Berita NTT
Atasi Stunting di NTT - Ini yang Disampaikan Bengkel APPeK
Bengkel Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung (APPek) NTT mengatakan, perlu adanya revitalisasi dan restorasi posyandu
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM, KUPANG -- Bengkel Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung (APPek) NTT mengatakan, perlu adanya revitalisasi dan restorasi posyandu dalam rangka penanganan stunting. Posyandu adalah salah satu elemen yang bersentuhan langsung dalam penanganan stunting.
Hal ini disampaikan Direktur Bengkel APPek, Vinsensius Bureni kepada POS-KUPANG.COM, Selasa 12 Oktober 2021.
Menurut Vinsensius, pihaknya juga selama ini melakukan advokasi terhadap masalah stunting atau gizi kurang.
Salah satu ujung tombaknya ada di posyandu, karena itu revitalisasi dan restorasi posyandu sangat diperlukan, untuk lebih dekat dengan persoalan stunting dan tidak sekedar ada jadwal memberikan makanan.
Baca juga: Rote Ndao Terbaik dalam Aksi Konvergensi Stunting di NTT
"Perlu restorasi , revitalisasi posyandu, agar lebih dekat dan fokus pelayanan stunting. Jadi posyandu itu tidak sekedar beri makan orang lalu selesai. Kita tanya posyandu kenapa beri makan, mereka katakan , itu sudah jadwal dan supaya sehat. Jadi perlu restorasi posyandu," kata Vinsen.
Dijelaskan, sebelum banyak orang bicara soal stunting, Bengkel APPeK telah bergerak di bidang tersebut.
"Sebelum orang ribut bicara soal stunting, kita di Bengkel APPeK sudah bergerak hal itu. Kita sudah mendarah daging . Sekarang bagaimana kelanjutannya, adalah memperhatikan persoalan sensitif dan spesifik, yakni pelayanan kesehatan ibu hamil nol bulan hingga 100 hari," katanya.
Dijelaskan, pelayanan sensitif itu seperti mendorong masyarakat bertani berkebun dan sebagainya.
"Sekarang mau bicara soal upaya pencegahan stunting, tidak lagi dengan program khusus tapi terintegrasi dalam setiap gerakan program yang ada. Dorong menanam sayuran, buah, kemudian konsumsi makanan bergizi," katanya.
Baca juga: Kerja Keras Gubernur dan Wagub VBL-JNS Sukses Turunkan Stunting di NTT
Dikatakan, masalah stunting ini ada kaitan dengan Covid-19, dan akan menjadi rutinitas yang terjadi di masyarakat. Karena sampai kini belum diketahui kapan kasus Covid-19 berakhir.
"Kami juga dorong orang banyak makan ikan, menanam sayur dan makan sayur. Tujuannya agar ibu hamil bisa konsumsi makanan bergizi," ujarnya.
Dikatakan, mengapa penting menjadi urusan semua pihak, karena stunting (manusia terlalu pendek dan pendek) adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita dibawah umur lima tahun.
"Kondisi ini akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dan simulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 hari kehidupan pertama manusia (sejak janin – 2 tahun).Kami juga mendorong komunitas dampingan untuk memanfaatkan lahan pertanian agar menanam tanaman beragam pangan dan memperhatikan asupan gizi bagi keluarga pada 1000 hari kelahiran," ujarnya.
Vinsensius mengatakan, stunting diyakini sebagai sebuah persoalan publik yang benar-benar akan mencemaskan masa depan bangsa dan khususnya NTT pada masa yang akan datang baik secara ekonomi maupun dari aspek kecerdasan dan pertumbuhan bayi-balita.
"Risiko kecerdasan dan kesehatan anak, stunting berisiko pada hambatan pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap penyakit, serta berpengaruh pada kecerdasan dan produktivitas anak pada masa yang akan datang," ujarnya. (*)