Berita Timor Tengah Utara
Paskah 2023, Ratapan Angkalale Umat Stasi St. Alexander Oelnitep Timor Tengah Utara
Tangan-tangan yang tak lagi muda itu mengayunkan alu menuju jantung lesung. Irama bunyi lesung diselaraskan dengan ratapan Angkalale
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon
POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Malam kian larut. Rembulan seakan beristirahat sejenak di pucuk langit yang gelap nan pekat. Rintik hujan baru saja berlalu pergi.
Dalam dekapan dingin yang kian menusuk tulang, sayup-sayup dari kejauhan terdengar bunyi alu beradu nyaring dengan lesung.
Penulis perlahan memarkirkan sepeda motor di depan Kapela Stasi St. Alexander Oelnitep setelah menempuh perjalanan kira-kira 6 kilometer dari Kota Kefamenanu
Baca juga: Pantau Pelaksanaan Misa Kamis Putih, Kapolres Timor Tengah Utara Titip Pesan Penting
Tak pernah terbersit sedikitpun di benak penulis bahwa tradisi ini telah hidup puluhan bahkan ratusan tahun dalam budaya masyarakat Dawan.
Dedak padi berhamburan tak beraturan dari bibir lesung. Bait-bait nyanyian bercampur kegetiran mengalir dalam keheningan.
Puluhan wanita Stasi Santo Alexander Oelnitep, Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu, Kelurahan Tubuhue, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur duduk berhadapan di samping kapela itu. Mereka menumbuk padi dengan cara tradisional sembari mendaraskan Ratapan Angkalale.
Tangan-tangan yang tak lagi muda itu mengayunkan alu menuju jantung lesung. Irama bunyi lesung diselaraskan dengan ratapan Angkalale yang dinyanyikan dalam bahasa Dawan.
"Angkalale saija on usi Yesus dimana dimana nona ia hoe hao ia angkalale, usif Yesus nanet netna Usif Yesus nanet netna nikan faen nameu nuba neu in rasul sin (Kemana Engkau pergi dan dimanakah rumahMu, Kami rindu berjumpa kembali namun apa daya, Kau sudah pergi. Namun jangan lupa menoleh melihat para rasul dan kami umatMu. Kami rindu bertemu kembali Tuhan Yesus)". Syair ini diulang berkali-kali dengan nada-nada yang mengiris Sukma.
Baca juga: Diduga Rudapaksa Anak di Bawah Umur, Seorang Pria di Kabupaten Timor Tengah Utara Dibekuk Polisi
Di samping para penumbuk padi, belasan wanita sibuk menampi beras. Tangan gemulai menggerakkan nyiru memisahkan kulit padi dari isinya.
Seorang ibu dari puluhan perempuan mengusap butiran duka yang mengalir dari kedua bola mata. Di antara pendar cahaya lampu yang menggantung tepat di atas kepala mereka, wanita itu mengangkat selendang yang menggantung di pundaknya dan mengusap butiran air mata.
Lautan duka seakan menyelimuti wajahnya yang kian uzur tergerus usia. Beberapa dari mereka menutup mata sambil mendaraskan ratapan Angkalale. Meresapi setiap makna dari syair duka sambil bernostalgia dengan waktu.
Ratusan pasang mata kaum pria dan wanita serta anak-anak menatap ibu-ibu dan para gadis yang sedang sibuk mendaraskan ratapan Angkalale sambil menumbuk padi dan menampi beras.
Ratapan Angkalale merupakan salah satu tradisi dalam masyarakat Dawan. Ratapan atau syair duka ini biasanya didaraskan oleh keluarga dan semua masyarakat dari seorang Raja atau Tua Adat yang telah meninggal dunia.
Pastor Rekan Paroki Santo Yohanes Pemandi Naesleu, RD. Kristoforus Ukat, Pr, Ketua Panitia Paskah Stasi St Alexander Oelnitep, Vincent Kia Beda, Tua Adat, dan kaum pria serta ratusan umat lainnya menyaksikan pelaksanaan tradisi ini dengan khidmat.
Baca juga: Mengenal Ritual Trebluman dalam Prosesi Kure di Noemuti Timor Tengah Utara
Berita Timor Tengah Utara
Timor Tengah Utara
Ratapan Angkalale
Stasi St. Alexander Oelnitep
POS-KUPANG.COM
Pos Kupang Hari Ini
Pantau Pelaksanaan Misa Kamis Putih, Kapolres Timor Tengah Utara Titip Pesan Penting |
![]() |
---|
Tinjau Pelaksanaan Operasi Pasar Murah, Ini Penjelasan Bupati Timor Tengah Utara |
![]() |
---|
Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara Gandeng Bulog Cabang Atambua Gelar Operasi Pasar Murah |
![]() |
---|
Kepala BKDPSDM Sampaikan Perkembangan Terkini Seleksi PPPK di Kabupaten Timor Tengah Utara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.