Berita Lembata

Anggota DPR Sulaeman Hamzah Bahas Buku Sejarah Lembata Karya Thomas B Ataladjar

Sulaeman Hamzah, anggota Fraksi NasDem DPR RI Daerah Pemilihan Papua dua periode adalah salah seorang tokoh Lembata di balik sukses Lembata menjadi da

Editor: Agustinus Sape
DOK. PANITIA DISKUSI BUKU
Anggota DPR H. Sulaeman L Hamzah (kanan) bersama Thomas B Ataladjar (kiri) dan Letkol TNI-AL Fidelis Betekeneng, putra pencetus dan pejuang otonomi Lembata Petrus Gute Betekeneng, memperlihatkan buku tentang Lembata, Minggu 16 Januari 2022. 

Anggota DPR Sulaeman Hamzah Bahas Buku Sejarah Lembata Karya Thomas B Ataladjar

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia H. Sulaeman L Hamzah tampil sebagai pembicara dalam diskusi buku berjudul Lembata Dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya karya sejarawan Jakarta Thomas B Ataladjar di Hotel Marcopollo, Jakarta, Minggu 16 Januari 2022.

Demikian keterangan tertulis yang diperoleh wartawan di Jakarta, Senin 17 Januari 2022.

Sulaeman Hamzah, anggota Fraksi NasDem DPR RI Daerah Pemilihan Papua dua periode adalah salah seorang tokoh Lembata di balik sukses Lembata menjadi daerah otonom tahun 1999.

Saat persiapan awal pengesahan Lembata menjadi daerah otonom baru tahun 1999, ia duduk sebagai anggota MPR RI Utusan Daerah Papua periode 1999-2004.

”Di hotel ini, 21 tahun lalu sejumlah sesepuh dan tokoh Lembata di Jakarta kita pernah berkumpul bersama para delegasi dari kampung halaman. Hari ini kita napak tilas proses perjuangan Lembata menjadi daerah otonom sesuai cita-cita para pejuang sejak tahun 1954,” ujar Sulaeman Hamzah, yang juga Ketua Masyarakat Flobamora Provinsi Papua.

Baca juga: Ketua DPRD Lembata Terima Surat Keputusan Pemecatan Anggota Marianus Gabriel Pole Raring 

Tokoh masyarakat Lembata kelahiran Lewotolok, Ile Ape, ini mengaku saat menjadi anggota MPR Utusan Daerah Papua periode 1999-2004, ia melakukan komunikasi intens dengan Drs. Stanis Atawolo, Pembantu Bupati Flores Timur Wilayah Lembata, agar mempersiapkan semua persyaratan.

“Alhamdulilah. Melalui Pak Stanis Atawolo, semua persyaratan kita penuhi. Saat Bapak Jenderal Pol Anton Tifaona bersama delegasi hendak bertemu Menteri Dalam Negeri melalui Dirjen Otonomi Daerah Pak Profesor Ryass Rasyid, Pak Ryass menyampaikan tak ada masalah karena Lembata sudah pasti menjadi kabupaten baru Oktober 1999,” ujar Sulaeman Hamzah.

Thomas mengakui buku itu berisi jejak tapak sejarah Lembata dari sejumlah tonggak dan serpihan sejarah, yang pernah menghiasi titian perjalanan kabupaten itu sejak zaman nirleka (pra-aksara) yang sekaligus melatarbelakangi ikhwal sejarah panjang perjuangan rakyat daerah itu sukses mencapai otonomi lepas dari Flores Timur, kabupaten induk.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia H. Sulaeman L Hamzah (kanan) saat tampil sebagai pembicara dalam diskusi buku berjudul Lembata Dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya karya sejarawan Jakarta Thomas B Ataladjar di Hotel Marcopollo, Jakarta, Minggu 16 Januari 2022.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia H. Sulaeman L Hamzah (kanan) saat tampil sebagai pembicara dalam diskusi buku berjudul Lembata Dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya karya sejarawan Jakarta Thomas B Ataladjar di Hotel Marcopollo, Jakarta, Minggu 16 Januari 2022. (DOK. PANITIA DISKUSI BUKU)

Satu hal yang tidak mungkin dibantah, ujar Thomas, adalah bahwa Lembata menjadi kabupaten, itu merupakan salah satu poin dari rentang perjalanan sejarah Lembata. Artinya, tidak bisa lepas dari periodisasi sejarahnya sebelum menjadi kabupaten.

Ia menambahkan, buku ini dipartisi hanya dalam dua bagian, yang masing-masing bagian disusun berdasarkan bab-bab yang berbeda.

Bagian pertama menyajikan tentang Lomblen era prasejarah termasuk kisah migrasi leluhur serta asal-usul manusia penghuni berdasarkan kisah tutur yang bisa diperoleh, sekaligus mitos dan legenda yang melekat dan menghiasinya.

Bagian ini termasuk memuat penelitian hasil usaha para arkeolog yang telah menemukan benda-benda purbakala serta sejumlah situs prasejarah Lomblen (kini Lembata) yang memberikan petunjuk bahwa Lembata itu telah berpenduduk dan mempunyai peradaban sejak zaman nirleka.

“Entitas masyarakat Lomblen secara geografis dan kultural serta kajian arkeologis berdasarkan penemuan situs-situs purbakala yang ditemukan, telah ada sejak lebih dari 1.000-4.000 tahun sebelum Masehi. Masa inilah yang disebut masa prasejarah, termasuk fase migrasi suku-suku masuk ke Lomblen. Juga dibahas tentang Sina Jawa-Malaka, Seran Goran Abo Muar, Lepan Batan-Kroko Puken serta bencana Kroko Puken dan Awololo; juga tentang agama asli leluhur Lera Wulan Tana Ekan (Tuhan Penguasa Langit dan Bumi) serta aneka ritus budaya lainnya,” ujar Thomas, penulis buku-buku sejarah DKI Jakarta, Kepulauan Seribu, Banten, Nanggroe Aceh Darussalam, dan Sumatera Barat.

Baca juga: Komunitas IKA Wanted Minta Pemda Lembata Mengurus Jenazah Petinju Thomas Tupeng Hurek Making

Sedangkan bagian kedua menyajikan Lomblen memasuki era sejarah ditandai dengan masuknya dua agama wahyu Islam dan Katolik di Lomblen.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved