Berita Lembata
Anggota DPR Sulaeman Hamzah Bahas Buku Sejarah Lembata Karya Thomas B Ataladjar
Sulaeman Hamzah, anggota Fraksi NasDem DPR RI Daerah Pemilihan Papua dua periode adalah salah seorang tokoh Lembata di balik sukses Lembata menjadi da
Pada bagian kedua ini, diulas sejumlah topik seperti Kedang dan Labala: gerbang masuknya agama Islam; mengupas khusus tentang masuknya agama Islam ke Lomblen lewat dua pintu gerbangnya Labala dan Kalikur dibawa penyebar agama Islam dari Palembang, Jawa, Ternate, Tidore, Makassar dan Sumatera Barat.
Yang kemudian memunculkan koalisi atau komunitas kerajaan Islam Solor Watan Lema, yang dibentuk kerajaan Islam Lamahala, Terong, Lohayong, Lamakera dan Labala, untuk membendung pengaruh dan mengusir bangsa Portugis di abad 16-17 di Kepulauan Solor.
Sedangkan Sulaeman mengatakan, isi buku ini dapat dijadikan materi muatan lokal di sekolah-sekolah di Lembata. Buku itu juga bisa jadi sumber referensi mahasiswa asal Lembata yang sedang menimba ilmu di perguruan tinggi, baik di NTT maupun di luar daerah menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya sejarah.
Thomas dikenal sebagai penulis Ensiklopedia Nasional Indonesia dan buku-buku sejarah Jakarta, Banten, dan Sumatera Barat.
Menurut Thomas, buku karyanya itu diharapkan menjadi salah satu sumbangsih penulis selaku putra asli Lembata menyikapi situasi perjalanan pembangunan tanah kelahirannya selama kurun waktu 20 tahun terakhir. Buku tersebut ditulis untuk menjernihkan sejarah Lembata selama ini.
Buku itu sekaligus juga bertujuan memastikan tidak terjadi penyimpangan sejarah, arah serta tujuan pembangunan Lembata di masa mendatang.
Lembata dikenal luas sebagai salah satu pulau kecil di NTT penghasil misionaris yang mengabdi di hampir lima benua, gudang penulis, wartawan, guru, dan aneka profesi lainnya yang mengabdi tak hanya di Indonesia tapi juga mancanegara.
“Saya sepakat isi buku ini dijadikan silabus lalu dicetak kemudian jadi muatan lokal di sekolah-sekolah di Lembata. Saya akan membantu agar kita semua bertanggung jawab terhadap masa depan sumber daya manusia di Lembata yang berdaya saing menghadapi persaingan global,” ujar Sulaeman Hamzah, yang juga memberi sambutan dalam buku itu.
Buku setebal 552 halaman tersebut diberi kata pengantar Prof Dr Alo Liliweri MS, Guru Besar Ilmu Komunikasi Budaya Universitas Nusa Cendana Kupang dan epilog ditulis Dr Yoseph Yapi Taum, M. Hum, dosen Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta serta editor buku Anzis Kleden, penulis dan wartawan senior kelahiran Waibalun, Flores Timur.
Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat dan Direktur Jendral Otonomi Daerah, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Drs Akmal Malik.
Baca juga: Untuk Kesekian Kalinya, Warga Minta Pemda Lembata Perbaiki Jalan di Lusikawak
Diskusi terbatas dengan prokes Covid-19 dihadiri sejumlah akademisi seperti Dr Josef Laba Sinuor, Dr Gorys Lewoleba, Petrus Bala Pattyona, SH, MH, Matias J Ladopurab, SH, MH, dr Maxi Ladopurab, Maria Namang, dan Alexander Aur Apelaby serta Letkol TNI-AL Fidelis Betekeneng, putra pejuang dan pencetus Statemen 7 Maret 1954 Alm Petrus Gute Betekeneng (guru Gute) dan tokoh otonomi Paulus Doni Ruing dan Jerry Sabaleku.
Diskusi dipandu Robert Bala, guru yang juga seorang penulis buku dan dihadiri sejumlah wartawan seperti Ansel Deri, Benjamin Tukan, Paskalis Bataona, John Laba Wujon, Pius Klobor serta sejumlah aktivis muda seperti Heri Tanatawa Purab, Willy Keraf, Antonius Ledun, dan Eric Langobelen. Buku karya Thomas menurut rencana akan diluncurkan dalam sebuah seminar di Hadakewa, Lembata. *
Sumber: Laporan Ansel Deri untuk POS-KUPANG.COM