Breaking News

Berita Internasional

Mengenang Desmond Tutu: Pastor dari Afrika Selatan yang Menginspirasi, Suka Memberontak dan Humoris

Desmond Tutu adalah pastor Afrika Selatan yang murah senyum dan kepribadiannya yang kuat membuatnya mempunyai banyak teman dan pengagum di dunia.

Editor: Agustinus Sape
RODGER BOSCH/AFP
Seorang pelayat menyematkan bunga di dekat Katedral St. Georges, di mana Tembok Peringatan untuk ikon anti-apartheid Afrika Selatan Uskup Agung Desmond Tutu, dipasang setelah berita kematiannya, di Cape Town pada 26 Desember 2021. 

Mengenang Desmond Tutu: Pastor dari Afrika Selatan yang Menginspirasi, Suka Memberontak, dan Humoris

POS-KUPANG.COM - Desmond Tutu adalah pastor Afrika Selatan yang murah senyum dan kepribadiannya yang kuat membuatnya mempunyai banyak teman dan pengagum di seluruh dunia.

Saat Desmond Tutu berpulang pada usia 90 tahun, sehari setelah Natal, para pemimpin dunia menyampaikan penghormatan kepada sosoknya yang dianggap sebagai salah seorang pahlawan gerakan menentang apartheid di Afrika Selatan.

Presiden AS Joe Biden mengatakan dirinya bersama istri mengagumi keberanian dan kejelasan moral mantan Uskup Agung Cape Town itu.

Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut Tutu sebagai sosok yang besar bagi perdamaian dan inspirasi berbagai generasi.

Adapun pemimpin Tibet di pengasingan, Dalai Lama mengatakan Desmond Tutu adalah inspirasi bagi dunia.

Yayasan Nelson Mandela menggambarkan Tutu sebagai manusia luar biasa yang menjadi pemikir, pemimpin dan penggembala.

Datang dari kota kecil penghasil emas yang dulu dikenal sebagai Transvaal, Desmond Mpilo Tutu lahir pada tahun 1931.

Sebagai pemuka gereja berkulit hitam yang terkenal, ia akhirnya terseret ke pusaran perjuangan menentang kekuasaan kelompok minoritas kulit putih tetapi selalu menegaskan bahwa motifnya berlatar belakang agama, bukan politik.

Pemimpin Afrika Selatan Nelson Mandela mengangkatnya sebagai ketua Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dibentuk untuk menyelidiki kejahatan yang dilakukan oleh kedua kubu selama era apartheid.

Tutu juga disebut sebagai sosok yang membuat istilah Rainbow Nation atau Bangsa Pelangi untuk menggambarkan keragaman etnik pasca-apartheid di Afrika Selatan.

Pada awalnya ia mengikuti jejak ayahnya sebagai guru, tetapi meninggalkan kariernya setelah pengesahan Akta Pendidikan pada 1953 sebagai landasan aturan segregasi rasial di sekolah-sekolah.

Ia masuk ke lingkungan gereja dan sangat dipengaruhi oleh banyak pastor kulit putih di Afrika Selatan, khususnya sosok lain yang juga menentang keras sistem apartheid, Uskup Trevor Huddleston.

Ia menjabat sebagai uskup Lesotho dari 1976-78, asisten uskup Johannesburg, dan rektor sebuah paroki di Soweto, sebelum diangkat sebagai uskup Johannesburg.

Sebagai seorang dekan, dia pertama kali mulai bersuara menentang ketidakadilan di Afrika Selatan dan sejak 1977 serta seterusnya sebagai Sekretaris jenderal Dewan Gereja Afrika Selatan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved