Berita Internasional

Mengenang Desmond Tutu: Pastor dari Afrika Selatan yang Menginspirasi, Suka Memberontak dan Humoris

Desmond Tutu adalah pastor Afrika Selatan yang murah senyum dan kepribadiannya yang kuat membuatnya mempunyai banyak teman dan pengagum di dunia.

Editor: Agustinus Sape
RODGER BOSCH/AFP
Seorang pelayat menyematkan bunga di dekat Katedral St. Georges, di mana Tembok Peringatan untuk ikon anti-apartheid Afrika Selatan Uskup Agung Desmond Tutu, dipasang setelah berita kematiannya, di Cape Town pada 26 Desember 2021. 

Dia juga bisa kritis terhadap gereja Anglikannya sendiri terutama setelah pertikaian tentang penahbisan uskup gay.

Pernah menjadi pemberontak

"Tuhan sedang menangis," dia pernah berkata ketika dia menuduh gereja membiarkan "obsesi" dengan homoseksualitas agar didahulukan ketimbang perjuangan melawan kemiskinan dunia.

Dia kembali ke persoalan kemiskinan ketika dia mengunjungi Irlandia pada 2010. Dia mendesak negara-negara Barat supaya mempertimbangkan dampak pemotongan bantuan luar negeri di tengah kemerosotan ekonomi.

Tutu secara resmi pensiun dari kehidupan publik pada tahun yang sama, ujarnya, dan menghabiskan lebih banyak waktu "minum teh semak merah dan menonton kriket" ketimbang berada "di bandara dan hotel".

Tetapi walau pernah menjadi pemberontak, dia muncul dalam mendukung bantuan bunuh diri pada 2014, dengan menyatakan bahwa kehidupan tidak boleh dipertahankan "dengan biaya berapa pun".

Bertentangan dengan pandangan banyak tokoh gereja, dia berpendapat bahwa manusia berhak memilih untuk mati.

Dia mengatakan sahabat karibnya dan rekan kampanye Mandela, yang meninggal pada Desember 2013, telah menderita penyakit yang lama dan menyakitkan yang menurutnya "penghinaan terhadap martabat Madiba".

Pada 2017, Tutu dengan tajam mengkritik pemimpin Myanmar dan sesama peraih Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi, dengan mengatakan "tidak sesuai untuk simbol kebenaran" memimpin negara di mana minoritas Muslim menghadapi "pembersihan etnis".

Belakangan, dia menentang keputusan Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota resmi Israel. "Tuhan sedang menangis," demikian cuitannya di Twitter, atas tindakan "menghasut & diskriminatif" ini.

Seorang pria kecil, "The Arch", begitu ia dikenal, suka berteman dan bersemangat, memancarkan semangat kegembiraan meskipun memiliki misi yang kuat.

Dia cerdas, dan percakapannya sering diselingi oleh tawa riang.

Tapi di luar ini, Desmond Tutu adalah seorang pria dengan keyakinan moral yang kuat tanpa cela yang berusaha untuk mewujudkan Afrika Selatan yang damai.*

Sumber: bbc.com

Berita Internasional lainnya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved