Berita Internasional

Mengenang Desmond Tutu: Pastor dari Afrika Selatan yang Menginspirasi, Suka Memberontak dan Humoris

Desmond Tutu adalah pastor Afrika Selatan yang murah senyum dan kepribadiannya yang kuat membuatnya mempunyai banyak teman dan pengagum di dunia.

Editor: Agustinus Sape
RODGER BOSCH/AFP
Seorang pelayat menyematkan bunga di dekat Katedral St. Georges, di mana Tembok Peringatan untuk ikon anti-apartheid Afrika Selatan Uskup Agung Desmond Tutu, dipasang setelah berita kematiannya, di Cape Town pada 26 Desember 2021. 

Tampil sebagai sosok terkenal sebelum pemberontakan 1976 di kota-kota kulit hitam, persisnya pada bulan-bulan sebelum kekerasan Soweto, dia pertama kali dikenal oleh warga kulit putih Afrika Selatan sebagai juru kampanye untuk reformasi.

Menyelamatkan tersangka informan polisi

Atas upayanya itu membuatnya dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 1984 dalam apa yang dipandang sebagai penghinaan besar oleh komunitas internasional terhadap penguasa kulit putih Afrika Selatan.

Penobatan Desmond Tutu sebagai Uskup Agung Cape Town dihadiri oleh Uskup Agung Canterbury saat itu, Dr Robert Runcie, dan janda Martin Luther King.

Sebagai kepala Gereja Anglikan di Afrika Selatan, dia terus aktif berkampanye melawan apartheid. Pada Maret 1988, dia menyatakan, "Kami menolak diperlakukan sebagai keset bagi pemerintah untuk membersihkan sepatu botnya."

Enam bulan kemudian, dia mempertaruhkan kemungkinan dipenjara lantaran menyerukan boikot pemilihan tingkat kota.

Dia terjebak dalam tembakan gas air mata pada Agustus 1989, ketika polisi mengambil tindakan terhadap orang-orang yang meninggalkan gereja di sebuah kota kecil dekat Cape Town, dan bulan berikutnya, dia ditangkap setelah menolak untuk meninggalkan rapat umum yang dilarang.

Sebagai uskup agung, seruannya untuk sanksi hukuman terhadap Afrika Selatan menyentuh seluruh dunia, terutama karena dibarengi dengan kecaman total atas aksi-aksi kekerasan.

Pada 1985, Tutu dan uskup lainnya dengan berani dan dramatis menyelamatkan seorang tersangka informan polisi ketika dia diserang dan akan dibakar sampai mati oleh massa yang marah di sebuah kota kecil di sebelah timur kota utama Afrika Selatan, Johannesburg.

Para pastor menghalau massa dan menolong sang pria yang setengah sadar dan berdarah-darah, sesaat sebelum ban yang disiram bensin di lehernya dibakar.

Tutu kemudian kembali menegur para penyerang pria itu, dan mengingatkan mereka tentang "perlunya menggunakan cara benar dan adil demi perjuangan yang benar dan adil".

Tutu menyambut hangat reformasi liberalisasi yang diumumkan oleh Presiden FW de Klerk tidak lama setelah ia menjabat.

Upaya itu termasuk pencabutan larangan Kongres Nasional Afrika (ANC) dan pembebasan Nelson Mandela pada Februari 1990.

Segera setelah itu, Tutu mengumumkan larangan pastor bergabung dengan partai politik, yang dikutuk oleh gereja-gereja lain.

Tentang Israel dan Palestina

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved