Berita Kota Kupang Hari Ini
Andre Koreh: Keseriusan Pemerintah
Untuk supaya arus barang dan jasa tidak terputus sambil secara normatif usulan program dinaikkan disetujui DPRD baru dikerjakan.
Karena masyarakat tidak harus mengalami kesulitan seperti sekarang, bahkan seperti angkut-angkut barang mereka harus bayar dengan biaya yang tinggi. Lalu pemerintah dimana. Itu kalau bencana. Kalau jembatan baru dan rubuh, harus dilihat dulu apakah itu kegagalan konstruksi atau memang alam, siapa yang mau lawan alam.
Antara kegagalan konstruksi dan bencana alam itu beda tipis. Kalau itu bencana alam maka dibutuhkan dari pernyataan dari kepala daerah bahwa itu karena alam. Kalau itu kegagalan konstruksi maka itu kegagalan dari kontraktor maka harus bertanggungjawab. Dia harus ganti jembatannya.
Kalau mau dibangun oleh pemerintah daerah atau pusat, itu sangat bisa. Tergantung usulan dari pemerintah setempat. Kami tidak punya anggaran, tolong kami dibantu. Ini koordinasi lintas kewenangan saja. Ini tergantung dari good Will dari pemerintah setempat. Pemerintah itu bukan hanya Jakarta, provinsi dan kabupaten.
Manakala kabupaten sangat terbatas anggaran maka harus cepat laporkan ke provinsi, kalau provinsi juga tidak ada anggaran maka diteruskan ke pemerintah pusat. Entah itu mau diambil dari dana Kementrian atau dana BNPB, atau dari dana darurat provinsi, yang penting negara hadir dalam tiap kesulitan masyarakat. Itu wajib.
Artinya ini sangat memungkinkan. Karena sumber-sumber pembiayaan sangat terbuka. Dana tak terduga itu pasti ada. Apalagi kalau ini kondisi bencana.
Baca juga: Nyaris Ambruk, Warga Minta Pemprov NTT Segera Perbaiki Jembatan Pomakeke di Nagekeo
Kalau bencana itu kan segala sesuatu boleh dilakukan dalam kondisi darurat bencana, tidak tender, hitungannya dan bayarnya dibelakang yang penting masyarakat terlayani dulu. Utamakan pelayanan publik.
Jadi boleh, tergantung seberapa serius pemerintah. Kalau tidak ada uang, apa aharus tunggu ada uang, terus harus tungtu sampai rakyat menderita, kesulitan transportasi mengganggu arus barang dan jasa, itu tergantung sekali dari keseriusan. Yang rasakan itu masyarakat Manggarai.
Sebenarnya negara harus hadir dimana tiap kondisi masyarakat yang kesulitan akibat dari insfratruktur yang terganggu baik itu kegagalan konstruksi ataupun bencana alam.
Saya kira Pemerintah kita ini, dasar negara adalah keadilan sosial. Jadi dimanapun rakyat Indonesia ada kalau dia mengalami kesulitan, Pemerintah harus hadir membantu. Masyarakat juga harus siap menerima dan bekerja sama dengan pemerintah program darurat seperti itu.
Masyarakat juga harus berkorban, mungkin jembatan darurat itu ada kena tanah masyarakat, kena kebun sedikit, harus ikut berkorban.
Baca juga: Proyek Jembatan Palmerah di Flores Selain Listrik Juga Bisa Pindai Air Laut jadi Air Tawar
Disitulah sebenarnya masing-masing mengambil peran. Pemerintah dengan perannya membangun jembatan dan jalan darurat hingga jembatan permanen.
Masyarakat juga harus berpartisipasi kalau ada lahan yang terkena, harus rela untuk dipakai. Karena ini untuk kepentingan publik bukan untuk orang per orang.
Model, tipe jembatan itu setelah Survei dulu. Itu mudah. Kementerian dan dinas PU itu punya standar dan itu gampang. Hanya tinggal keseriusan pemerintah mau tidak menunjukkan negara hadir ditiap kesulitan masyarakat.
Disitulah persoalannya. Anggaran itu negara siapkan. Pemerintah pintar-pintar mengatur mana prioritas dan tidak. Karena membantu itu tidak asal bangun karena kita punya tidak banyak, kita harus prioritas mana yang dibutuhkan.
Seperti ini yang memang anagat dibutuhkan. Jangan dahulukan keinginan padahal masyarakat belum butuh itu. Ini sangat dibutuhkan. Sudah mengganggu jalur distribusi ekonomi. (*)