Berita Manggarai Barat
422 Ekor Tukik Dilepasliarkan ke TNP Laut Sawu
lomba tarik tambang untuk orang tua, penanaman mangrove, bersih pantai dan puncaknya kegiatan Pelepasan 422 ekor Tukik
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
"Hal itu didasari karena ketidaktahuan masyarakat akan dampak negatif dan status biota tersebut. Namun, kebiasaan itu mulai hilang seiring berjalannya waktu dengan kehadiran kelompok masyarakat untuk mendukung keberadaan Taman Nasional Perairan Laut Sawu. Salah satu kelompok yang mendedikasikan waktunya untuk kegiatan pelestarian penyu di Desa Nanga Bere khususnya kampung Bangko yaitu Pokmaswas Bangko Bersatu yang diketahui oleh Abdul Karim," ujarnya.
Pokmaswas Bangko Bersatu, lanjut Fadil, melakukan kegiatan pengawasan dan menyelamatkan telur disekitar pantai untuk dipindahkan pada tempat yang aman yang kemudian disebut penangkaran semi alami.
Penangkaran tersebut merupakan lokasi yang telah dibuatakan pengaman untuk menghindari telur dimangsa oleh predator. Pengaman terlur tersebut terbuat dari bambu yang berserakan dipantai.
Hal tersebut dilakukan lantaran kolompok tersebut bekerja secara sukarela tanpa ada pihak yang membantu.
Ketua Pokmaswas Bangko Bersatu, Abdul Karim mengatakan, ia bersama beberapa anggota pada musim penyu bertelur melakukan monitoring di pantai untuk menyelamatkan telur dari tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab.
"Hingga kini, masih ada masyarakat yang 'nakal' mengambil telur untuk dikonsumsi secara sembunyi. Selain manusia nakal tersebut, hal lain yang menjadi tantangan kelompok tersebut adalah predator seperti Anjing dan biawak yang berkeliaran dipantai memangsa telur penyu," katanya.
Abdul Karim menjelaskan, selain anggota kelompok, sebagian masyarakat mulai berpartisipasi aktif mendukung kegiatan tersebut, seperti ketika menemukan sarang penyu kemudian dilaporkan pada anggota kelompok untuk diselamatkan kepenangkaran.
Baca juga: Dihadiri Seribu Wisatawan, BPOLF Apresiasi Festival Golo Koe di Labuan Bajo Manggarai Barat
Telur yang berhasil diselamatkan selanjutnya dipindahkan kepangkaran untuk kembali ditanam, membutuhkan waktu 45 hingga 65 hari telur tersebut menetas menjadi tukik mungil kemudian dilepasliarkan ke laut.
Pihaknya berharap, kepedulian masyarakat melestarikan penyu menjadi perhatian dari semua pihak untuk sama-sama bergerak demi kemaslahatan bersama di masa yang akan datang
“Apabila ada pihak yang menemukan pendaratan penyu bisa menghubungi saya dan tim yang tergabung dalam kelompok telurnya jangan diambil untuk dikonsumsi,” ungkapnya. (*)
Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS