Opini
Opini RP Fidel Wotan SMM: Prapaskah Berbalik pada Kerahiman Tuhan
Masa Prapaskah sudah dan sedang dijalani oleh orang Kristen Katolik, terhitung mulai Rabu Abu yang ditandai dengan penerimaan abu di dahi.
Pengurbanan semacam ini dilihat sebagai bentuk penyangkalan diri, menahan rasa lapar dan dahaga untuk meraih sebuah nilai tertinggi, yakni meneladani Kristus sendiri.
Pertanyaannya, apakah puasa dan pantang ini diasimilasi oleh umat Kristen? Ataukah hanya sekadar sebuah ritualisme belaka tanpa disertai proses pembatinan?
Pemurnian diri tersebut merupakan momen untuk mentransformasi diri (mengubah diri). Transformasi diri akan menjadi lebih mudah kalau ada upaya untuk mampu “melepaskan” hal-hal yang seringkali membatasi ruang gerak relasi manusia dengan Allah.
Dengan kata lain, transformasi semacam ini akan berbuah kalau orang tidak mau dikungkungi, dipengaruhi secara kuat oleh mentalitas-mentalitas duniawi. Ia perlu berani “menanggalkan kesenangan diri” dari segala macam bentuk keterikatan dan belenggu duniawinya.
Transformasi diri melalui sikap liberos (lepas-bebas) itu, dapat menjadi sarana bagi orang Kristen untuk mendekatkan diri pada Allah.
Dengan demikian, setiap umat Kristiani akan semakin “ditantang” untuk terus-menerus menata dan merajut hidupnya secara baik dan bijak.
Upaya ini menurut hematku perlu disokong oleh kehendak yang kuat untuk melakukan discerntment terus-menerus dengan tetap mau terbuka terhadap bimbingan Roh Allah. (Penulis mahasiswa Doktoral di Pontificia Facoltà Teologica “Marianum”, Roma)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.