Berita Timor Tengah Utara
Gereja Dukung Penuh Pelaksanaan Tradisi Kure di Desa Noemuti
Dukungan terhadap Tradisi Kure ini diberikan mengingat tradisi tersebut merupakan salah satu budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Eflin Rote
Laporan POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon
POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Gereja Katolik Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti, Keuskupan Atambua, mendukung penuh pelaksanaan tradisi Kure di Kampung Kote, Desa Noemuti, Kecamatan Noemuti Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dukungan terhadap Tradisi Kure ini diberikan mengingat tradisi tersebut merupakan salah satu budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur Kampung Kote, Desa Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara sejak zaman Portugis.
Tradisi Kure dalam prakteknya merupakan sebuah kegiatan berdoa dari rumah adat (Ume Mnasi) yang ada di Kampung Kote, Desa Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara.
Baca juga: Paskah 2023, Ratapan Angkalale Umat Stasi St. Alexander Oelnitep Timor Tengah Utara
Demikian disampaikan Pastor Rekan Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti, RD. Tanner Uskenat, Pr kepada POS-KUPANG.COM, Minggu, 9 April 2023.
Mengingat Tradisi Kure telah dilestarikan sejak zaman Portugis, kata Romo Yanner, tradisi tersebut menjadi kesempatan bagi umat Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti mengenang Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Menurutnya, ada beberapa rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan Tradisi Kure yakni pengambilan air, pembersihan atau pembasuhan barang-barang suci yang diwariskan leluhur, dan berdoa bersama.
Romo Yanner berharap, umat Katolik Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti khususnya Kampung Kote, terus memelihara dan mewarisi Tradisi Kure ini turun-temurun.
Baca juga: Pantau Pelaksanaan Misa Kamis Putih, Kapolres Timor Tengah Utara Titip Pesan Penting
"Terutama diturunkan kepada anak cucu dan juga ini akan dilanjutkan terus menerus," tukasnya.
Sebelum diberitakan, Umat Katolik di Kampung Kote, Desa Noemuti, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Ritual Soet Oe (mengambil air,) dan Taniu Uis Neno (membersihkan patung-patung) pada Kamis, 6 April 2023.
Ritual Soet Oe dan Taniu Uis Neno digelar pada hari Kamis pagi dalam rangkaian Tri Hari Suci Umat Katolik di Kampung Kote, Desa Noemuti.
Ketika pagi-pagi pada hari Kamis tersebut, sejumlah pria dan wanita dari masing-masing Ume Mnasi (rumah adat) diutus ke Gereja Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti.
Setelah menerima berkat dari Pastor, rombong ini kemudian bergegas ke Kali untuk menimba air. Mereka membawa serta wadah berupa tembikar (periuk yang terbuat dari tanah liat) yang mana pada bagian bibir tembikar ini ditutup dengan tempurung kelapa yang telah didesain khusus.
Selain membawa tembikar, utusan masing-masing Ume Mnasi baik laki-laki maupun perempuan mengenakan pakaian adat tradisional setempat.
Saat berjalan ke Kali mereka berjalan beriringan dan tidak saling mendahului. Setelah wadah berupa tembikar masing-masing utusan Ume Mnasi tersebut penuh diisi air, mereka kemudian kembali ke Gereja.
Semua air pada masing-masing wadah tersebut kemudian diberkati oleh Pastor di Gereja lalu dibawa ke masing-masing Ume Mnasi.
Baca juga: Paskah 2023, Ritual Soet Oe dan Taniu Uis Neno dalam Tradisi Prosesi Kure di Timor Tengah Utara
Ketika tiba di masing-masing Ume Mnasi, patung-patung peninggalan bangsa Portugis yakni Imam-imam Misionaris Dominikan dikeluarkan lalu dibersihkan di depan tempat doa yang sudah didekorasi.
Setiap Patung dibersihkan dengan cara-cara dan proses yang unik. Patung-patung ini pertama kali dibasuh dengan air berkat. Setelah itu, seorang wanita yang bertugas memarut kelapa, kemudian menggosok patung tersebut dengan kelapa yang sudah diparut dengan perlahan. Patung-patung ini digosok penuh hati-hati.
Seorang wanita bertugas menghancurkan potongan tebu (sepanjang jari telunjuk orang dewasa) menggunakan batu. Di mana tebuh yang sudah dihancurkan dan berbentuk seperti kuas ini digunakan untuk membersihkan bekas ampas kelapa yang masih melekat pada patung.
Pasca dibersihkan dan disimpan di tempat doa, seluruh anggota keluarga di Ume Mnasi tersebut membasuh wajah menggunakan air berkat ini.
Penjaga Ume Mnasi Upbatan, Petrus Kosat ketika diwawancarai mengatakan, ritual Soet Oe dan Taniu Uis Neno dilaksanakan sekali dalam setahun.
Baca juga: Tinjau Pelaksanaan Operasi Pasar Murah, Ini Penjelasan Bupati Timor Tengah Utara
Para perempuan yang ada di dalam Ume Mnasi bertugas mengambil air di kali dan membersihkan patung-patung tersebut.
Air sisa pembersihan patung tersebut kemudian digunakan oleh penghuni Ume Mnasi untuk membasuh wajah mereka.
Hal ini menandakan bahwa semua penghuni Ume Mnasi telah bersih lahir dan batin atau dengan kata lain, air tersebut sebagai simbol penyucian diri.
"Kalau dulu-dulu kan ada setan, jadi ini pagi kita cuci muka supaya setan itu jalan keluar dan Tuhan yang masuk di kita punya rumah," ungkapnya. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.