandi David dalam sambutan kegiatan Halal Bihalal Idul Fitri 1444 Hijriah Ikatan Keluarga Ata (IKA) Lamaholot Timor Tengah Utara pada yang dibacakan oleh Asisten I Setda TTU, Yoseph Khuabib, Sabtu, 29 April 2023.
Dikatakan Juandi, pada saat ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan karunia kebahagiaan dan nikmat kepada segenap Umat Islam khususnya Ikatan Keluarga Ata (IKA) Lamaholot yang berada di Kabupaten Timor Tengah Utara untuk boleh mengadakan acara Halal Bihalal dalam rangka Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1444 Hijriyah.
Baca juga: GMNI Cabang Kefamenanu Sayangkan Pernyataan Bupati TTU
Kebahagiaan dan nikmat merayakan Idul Fitri, pasti lebih dalam dan bulat rasanya terutama bagi segenap ummat Muslim yang telah menunaikan ibadah puasa sebagaimana mestinya, disertai dengan membayar zakat fitrah, zakat harta, dan segala amal perbuatan yang lebih banyak dan lebih baik. Semoga semuanya itu diterima oleh Allah. Dan sesungguhnya segala puji hanyalah bagi Allah semata-mata. Sungguh luar biasa arti pelajaran yang dapat diambil oleh setiap umat Islam dari ibadah puasa dan hikmah Hari Raya Idul Fitri.
"Saya berharap, Bapak, Ibu, saudara/i tanpa jemu-jemunya mengambil pelajaran dan mendalami hikmah itu, untuk bekal penyempurnaan amal perbuatan dan pelaksanaan tugas-tugas di masa depan," ungkapnya.
Baca juga: Bupati TTU Rayakan Pesta Paskah 2023 Bersama Umat di Stasi St. Markus Kaniti Kupang
Ia mengatakan, puasa bukan sekedar merupakan ujian ketahanan lahir, melainkan sekaligus juga ujian ketabahan batin, bahkan ukuran dan pendorong keluhuran moral, akhlak dan budi pekerti manusia.
Disampaikan Juandi, di dalam Surat Al Baqarah ayat 183 telah ditegaskan bahwa: "Hai orang beriman, diwajibkan kepadamu mengerjakan puasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang yang terdahulu, supaya kamu benar-benar menjadi orang yang bertakwa".
" Sangat jelas di sini bahwa tujuan utama dari ibadah puasa adalah untuk menjadikan umat Islam lebih bertakwa. Berpuasa bukanlah sekedar untuk menahan rasa haus dan lapar, bukan sekedar untuk melawan nafsu dan godaan, bukan sekedar menahan keinginan, yang dalam keadaan biasa adalah hak dan halal, melainkan terutama agar umat Islam dapat mengendalikan diri dan kuat menghadapi penderitaan sehingga dapat ikut merasakan penderitaan orang lain. Dengan demikian, akan lebih kuatlah rasa persaudaraan, rasa persatuan dan rasa perikemanusiaan," ujar Juandi.
Takwa berarti taat dan tunduk kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, menjauhi segala laranganNya dan dengan penuh keyakinan menjalankan perintah-perintah dan petunjuk-petunjukNya tanpa mundur terhadap pencobaan, ujian dan tantangan.
Baca juga: Polres TTU Canangkan Program Gerakan Orangtua Asuh Bagi Anak Stunting
Mengenai hal ini, Nabi Besar Muhammad SAW telah memperingatkan: "Berapa banyak orang yang berpuasa, hasil yang diperolehnya hanyalah lapar dan haus saja. Dan berapa pula banyaknya orang yang bersembahyang malam, hasilnya senantiasa menggugah kita semua untuk terus menerus mendalami hakekat puasa dan sembahyang agar ibadah kita yang berat itu terlaksana di jalan Allah". Apabila pada saat magrib terakhir menjelang Idul Fitri, setiap umat Islam telah mengakhiri ibadah puasa dengan sempurna, maka akan terasa lapang dada, merasa seolah- olah menjadi insan baru, yang penuh dengan ketenteraman jiwa, kejernihan pikiran, semangat bekerja yang baru dan penuh keyakinan memandang masa depan.
Pasalnya, dengan merayakan Idul Fitri berarti kembali kepada fitrah sejati, kembali kepada kemurnian dan hakekat. Oleh karena itulah, maka sesudah menjalankan ibadah puasa selama sebulan suntuk, sesudah berusaha terus-menerus mawas diri, sesudah lulus dari ujian lahir batin, semoga setiap ummat Islam (khususnya Ummat Islam di TTU) telah berhasil menyucikan diri masing-masing, sehingga dapat memelihara kemurnian sifat dan cita-cita sebagai ummat Allah.
Baca juga: Pawai Malam Takbiran di Kota Kefamenanu Diikuti Rohaniwati Katolik
Seperti biasanya, ucap Juandi, sebelum rayakan Idul Fitri, umat Islam diperintahkan terlebih dahulu memberikan zakat fitrah kepada kaum fakir miskin.
Dan barang siapa tidak menghiraukan kaum fakir dan miskin ini, maka mereka sebenarnya "mendustakan" agama. Islam sebenarnya mengajarkan hal-hal yang lebih dalam, artinya bukan sekedar mewajibkan setiap orang Islam menolong fakir miskin melalui zakat fitrah setahun sekali, melainkan diwajibkan bertindak lebih prinsipiil lagi yaitu menghapuskan sumber-sumber kemiskinan dalam masyarakat.
Dari hikmah puasa dan Idul Fitri seperti yang disebutkan tadi, maka jelas bahwa ibadah puasa bukan hanya merupakan pendidikan diri pribadi, melainkan juga merupakan pendidikan sosial, terutama agar setiap ummat Islam dapat hidup bermasyarakat dengan sebaik-baiknya. Hikmah puasa dan Idul Fitri bahkan mengharuskan setiap umat Islam untuk merombak masyarakat, melalui perjuangan di bidang pembangunan. Itulah sebabnya, Islam sering dimengerti sebagai agama pembaharu, karena Islam mengharuskan terwujudnya persamaan derajat, persaudaraan, persatuan dan kebahagiaan bagi umat manusia.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.