Berita Internasional

Mengenang Desmond Tutu: Pastor dari Afrika Selatan yang Menginspirasi, Suka Memberontak dan Humoris

Desmond Tutu adalah pastor Afrika Selatan yang murah senyum dan kepribadiannya yang kuat membuatnya mempunyai banyak teman dan pengagum di dunia.

Editor: Agustinus Sape
RODGER BOSCH/AFP
Seorang pelayat menyematkan bunga di dekat Katedral St. Georges, di mana Tembok Peringatan untuk ikon anti-apartheid Afrika Selatan Uskup Agung Desmond Tutu, dipasang setelah berita kematiannya, di Cape Town pada 26 Desember 2021. 

Dia tak pernah takut untuk menyuarakan pendapatnya.

Pada April 1989, ketika dia pergi ke Birmingham di Inggris, dia mengkritik apa yang dia sebut bahwa Inggris merupakan "dua negara", dan mengatakan ada terlalu banyak orang kulit hitam di penjara negara itu.

Kemudian dia membuat marah warga Israel ketika, selama ziarah Natal ke Tanah Suci, dia membandingkan orang kulit hitam Afrika Selatan dengan masyarakat Arab di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki.

Dia mengatakan dia tidak dapat memahami bagaimana orang-orang yang telah menderita seperti orang-orang Yahudi, dapat menimbulkan penderitaan seperti itu pada orang-orang Palestina.

Desmond Tutu sangat mengagumi Nelson Mandela, tetapi tidak selalu setuju dengannya dalam isu-isu seperti penggunaan kekerasan demi mengejar keadilan.

Pada November 1995, Mandela, yang saat itu menjadi presiden Afrika Selatan, meminta Tutu untuk mengepalai Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, dengan tugas mengumpulkan bukti kejahatan era apartheid dan merekomendasikan apakah orang yang mengaku terlibat harus menerima amnesti.

Di akhir penyelidikan komisi, Tutu menyerang mantan pemimpin kulit putih Afrika Selatan, dengan mengatakan sebagian besar dari mereka berbohong dalam kesaksian mereka.

Komisi juga menuduh ANC melakukan pelanggaran hak asasi manusia selama perjuangannya melawan apartheid. Kedua belah pihak menolak laporan tersebut.

Berurai air mata

Tutu sering diliputi kepedihan terhadap mereka yang menderita di bawah apartheid dan, pada lebih dari satu kesempatan, dia tak kuasa menahan tangisnya.

Dia juga menemukan banyak hal untuk dikritik dalam pemerintahan mayoritas kulit hitam baru di Afrika Selatan.

Uskup Agung Desmond Tutu terharu sampai menitikkan air mata pada kebaktian gereja terakhir TRC pada 2003.
Uskup Agung Desmond Tutu terharu sampai menitikkan air mata pada kebaktian gereja terakhir TRC pada 2003. (ORYX MEDIA ARCHIVE/GALLO IMAGES)

Dia melancarkan serangan pedas terhadap pemerintahan ANC yang dipimpin oleh Presiden Thabo Mbeki.

Dia mengatakan ANC belum berbuat cukup untuk mengentaskan kemiskinan di antara orang-orang termiskin di negara itu dan bahwa terlalu banyak kekayaan dan kekuasaan terkonsentrasi di tangan elite politik kulit hitam yang baru.

Dia kemudian mendesak Jacob Zuma, yang telah dituduh melakukan kejahatan seksual dan korupsi, agar meninggalkan bisnisnya untuk menjadi presiden.

Dia juga vokal mengutuk Robert Mugabe, yang pernah dia gambarkan bahwa presiden Zimbabwe itu sebagai "figur kartun diktator Afrika". Mugabe, pada gilirannya, menggambarkan Tutu sebagai "setan".

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved