Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Lucky Hakim: Saya Bukan Tukang Ketik

Wakil Bupati Indramayu Lucky Hakim membeberkan sejumlah hal soal keputusannya memilih mundur dari orang nomor dua di Kabupaten Indramayu.

Editor: Alfons Nedabang
Via Grid.ID
Lucky Hakim resmi ajukan surat pengunduran diri dari jabatan Wakil Bupati Indramayu. 

Itu yang membuat saya melaksanakan fungsi wakil Bupati, iya mau tetapi bagaimana caranya tetapi tidak ada alatnya. Dan saya konteksnya adalah saya ini mundur secara personal karena janji keluar dari lisan saya tentang 99 janji itu.

Jadi ketika misalnya tidak tepati janji saya, saya berhak untuk mundur. Kenapa saya lihat sampai saat ini masyarakat yang menagih janji kepada saya bagaimana tentang 1.500 km jalanan yang pasti sudah kita bisa kita lihat dan jauh dari situ. Bagaimana dengan 1000 embung, bagaimana dengan sekolah bola, bagaimana tentang lapangan bola di setiap desa.

Bagaimana dengan gaji Imam masjid, ini para Imam masjid dan para kiayi nanya sama saya 'anda berjanji dan janji itu akan di tagih di akhirat nanti bahwa Anda menggaji Imam masjid Imam mushola senilai Rp 1 juta, bahkan berjanji untuk memberikan honour guru senilai Rp 1,6 juta.

Jadi artinya saya kewalahan bagaimana saya bisa melakukan kinerja itu kalau tidak ada tools nya itu yang akhirnya membuat saya daripada menyalahkan langit dan bumi, ya sudah saya salahkan diri saya sendiri. Dan saya mengundurkan diri.

Jadi sebenarnya saya melihat tidak ada yang menyalahkan satu sama lain, ini semua saya tanggung sendiri segala janji yang keluar dari mulut saya, walaupun pada saat itu adalah Paslon untuk saya tanggung.

Memangnya mundul ini baik untuk saya, ini juga buruk buat saya artinya ini saya ambil resiko tetapi sudah bulat bahwa yang terbaik walaupun ini buruk terbaik dari yang terbaik adalah saya mengundurkan diri.

Kang, sejak kapan Anda merasa tidak difungsikan oleh Bupati?

DPRD saja sudah merasakan tahun lalu. Ini fakta. DPRD tahun lalu sudah melakukan interpretasi dan interpretasi tahun lalu itu berarti diamati dari beberapa bulan sebelumnya saya baru menjabat 2 tahun. Kalau tahun lalu saja DPRD sudah melakukan integrasi artinya jauh jauh beberapa bulan sudah seperti itu.

Kalau bapak bertanya kapan saya merasakan, sebenarnya saya merasakan itu tidak kontan atau sekonyong-konyong. Saya melihat bahwa ada beberapa alat alat kerja saya yang mulai tidak ada.

Itu membuat saya akhirnya menjadi Invalid semacam kaya tidak bisa berbuat, (tidak punya tangan dan kaki) betul tetapi pelan-pelan. Karena saya tahu ada ajudannya dua, lalu ajudannya tidak ada satu aspri tidak ada satu akhirnya sisa satu aspri. Ya udah saya mencoba bekerja dengan itu lalu tiba-tiba ajudannya jadi Lurah.

Iya tidak apa apa saya juga senang kalau ada ajudan jadi lurah mau jadi presiden sekalipun atau menjadi Sekretaris PBB silahkan. Tetapi artinya kan harus ada penggantinya kan kalau penggantinya mau anak IPDN atau apapun itu, ya tidak masalah.

Mau tukang ketik Camat diambil dari magang juga tidak apa-apa saya juga tahu bahwa kepala desa saja sudah ada tukang ketik nya juru tulis, Kepala desa aja ada orang untuk mencatat kalo ada naskah. Coba kalau wakil Bupati tidak punya tukang ketik terus bagaimana jadi bingung sebenarnya. (tribun network/yuda)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved