Berita Manggarai Barat
422 Ekor Tukik Dilepasliarkan ke TNP Laut Sawu
lomba tarik tambang untuk orang tua, penanaman mangrove, bersih pantai dan puncaknya kegiatan Pelepasan 422 ekor Tukik
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Sebanyak 422 ekor tukik (bayi penyu) dilepasliarkan ke kawasan konservasi Perairan Nasional (TNP Laut Sawu) bertepatan dengan HUT ke-77 RI dan menyambut Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) pada Kamis 17 Agustus 2022.
Kegiatan tersebut dilakukan oleh Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK) berkolaborasi dengan Pokmaswas Bangko Bersatu, Pokmaswas Tekaka Indah dan Kampus Politeknik Elbajo Commodus yang didukung Balai Kawasan Konservasi Perairan NasionalKupang (BKKPN), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT dan Pemerintah Desa Nanga Bere.
Bertempat di Pantai Kampung Bangko, Desa Nanga Bere, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, beragam kegiatan kegiatan yang menarik dan edukatif juga dilakukan.
Baca juga: Semangat HUT ke-77 RI, Ketua DPRD Manggarai Barat Yakin Pertumbuhan Ekonomi Meningkat
Berbagai kegiatan digelar diantaranya Lomba menggambar dan mewarnai untuk anak sekolah (SD dan SMP) seputar penyu, Lomba makan kerupuk, lomba tarik tambang untuk orang tua, penanaman mangrove, bersih pantai dan puncaknya kegiatan Pelepasan 422 ekor Tukik dipantai Kampung Bangko.
"Lomba-lomba yang dipilih adalah permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif, kreatif, mandiri, dan gotong-royong. Lomba dikemas santai dan menyenangkan dengan harapan dapat memberi rasa semangat dalam menyambut hari kemerdekaan," kata Ketua IPPK, Fadil Mubaraq.
Menurut Fadil, kegiatan semarak Hari Ulang Tahun Kemerdekaan tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebagian besar masyarakat Kampung Bangko terlibat dalam kegiatan ini juga dari masyarakat Kampung tetangga seperti dari Kampung Weko dan Kampung Wae Raja.
"Masyarakat memadati lokasi kegiatan dari pagi pukul 10.00 Wita hingga sore hari pukul 17.00 Wita. Kegiatan berjalan lancar hingga akhir," ujarnya.
Baca juga: Mobil Pengangkut Alkes di Manggarai Barat Terbakar
Fadil menjelaskan, pada tahun 2022 ini Tema HKAN adalah Amertha Taksu Abhinaya yang berarti "Memulihkan Alam untuk Masyarakat Sejahtera". Lokasi peringatan HKAN 2022, untuk tahun ini diselenggarakan di Karangsewu, Taman Nasional Bali Barat (puncak kegiatan 30 Agustus - 1 September 2022).
Menurut Fadil, HKAN memiliki tujuan untuk mengkampanyekan pentingnya konservasi alam bagi kesejahteraan masyarakat.
HKAN juga memiliki tujuan untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam menyelamatkan ekosistem alam.
Hari peringatan ini dikoordinir langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
"Kegiatan pelepasan tukik kali ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya masyarakat Desa Nanga Bere akan pentingnya melestarikan lingkungan, menjaga biota dilindungi dan fungsi kawasan konservasi. Selain itu untuk mengkampanyekan pentingnya konservasi alam bagi kesejahteraan masyarakat disamping untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat berperan aktif dalam menyelamatkan ekosistem alam," katanya.
Fadil menuturkan, Desa Nanga Bere merupakan salah satu desa yang saat ini mengusahakan kegiatan pelestarian penyu khususnya di Kampung Bangko sejak 2017 silam.
Hal tersebut dilakukan lantaran sejak dulu pesisir pantai kampung tersebut dikenal sebagai salah satu pantai yang kerap disinggahi penyu untuk bertelur. Namun masyarakat mempunyai kebiasaan mengambil telur dan daging penyu untuk dikonsumsi atau diperjualbelikan dipasar secara bebas.
Baca juga: Tunda Tarif Masuk Pulau Komodo Labuan Bajo, Ketua DPD KNPI Manggarai Barat Angkat Bicara
"Hal itu didasari karena ketidaktahuan masyarakat akan dampak negatif dan status biota tersebut. Namun, kebiasaan itu mulai hilang seiring berjalannya waktu dengan kehadiran kelompok masyarakat untuk mendukung keberadaan Taman Nasional Perairan Laut Sawu. Salah satu kelompok yang mendedikasikan waktunya untuk kegiatan pelestarian penyu di Desa Nanga Bere khususnya kampung Bangko yaitu Pokmaswas Bangko Bersatu yang diketahui oleh Abdul Karim," ujarnya.
Pokmaswas Bangko Bersatu, lanjut Fadil, melakukan kegiatan pengawasan dan menyelamatkan telur disekitar pantai untuk dipindahkan pada tempat yang aman yang kemudian disebut penangkaran semi alami.
Penangkaran tersebut merupakan lokasi yang telah dibuatakan pengaman untuk menghindari telur dimangsa oleh predator. Pengaman terlur tersebut terbuat dari bambu yang berserakan dipantai.
Hal tersebut dilakukan lantaran kolompok tersebut bekerja secara sukarela tanpa ada pihak yang membantu.
Ketua Pokmaswas Bangko Bersatu, Abdul Karim mengatakan, ia bersama beberapa anggota pada musim penyu bertelur melakukan monitoring di pantai untuk menyelamatkan telur dari tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab.
"Hingga kini, masih ada masyarakat yang 'nakal' mengambil telur untuk dikonsumsi secara sembunyi. Selain manusia nakal tersebut, hal lain yang menjadi tantangan kelompok tersebut adalah predator seperti Anjing dan biawak yang berkeliaran dipantai memangsa telur penyu," katanya.
Abdul Karim menjelaskan, selain anggota kelompok, sebagian masyarakat mulai berpartisipasi aktif mendukung kegiatan tersebut, seperti ketika menemukan sarang penyu kemudian dilaporkan pada anggota kelompok untuk diselamatkan kepenangkaran.
Baca juga: Dihadiri Seribu Wisatawan, BPOLF Apresiasi Festival Golo Koe di Labuan Bajo Manggarai Barat
Telur yang berhasil diselamatkan selanjutnya dipindahkan kepangkaran untuk kembali ditanam, membutuhkan waktu 45 hingga 65 hari telur tersebut menetas menjadi tukik mungil kemudian dilepasliarkan ke laut.
Pihaknya berharap, kepedulian masyarakat melestarikan penyu menjadi perhatian dari semua pihak untuk sama-sama bergerak demi kemaslahatan bersama di masa yang akan datang
“Apabila ada pihak yang menemukan pendaratan penyu bisa menghubungi saya dan tim yang tergabung dalam kelompok telurnya jangan diambil untuk dikonsumsi,” ungkapnya. (*)
Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS