Opini

Pendidikan Karakter Minus Keteladanan

Tulisan ini secara khusus membidik inkonsistensi sikap, perilaku, ucapan dan dalam arti tertentu juga ‘cara berpikir’ sebagian elite, tokoh

Editor: Agustinus Sape
FOTO PRIBADI
Arnoldus Nggorong 

Tindakan memiliki korelasi yang erat dengan keteladanan. Jika keteladanan adalah sesuatu yang abstrak, tidak berwujud, maka tindakan merupakan wujud konkret dari keteladanan. Dengan kata lain, jika keteladanan adalah basis materialnya, maka tindakan adalah basis formalnya.

Itu artinya pendidikan karakter mesti berpautan dengan keteladanan. Keteladanan sama dengan kesaksian hidup. Pendidikan karakter tanpa keteladanan ibarat kata pepatah tong kosong nyaring bunyinya.

Agar pendidikan karakter itu membumi dan mengakar harus ditampakkan dalam kesaksian hidup yang nyata. Bukan cuma kepandaian berkata-kata.

Inkonsistensi vs keteladanan

Inkonsistensi itu, sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya dan dalam arti tertentu, juga merupakan negasi terhadap keteladanan. Keteladanan adalah sesuatu yang inheren dengan manusia. Artinya melekat, tidak dapat dipisahkan. Jika ditelusuri, kata keteladanan adalah bentuk nomina dari kata teladan yang diberi konfiks ke-…-an. KBBI memberi batasan demikian tentang kata keteladanan yaitu hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Dan kata teladan artinya sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh.

Dalam definisi kata teladan terdapat kata patut, sedangkan pada kata keteladanan tertera kata dapat. Jika ditautkan dengan kualitas-kualitas tertentu pada manusia yang menjadi keutamaannya, maka keutamaan-keutamaan yang ada dalam diri manusia tadi bukan hanya dapat, tetapi lebih dari itu patut dijadikan contoh. Dikatakan dapat dan patut karena mengandung kebaikan. Sebab yang baik itu di dalam dirinya sendiri memberi inspirasi, spirit, motivasi dan daya yang menghidupkan (elan vita). Jadi di dalamnya terdapat sifat kekekalan, keabadian, tidak punah. Ada kepastian, optimisme. Tak ada keraguan sedikit pun.

Untuk lebih mudah memahaminya, KBBI memberikan contoh yang jelas dalam kalimat terkait kata teladan dan keteladanan. Untuk kata teladan, contohnya adalah “Ia terpilih sebagai pelajar teladan.” Sedangkan contoh kalimat dari kata keteladanan adalah “Tidak perlu kita ragukan lagi keteladanannya sebagai orang tua.”

Sedangkan kata inkonsistensi, menurut arti yang diberikan KBBI, adalah ketidaktaatasasan; ketidakserasian. Lebih lanjut, untuk lebih terang dimengerti, KBBI menggunakan kata inkonsistensi dalam contoh kalimat berikut: “Penjelasan yang berbeda-beda dari Pemerintah tentang kasus itu memperlihatkan adanya inkonsistensi di antara aparat.”

Bertolak dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa inkonsistensi sudah menunjukkan perihal yang berlawanan dengan keteladanan. Antonim dari kata inkonsistensi adalah konsistensi. Jika keteladanan adalah adanya keselarasan antara ucapan dan tindakan, pikiran dan perbuatan, yang juga mengandung konsistensi, determinasi, kejujuran, apa adanya, maka inkonsistensi merupakan sebaliknya seperti ketimpangan, ketidakteraturan, ketidaktepatan, ketidakseragaman.

Contoh kasus

Maka dari itu, beberapa contoh kasus yang disebutkan berikut ini mungkin dapat memberikan gambaran untuk menunjuk pada pendidikan karakter tanpa didukung keteladanan.

Dalam kasus korupsi misalnya. Betapa sulitnya menemukan oknum elite tertentu yang dengan jiwa besar mengundurkan diri dari jabatannya ketika ada dugaan terlibat dalam kasus korupsi, apalagi mengakuinya dengan terus terang. Kalaupun mengundurkan diri, hal itu dapat terjadi lebih karena adanya desakan yang begitu kuat dan meluas dari berbagai kalangan.

Berbagai upaya dilakukan oleh oknum elite tertentu yang terlibat kasus korupsi untuk bisa menghindar dan lebih dari itu sedapat mungkin bebas dari jerat hukum. Upaya itu diperjuangkan baik secara individu maupun kolektif dan dengan cara-cara yang ilegal maupun legal.

Salah satu contoh cara yang ilegal adalah ‘pertunjukan’ yang dipertontonkan Setya Novanto yang tersangkut kasus mega korupsi e-KTP. Dia sukses mempertunjukkan ‘permainan’ bak sinetron ketika kecelakaan lalu lintas menimpanya pada Kamis malam 16 November 2017. Mobil yang ditumpanginya menabrak tiang listrik. Tiang listrik itu pun kemudian menjadi daya tarik objek foto warga (tempo.co. 19/11/2017). Setya Novanto rela melakoni peran ‘antagonis’ dengan apik dan cerdik hanya demi menghindari jeratan hukum. Karena ulahnya itu, dia dikenal dengan panggilan ‘Papa tiang listrik’.

Padahal sebelumnya juga ia sudah tenar dengan sebutan ‘Papa minta saham’ yang berkaitan dengan Freeport (JawaPos.com 23/12/2018).

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved