Pembunuhan Ibu dan Anak

Pengacara Keluarga Astri dan Lael Optimis Perkara Bisa Terkuak

Kita begitu ketemu klien seperti ya boleh tanya ke kakak Jack, bagaimana saya men-treat seorang klien ya like a family.

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/MICHAELLA UZURASI
Pengacara keluarga korban pembunuhan, Astri Lael, Adhitya Nasution, 13 Maret 2022 

N : Tadi kata kuncinya juga adalah membela orang yang dituntut itu menjadi salah satu tugas bagi seorang pengacara yang profesional, tapi menurut anda pengacara yang profesional itu memangnya seperti apa? Membela yang benar, membela yang salah atau membela seperti apa?

A : Pengacara itu dikatakan profesional manakala dia, menurut saya ya ini pendapat pribadi, jadi jangan nanti teman - teman lawyer komplain, ini pendapat pribadi saya lawyer itu sukses manakala dia bisa membela kliennya secara maksimal bisa mengoptimalisasi celah pembelaan dan juga bisa mengedukasi klienya.

Jadi selain kita membela kita harus bisa mengedukasi jadi manakala edukasi terhadap klien itu sukses dan juga bisa diterima oleh klien, disitulah buat saya, kepuasan sebagai lawyer itu ada.

Artinya gini, orang dihukum tetapi kita bisa memberikan advice bahwa ini adalah hukuman yang sudah ringan, hakim sudah mempertimbangkan dengan baik jadi alasan pemberatnya sudah ditiadakan. 

N : Itu yang edukasi tadi ya?

A : Itu yang kita katakan bahwa kita tidak membenarkan sebuah kesalaham tapi kita memaksimalkan bagaimana hak dari seorang terdakwa, terpidana itu bisa didapatkan.

Nah selain itu kan edukasi itu penting jadi saya rasa, kalau dari saya, memperjuangkan dan mengedukasi hak - hak daripada klien dan mengedukasi klien itu adalah suatu sifat yang bisa menunjukkan bahwa kita profesional, maksimal dalam pembelaan. 

N : Tapi sepanjang pengalamannya ini saya yakin dalam penanganan kasus pasti ada nih negosiasi - negosiasi yang terjadi untuk memenangkan klien. Pernah nggak anda mengalami itu? 

A : Kalau itu tentu ada ya karena balik lagi pada saat ada klien, ini kan kita berbicara perbuatan menyimpang nih.

Saya tidak bisa pungkiri banyak klien saya minta seperti itu jadi tentu kita mengedukasi jangan sampai you sudah salah melanggar ketentuan pidana jangan sampai membuat pidana baru. Kan sekarang sistem peradilan kita sudah terbuka semua orang bisa melihat fakta.

Manakala ada penyimpangan sedikit maka orang akan tahu, media akan tahu. Kan media ini sekarang tidak bisa dipisahkan dengan proses penegakan hukum.

Nah kalau kita bicara pernah atau tidak tentu pernah tapi sampai dengan saat ini kita tidak.

N : Dalam posisi apa? Tetap menolak?

A : Kita tolak halus. 

N : Apa yang membuat anda menolak?

A : Resikonya tidak sebanding dengan apa yang kita dapatkan. 

N : Pertimbangan lain?

A : Tentu itu aja. Karena begini. Berapa sih yang klien bisa kasih buat kita?

Oke kita bicara orang meminta supaya dihukum seringan - ringannya atau minta supaya dibebaskan, oke saya kasih  sekarang misal kita kasih Rp. 100 juta kepada APH lalu lawyer ini dapat 100 juta, tapi kan pada saat itu apakah sebanding nilai keadilan dengan apa yang diberikan oleh klien.

Kita berbicara misal ada kerugian negara, kita berbicara tentang hak - hak hidup orang banyak manakala ini pengedar narkoba.

Efek dari peredaran narkoba seperti apa kan tentu jadi pertimbangan kami jadi sebisa mungkin ya sudahlah kita memaksimalkan saja toh buat saya lepas klien juga nggak ada masalah. Kami kan berhak juga menolak klien manakala kita tidak meyakini klien itu sesuai dengan kata hati kita.

Jadi manakala orang meminta bantuan hukum kepada kami setelah kita wawancara setelah kita konsultasikan ternyata banyak yang tidak bersesuaian maka kita bisa mengarahkan ke rekan - rekan lain.

N : Berarti tidak mudah ya khusus untuk kantor Adhytia  Nasution and Partners nih dalam melakukan pendampingan klien? 

A : Kita bertindak kan saya masih muda dan rata - rata teman di kantor memang satu umur jadi kita berpikir kita ini masih panjang.

Sekarang kan kita akan menjadi bodoh manakala suatu gugatan suatu perkara atau apapun, kita lama - lama tidak berbicara tentang bagaimana edukasi di dalam. Kita tidak berbicara terkait bagaimana materi pembelaan, kita deal - dealan, udah yang penting jawab apa aja. Itu kan yang ada membodohi kita sendiri. Kita nggak mau.

Tanggung jawab moral dan juga kan tidak dapat dipungkiri bahwa kami memang siapa sih lawyer yang mau menolak uang besar?

Tapi buat saya sekarang misal kita dampingin orang gugatan perdata dan kita tarif sekian karena kita kan bukan lembaga bantuan hukum yang dibiayai oleh negara ya jadi kita sudah tentukan lawyer feenya jadi saya rasa sampai dengan hari ini saya bisa bertahan dan saya bisa mensyukuri apa yang saya dapat, saya rasa kalau untuk hal - hal yang demikian sebisa mungkin kita hindari. 

N : Tapi ada gratisannya juga nggak karena kasus Astri dan Lael ini saya rasa pendampingannya gratis lho. Kalau dirupiahkan nih sudah berapa banyak yang dikeluarkan seorang Adit terkait dalam kasus Astri ini.

A : Ya kira - kira lah, nggak enak lah. Tapi kita lakukan ini ikhlas lah. Kita 100 persen totalitas karena ini perkaranya menggugah. 

N : Tapi ini bukan baru sekali ya gratisan untuk pendampingan?

A : Bukan.

N : Berapa persen dari seluruh perkara yang ditangani oleh Adhytia Nasution and Partners, berapa persen yang dikasih gratis?

A : Paling sepuluh persen lima persen nggak banyak sih. 

N : Seperti perpuluhan dalam Kristen ya?

A : Kita nggak munafik. Kita juga butuh kelangsungan hidup. Nggak mungkin kan sekarang yang bergantung sama saya misalnya tujuh lawyer. Tujuh lawyer ini mau kita kasih apa?

Masa mereka kerja sama kita terus kita kasih pendampingan karena bukan scoop saya di LBH jadi kita kan memang komesil kita bicara profit dan tentu kita terapkan retensi makanya tadi saya bilang walaupun banyak pihak yang melihat ini mungkin sudah sekian banyak ya silakan menerka - nerka terhadap kasus Astri Lael tapi masalah nilai urusan saya sama Tuhan lah yang tahu. 

N : Tapi tetap jadi pertanyaan nih kenapa sampai bela - belain kasus Astri dan Lael ini? Apa istimewanya? Apakah ini betul - betul semata pertimbangan kemanusiaan hati nurani atau orang bilang mencari popularitas nih? 

A : Kalau bicara popularitas, kalau mau tenar 2016 saya udah tenar.

Siapa yang nggak tahu kasus Jessica, Mirna, sianida, satu klik saya mau mainkan media pada saat itu kita mau bikin statemen pada saat itu siapa nggak kenal saya?

Pada saat saya tangani beberapa case, juga kita tidak cari panggung tapi orang memilih kita untuk naik panggung.

Bedanya di situ. Orang banyak minta di kasus ini libatkan kami tapi dari pemilik panggung sendiri tidak mengizinkan orang lain mengisi panggung selain kami. Dari pihak keluarga cuman mau ANP saja yang naik. Kan kita tidak cari panggung.

Tapi kita diminta orang untuk mengisi panggung itu sendiri. Jadi apakah pernah saya meminta misalnya kepada keluarga almarhum Mirna, terus kepada pak Bupati Sabu Raijua untuk saya yang ini dong. Nggak saya nggak pernah minta.

Mereka datang ke kita konsultasi lalu mereka menanyakan, pak Adit berkenan tidak?

Pada saat saya katakan berkenan artinya saya sudah punya pandangan harus seperti apa saya lakukan jadi kalau untuk bicara kalau kita mau naik panggung saya rasa panggung saya bukan di sini.

Saya kalau mau berpolitik di sini, saya rasa ini bukan ranahnya saya juga, sorry ini bukan bicara ini tapi ini kayak bukan rumah saya. Saya lebih nyaman di Jakarta, dalam artian kita di sini benar - benar profesional.

Memang kalau bicara materi sama sekali tidak tarik materi dan juga saya tidak punya kepentingan apapun di sini.

Kita hanya mau menegakkan keadilan saja. Udah itu aja buat kami. Kan pertama yang kita lihat pada saat konsultasi dengan keluarga Manafe ini kan kita lihat bagaimana mereka kosong terhadap pengetahuan hukum, bagaimana mereka kosong terhadap harapan ini itulah yang buat kita ada apa sih di perkara ini?

Ini kan saya bukan sim salabim hari ini saya konsultasi hari ini saya mengerti. Ini kan berjalan.

Nah pada saat sampai di titik ini, kita udah padat udah nggak kosong lagi artinya dari apa yang sudah kita temukan selama ini kita sudah punya keyakinan. Nah pada saat kita awal terima ini kita jujur kita kosong pengetahuan terhadap bagaimana sih adat istiadat orang Timor, seperti apa sih? Kita kosong.

Saya ada teman beberapa di kantor ada tiga orang berasal dari Indonesia Timur tapi kan masing - masing punya karakteristik yang berbeda jadi itu yang buat kita kalau misalnya dikatakan kami mau mencari panggung lebih baik kami cari panggung di Jakarta bukan di sini.

Terserah orang mau bilang apa, terserah netizen mau cerca kami sepertki apa, kami pure totalitas untuk Astri Lael. Itu aja.

N : Tantangannya apa? Bagaimana mengatasi tantangan (sebagai pengacara)?

A : Tantangan jadi lawyer itu harus bisa memahami macam - macam karakteristik daerah.

N : Berarti tidak hanya klien ya tapi juga daerah?

A : Iya karena kan gini, aturan hukum memang dibuat sama tetapi penanganan hukum kan belum tentu sama kan masing - masing daerah memiliki kekhususan yang berbeda jadi ada beberapa daerah yang pola penanganannya pasti berbeda antara NTT, NTB, Bali misalnya kan pasti ada kultur yang harus kita bisa lihat bagaimana menyelesaikan suatu perkara walaupun pasalnya sama tapi caranya tentu kan masing - masing ada pembeda.

N : Tapi tekanan publik pernah dapat nggak sih dalam penanganan kasus ketika mendampingi klien yang dalam posisi sebagai tersangka?

A : Alhamdulilah sampai sekarang belum ada. Jadi kita selama ini masih di posisi yang ya kalau boleh dibilang kita ada tekanan baru di kasus Astri Lael ini kita melihat kita udah kerja benar aja masih dikritik.

Udah kerja totalitas aja orang masih bilang pengacara ke mana? Pengacara tahu apa? Pengacara nggak pernah ada di Kupang, pengacara tahunya di Jakarta, bagaimana bisa menangani, dia nggak tahu kita bolak balik ke sini.

Itu yang kalau saya lihat sekarang sih kalau mau jujur, posisi yang kayak gini yang sebenarnya mungkin orang ini nggak tahu kita selama ini di Kupang, sekarang kita udah lima kali ketemu kurang lebih di Pos Kupang. Itu kan bukan artinya saya stay di Jakarta.

Kadang - kadang saya sampai satu minggu dua minggu kami di sini. Itu yang buat kami ini jadi kalau ada kritikan tekanan, kita juga kadang - kadang ini netizen nih lihat nggak sih pergerakan kita di Kupang, atau netizen ini bisa nggak sih melihat kami ada di sini. Kami sama - sama aliansi, kami dengan tim pencari fakta, kita juga sering bertukar pikiran jadi kita tidak seperti yang netizen katakan bahwa kita nggak kerja lah kita nggak ini lah.

N : Sejauh mana tekanannya dari Astri dan Lael dan kasus Mirna dan Jessica saat itu? Tekanannya lebih besar mana? 

A : Ya jelas tekanannya lebih besar pada kasus ini karena pada saat itu saya memposisikan diri saya benar - benar kita hanya untuk meng-clear-kan permasalahan dalam artian kita untuk kasus Mirna itu tidak ada masalah uang dari Arif ke salah satu orang atau siapapun untuk menghabisi nyawa istrinya. Itu satu dan itu sudah clear.

Jadi kalau kita bicara pressurenya lebih besar di mana ya tentu di kasus ini. Kita punya pressure satu tentu netizen akan melihat kita manakala kita gagal. Kan saya udah bilang kalau kita gagal kita ini orang yang paling dikejar nih banyak yang nggak suka dengan ANP setelah kasus ini selesai manakala tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat.

Tapi manakala kasus ini selesai, ya Polri yang dapat cerita, jaksa yang dapat ini makanya saya bilang kalau pressurenya untuk kasus ini luar biasa. 

N : Biasanya setiap orang punya panutan, kalau anda panutannya siapa?

A : Hadinoto Hadi Prawiro.

N : Kenapa memilih dia?

A : Saya lihat itu kantor yang memiliki organisasi, memiliki struktur law firm yang betul - betul kalau boleh saya bilang sempurna dari mulai step by step, eksekutor di lapangan, bagus cara litigasi, bagus cara non litigasi, jadi sampai hari ini angkat topi buat HHP, OCK, OC Kaligis Law Firm juga luar biasa karena beberapa kali kan juga saya berbincang dengan prof itu pada saat kunjungan ke Sukamiskin juga beliau betul - betul memang the real lawyer sih kalau menurut saya. Kan masing - masing punya panutan berbeda.

Orang boleh suka Hotman Paris, orang boleh suka Hotma Sitompul, orang boleh suka Razman, orang boleh suka siapapun tapi buat saya, saya lebih condong kepada panutan saya itu bagaimana sih ini lawyer tidak terlalu wah dalam penampilan, sederhana lah dalam penampilannya, sederhana tingkah lakunya tetapi pada saat menangani suatu perkara itu clean and clear. 

N : Apakah kemudian nanti seorang Adit dengan kantor pengacaranya juga bisa sesukses itu?

A : Ya kita berharap demikian. Pasti dong kita mau. Sekarang kalau searching HHP, setahu saya beliau itu luar biasa ya jumlah lawyer yang di dalamnya terus jumlah perkara yang ditangani rentetannya luar biasa dan saya rasa hampir sebagian besar perusahaan di Indonesia pakai beliau ya begitu juga dengan pak OCK.

Pak OCK kita tahu Prof OC ini puluhan tahun jadi lawyer jadi kita bisa banyak mengambil ilmu, beliau The Doctor of Law lah di Indonesia kalau saya rasa beliau panutan. Hening kerjanya, tidak perlu bombardir tidak pernah pamer kemewahan, tidak pernah melebih - lebihkan tapi struktur dia dalam membangun opini hukum dalam dia membangun sebuah gugatan, pembelaan itu luar biasa. 

N : ANP ini berarti berusia enam tahunan ya? Kita sendiri punya pengacara berapa banyak di Jakarta dan di Kupang?

A : Di Kupang ada dua, di Jakarta itu total ada tujuh. 

N : Kalau yang dua di Kupang itu anak lokal sini atau gimana?

A : Anak lokal sini dan anak Sabu. 

N : Seleksinya berat nggak sih untuk masuk di ANP itu?

A: Nggak.

N : Apa yang terpenting?

A : Saya tidak pernah melihat orang kerja sama saya harus nilainya sekian, ya saya selalu wawancara bagaimana orang itu bisa berkomunikasi dengan baik karena pengacara itu kan teori komunikasinya yang harus bagus, bagaimana kita berbicara dengan orang. Bisnis jasa ini kan tidak memproduksi suatu produk secara paten, baku gitu.

Bagaimana kita harus bisa mengalir dalam menangani klien tidak bisa kaku - kaku. Itu yang lebih saya kedepankan pada saat wawancara. Kita tutup buku lah dia mau IPKnya jelek dia mau IPKnya bagus, dia mau alumni negeri, swasta, tidak masalah buat saya.

Yang penting adalah dia mampu berkomunikasi dengan baik, mampu menstory telling dirinya, bagaimana dia komunikasi dengan orang baru karena kita tidak meng-create orang itu menjadi suatu barang.

Saya terima orang, saya terima associate atau partner di kantor saya, saya tidak menjadikan dia suatu barang atau objek tapi saya menjadikan dia adalah partner saya sebagaimana penyambung lidah saya jadi istilahnya bagaimana saya berkomunikasi saya harapkan dia juga bisa berkomunikasi seperti itu kepada klien.

Setidaknya punya acuan dan punya pola yang sama, easy communication, terus humble, itu kan yang lebih penting. 

N : Kalau kantor pengacara ANP yang di Kupang itu di mana (alamatnya)?

A : Itu di jalan Sam Ratulangi nomor 9 di Ruko Andin Plaza. 

N : Sekali konsultasi berapa? Atau malah gratis konsultasi hukumnya?

A : Saya sampai hari ini masih memberikan konsultasi sih gratis. Kalau konsultasi sekarang kita mau rate seperti apa. Saya bukan corporate lawyer.

Saya bukan Law Firm yang benar - benar dihitung by hour. Jadi pada saat "teng" kita ngobrol hitungan berapa dollar, daya belum kesitu.

Saya lebih kepada ya udah kalau konsultasi kita berikan konsultasi manakala mereka sependapat dengan edukasi kita dengan masukan dari kita, mereka deal mau jalan dengan kita ya masalah lawyer fee kita bisa negosiasi nggak yang wah.

Kita normatif aja kita menyesuaikan kearifan lokal. 

N : Sejak November sampai sekarang sudah berapa kasus yang ditangani oleh ANP yang di Kupang?

A : Kurang lebih ada sekitar sepuluhan ya.

N : Lebih banyak apa pidana mungkin nih?

A : Perdata

N : Berat nggak?

A : Kan ada perkara piutang, ada perkara tanah, ini orang NTT, untulk historical tanahnya bagus sekali jadi buat kami yang biasa main perkara tanah di daerah lain biasanya kan udah banyak yang hilang, historinya tidak sejalas sehingga kalau orang bilang ini tanah boleh nemu deh atau ini rezeki nomplok.

Nah kalau beberapa case yang saya dalami di NTT saya lihat orang NTT ini tertib banget lho dokumentasi arsip - arsipnya sampai saya pernah megang itu surat yang terbitan tahun 65 dan itu masih tersimpan rapi. Luar biasa. Lebih tua itu daripada kita.

N : Apa sih mimpi seorang Adhitya Anugerah Nasution?

A : Saya sih semua lawyer pasti pengen jadi lawyer top lah. Siapa yang nggak mau punya nama, punya klien banyak lalu mapan lah dari segi pendapatan.

Mimpi saya cuman satu ya setidaknya kedepannya tentu jadi lebih baik, kedepannya settle dalal hal finansial maupun dari tim work kita jadi harapan saya sih ya ANP bisa lebih lama lah di dunia lawyer karena membangunnya ini benar - benar saya membangun keluarga jadi ya kalau kita lagi gila - gilaan nih lagi jalan ke mana tidak pernah orang yang kalau kita lihat orang kan ada satu orang bawain tas, satunya bossy banget, kita nggak.

Saya masih istilahnya ya ada momen - momen tertentu kita harus memposisikan diri sebagai bos. Kita sebagai leader, harus ada posisi seperti itu dan harus kita bisa bicara di momen seperti itu tapi manakala kita sudah selesai dari pekerjaan, saya turun dari Pos Kupang sekarang, selesai kita masuk mobil, nggak ad cerita, I'm your friend ya kan.

Kita begitu ketemu klien seperti ya boleh tanya ke kakak Jack, bagaimana saya men-treat seorang klien ya like a family.

Opa sudah kita anggap seperti keluarga sendiri, kakak Jack sudah kita anggap seperti keluarga sendiri jadi tidak ada gap disitu. Jadi kalau nanti kapan - kapan undang Opa Saul, Opa Saul sekarang udah jago nih tiap hari baca KUHAP di kantor.

N : Itu berkat edukasi dari ANP ya?

A : Ya karena kita bilang nih opa baca aja pasal sekian. Opa baca tidak membatasi umur dia baca terus itu yang buat kita ini kantor ya jangan seperti seram gitu. Kan nggak enak kan tiba - tiba kalau saya masuk tiba - tiba hening. Jadi ya nggak mau lah seperti itu. Pada saat kerja serius ya serius. Serius santai selesai. 3S.

N : Pesannya apa untuk teman - teman pengacara di ANP?

A : Yang jelas kita masih didalam tahap berjuang. Kita masih belum bisa dikatakan "wah", kita masih belum bisa dikatakan lebih hebat dari yang lain, ya pesannya tetaplah membumi. Setinggi apapun kita, kita tetap kecil dimata Tuhan jadi nggak usah lah kita sombong - sombong. Apapun yang kita dapat, udah kita keep untuk diri kita sendiri. Nggak usah kita berkoar - koar, nggak usah kita show off, nggak usah kita tunjukin bahwa kita ini lawyer.

Kan ada orang yang karena dia ini lawyer lalu dia memposisikan diri dia sampai di warung kopi pun I'm a lawyer gitu lho. Kamu harus hormat sama saya. Ada yang berlebihan kebanggaan terhadap lawyernya ini sampai kadang - kadang dia lupa memposisikan diri.

Saya harap teman - teman nanti biarpun sebagai lawyer ya sebagai masyarakat yang baik juga karena lawyer ini kan tidak melekat manakala tidak bekerja. Dalam kehidupan masyarakat mau jadi pak RT pun bisa, ada yang mau jadi RW bisa. Jadi buat teman - teman di ANP saya berharap pribadi ya tetap membumi dan semangat. Itu yang paling penting.(*)

Berita Pembunuhan Ibu dan Anak Hari Ini

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved