Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 23 Oktober 2021: Mumpung Masih Ada Waktu
Kayaknya sudah agak biasa orang menghubungkan kejadian nahas dengan kesalahan dan dosa.
Renungan Harian Katolik Sabtu 23 Oktober 2021: Mumpung Masih Ada Waktu (Lukas 13:1-9)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Kayaknya sudah agak biasa orang menghubungkan kejadian nahas dengan kesalahan dan dosa.
Ketika menyaksikan ada penjahat yang mengalami peristiwa tragis, terkadang terucap, "Itulah balasannya!"
Tatkala mengalami nasib sial melulu, acapkali orang berujar retoris, "Gue nih salah apa ya, sehingga mengalami kesialan melulu sih?"
Kadangkala terdengar ungkapan "Tuhan mencabut nyawanya". Itu disampaikan saat orang menyaksikan kerabat atau sahabatnya telah menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Terbayangkah, kalau Allah memang mencabut nyawa manusia, betapa sibuknya Allah. Setiap hari terdapat ribuan, bahkan jutaan orang meninggal dunia. Itu terjadi di seantero bumi ini.
Lebih jauh lagi, tak terpikirkah dan tidak terenungkankah, koq Allah mencabuti nyawa manusia yang diciptakan dan dicintai-Nya?
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 21 Oktober 2021: Api Roh Kudus
Filsuf Aristoteles mempunyai pandangannya sendiri tentang penderitaan dan kematian.
Jika penderitaan dan kematian datang, dan orang tidak menerimanya, kita menaruh sikap kasihan. Jika orang dengan tabah menerimanya, kita kagum.
Kasihan dan kekaguman merupakan respons etis atas penderitaan orang lain.
Apabila penderitaan itu datang kepada diri kita sendiri, kerap kita sendiri mengalami kecemasan, kesendirian, dan ketakutan bercampur dengan kepasrahan yang sulit. Kita berada dalam suasana pergumulan yang kadang tak mudah dijalani.
Kalau begitu, apakah peristiwa nahas, penderitaan dan kematian itu sungguh berkaitan dengan kesalahan dan dosa?
Heidegger memberi pandangannya. Kematian itu bukan saat Tuhan mencabut nyawa kita. Kematian itu merupakan sebuah batas peziarahan, perjalanan.
Dalam peziarahan, manusia bergulat dengan pengalaman duka dan kecemasan, kegembiraan dan harapan, tawa dan tangis, beban berat dan ringan, jatuh dan bangun. Dan peziarahan itu bergerak, berarak menuju batas, menuju kematian.