Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 23 Oktober 2021: Mumpung Masih Ada Waktu

Kayaknya sudah agak biasa orang menghubungkan kejadian nahas dengan kesalahan dan dosa.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Iman kita mengajarkan bahwa Yesus datang ke dunia dan meyakinkan kita bahwa Dia adalah jalan, kebenaran, dan hidup.

Selama hidup-Nya, Dia mengajarkan dan menunjukkan jalan yang benar agar peziarahan kita tidak salah arah.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 22 Oktober 2021: Peka

Dia menguatkan kita tatkala kita mengalami kelelahan dan kecemasan.

Dia mengangkat kita ketika kita terjatuh.

Dia menjamah dan menyembuhkan ketika kita sakit. Bahkan Dia pun membangkitkan yang mati.

Sewaktu beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan korban yang mereka persembahkan, Yesus memberi tanggapan.

"Sangkamu, orang-orang Galilea itu lebih besar dosanya daripada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak!, kata-Ku kepadamu" (Luk 13:1-2).

Tanggapan Yesus jelas mengungkapkan bahwa orang-orang Galilea mengalami nasib nahas itu, bukan karena dosa yang mereka lakukan.

Malapetaka mengerikan bisa menimpa siapa saja, baik yang berdosa hebat maupun yang berdosa ringan. Terantuk dan terjatuh bisa dialami oleh siapa pun. Apakah dia orang baik-baik atau bejat.

Lagi pula, tidakkah kita saksikan dalam hidup, banyak orang yang sungguh jahat justru beruntung hidupnya. Dan, banyak orang baik malah mengalami nasib sial.

Pemikiran tentang hubungan antara malapetaka sebagai hukuman atas dosa bercokol begitu kuat dalam otak manusia sepanjang masa.

Kitab Keluaran membeberkan dengan panjang lebar kisah bahwa malapetaka menimpa manusia jahat sebagai hukuman Allah (lih. Bab 7-10).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 19 Oktober 2021: Kebugaran

Mesir mengalami musibah demi musibah, sebab demikianlah hukuman Allah atas kekerasan hati Firaun.

Pemazmur sendiri menyerukan dalam doanya, "Tuhan, janganlah menghukum aku dalam geram-Mu. Dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan murka-Mu!" (Mzm 38:2-7).

Namun kisah Ayub memperlihatkan, malapetaka sebagai hukuman atas dosa, dipertanyakan untuk pertama kalinya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved