Perang Rusia Ukraina

Rusia Kuasai Melitopol Ukraina Lewat Perlawanan Sengit

Penduduk setempat mencoba memblokir kendaraan lapis baja ketika konvoi tentara masuk untuk menduduki Kota Melitopol.

Editor: Alfons Nedabang
KOMPAS.COM/KANTOR KEPRESIDENAN UKRAINA
Tangkap layar video yang dirilis oleh kantor kepresidenan Ukraina menunjukkan orang-orang bersenjata membawa Wali Kota terpilih Melitopol Ivan Fedorov pergi pada Jumat 11 Maret 2022. 

Tetapi pasukan Rusia tampaknya memahami bahwa mengalahkan perlawanan di sini membutuhkan lebih dari sekadar menghentikan aksi unjuk rasa. Tidak seperti wilayah lain yang diduduki oleh Rusia, militer Putin di Melitopol telah berusaha memenangkan hati dan pikiran rakyat.

Baca juga: Pakai Meriam Howitzer Bantuan NATO, Ukraina Bombardir Pangkalan Rusia

"Mereka membantu wanita lanjut usia dan menunjukkan bahwa mereka peduli pada orang lain. Tetapi mereka tidak sadar bahwa merekalah yang menciptakan semua masalah ini dan bahwa kami orang tidak meminta bantuan sebelumnya."

Untuk menciptakan persepsi normal, pasukan Rusia mencoba membungkam siapa pun yang secara terbuka menentang mereka.

Svitlana Zalizetska, yang dulu menjalankan situs berita populer, ditekan untuk bekerja sama dengan otoritas baru yang ditunjuk oleh militer Rusia.

Dia menolak. Ketika Wali Kota Fedorov diculik, Svitlana menyadari bahwa dia bisa menjadi yang berikutnya. Dia kemudian melarikan diri ke wilayah yang dikendalikan oleh pasukan Ukraina.

Kemudian, petugas Rusia mulai mengancam keluarganya. "Mereka menahan ayah saya dan menyanderanya untuk membuat saya kembali, dan menguasai situs web."

Baca juga: Ukraina Menembak Jatuh Seorang Pilot Pesawat Tempur Terbaik Rusia

Hanya ketika dia secara terbuka mengakui bahwa dia tidak lagi memiliki situs web dan berhenti menulis untuk itu, mereka membebaskan ayahnya.

Tentara Rusia memobilisasi sumber daya untuk mengubah pandangan pro-Ukraina terhadap penduduk di Melitopol.

Mereka sangat ingin agar sekolah, toko, dan bisnis dibuka kembali dengan tujuan menghadirkan pemerintahan Rusia sebagai langkah positif.

Dan semakin lama pendudukan Rusia berlangsung, semakin sulit bagi orang untuk menolak. Beberapa penduduk, tanpa dana tersisa untuk memberi makan keluarga mereka, kembali bekerja - bahkan jika itu berarti mendukung rezim baru Rusia.

"Jika mereka secara fisik membunuh orang Ukraina di Mariupol, di sini mereka mencoba menghancurkan jiwa kita," kata Iryna. "Tapi mereka akan gagal." (*)

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved