Timor Leste
Timor Leste Diacungi Jempol, Mampu Hadapi Covid-19 dengan Korban Paling Minim di Dunia, Indonesia?
Timor Leste kini menjadi bahan pergunjingan dunia internasional. Negara itu disebut-sebut paling sukses menangani virus covid-19.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA – Timor Leste kini menjadi bahan pergunjingan dunia internasional. Negara itu disebut-sebut paling sukses menangani virus covid-19.
Pasalnya, walau negara kecil itu terkategori paling miskin di dunia, tapi pemerintahnya mampu menghadapi penyakit yang paling ditakuti negara-negara di dunia.
Kehebatan Timor Leste itulah kini diakui dunia, karena mampu menangani virus yang paling mematikan di abad ini.
Kesuksesan pemerintah di Negara Timor Leste tersebut berbanding terbalik dengan yang terjadi di Indonesia.
Di Indonesia, gara-gara virus covid-19, ribuan nyawa warga melayang. Anggaran untuk penangannya pun demikian tinggi.
Padahal, Indonesia terkategori negara yang paling siap menghadapi penyakit ini dibandingkan dengan pemerintah Timor Leste.
Kesiapan pemerintah Indonesia itu dalam pelbagai bidang, baik fasilitas kesehatan, anggaran, kemampuan medis, kecerdasan masyarakat maupun hal lainnya.
Baca juga: Ingin Jadi Presiden Timor Leste, Mantan Pastor Gusmao Bakal Berhadapan dengan Pesaing Perempuan
Sedangkan Timor Leste, negara yang menghadapi covid-19 dalam berbagai keterbatasan.
Akan tetapi Timor Leste justeru lebih hebat dibandingkan dengan Indonesia. Korban yang meninggal dunia akibat covid, bisa dihitung dengan jari, sedangkan Indonesia, tak terkira korban jiwanya.
Atas kehebatan Timor Leste itulah, kni dunia memberikan apresiasi yang luar biasa kepada pemerintah di negara tersebut.
Dunia internasional pun bertanya-tanya, apa strategi Timor Leste dalam menghadapi wabah Covid-19 sehingga kehebatannya diakui dunia?
Untuk diketahui, sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global pada Maret 2020, virus corona menginfeksi 81 juta orang di seluruh dunia dan merenggut kehidupan jutaan jiwa.
Bila di negara-negara maju, pandemi covid-19 dihadapi dengan teknologi kesehatan yang hebat, tenaga medis juga luar biasa.
Sedangkan di Timor Leste, pemerintah menghadapi pandemi covid-19 dengan pelbagai keterbatasan.
Fasilitas kesehatan serba minim, tenaga medis relative kurang, pendapatan perkapitanya pun rendah.
Baca juga: Timor Leste Berlakukan Pembatasan Wajib di Kota Dili dengan Kasus Covid-19 Varian Delta Paling Parah
Menurut John Hopkins University dan Google, total kasus Covid-19 di negara kecil itu mungkin paling kecil di dunia.
Bahkan korban yang meninggal dunia akibat penyakit itu pun sangat sedikit jumlahnya bila dibandingkan dengan negara lain di dunia.
Dilansir dari East Asia Forum, penanggulangan Covid-19 di Timor Leste sangat serius.
Penanganannya mengesampingkan perdebatan politik yang menyeruak terkait situasi pandemi di negara itu.
Pada Maret 2021 lalu, misalnya semua partai politik sepakat meminta Presiden Timor Leste Fransisco Guterres mengumumkan keadaan darurat.
Presiden Guterres juga diminta untuk menangguhkan beberapa hak politik dan jaminan konstitusional.
Tindakan tegas itu dianggap perlu dilakukan untuk mencegah masuknya penyakit itu ke Timor Leste kemudian mewabah dan menulari masyarakat setempat.
Dilansir dari Al Jazera, Direktur Eksekutif Program Kegawatdaruratan Kesehatan WHO, Michael Ryan, memuji keberhasilan Timor Leste mengendalikan Covid-19.
Baca juga: Nasib Rakyat Timor Leste Makin Menyedihkan, Meski Sudah Merdeka Tapi Rakyat Tak Punya Apa-Apa, Lho?
Keberhasilan tersebut dinilai menggembirakan. Pasalnya, Timor Leste hingga kini masih bergantung pada dukungan berbasis PBB dan LSM.
Negara dengan populasi 1,2 juta jiwa dinilai sangat tegas dalam menekan penyebaran virus corona.
Peneliti di LSM Lao Hamutuk berbasis di ibu kota Dili, Mariano Ferreira akui Pemerintah Timor Leste sangat cepat memberlakukan keadaan darurat sejak kasus pertama muncul pada 21 Maret.
“Semua kegiatan publik dan swasta, serta layanan pemerintah ditutup, bahkan pengumpulan massa tidak diperbolehkan"
"Jadi kami merasa benar-benar darurat dan semua orang kembali ke kampung halaman (dari Dili) dan tinggal di sana,” kata Ferreira kepada Al Jazeera.
Fereira, yang memantau lembaga pemerintahan di Timor Leste selama 12 tahun mengatakan pemerintah juga menutup sekolah.
Pemerintah Timor Leste juga memperpanjang keadaan darurat itu hingga saat ini.
Perbatasan masih ditutup untuk sebagian besar orang asing kecuali penduduk asli.
Baca juga: Rakyat Timor Leste Bocorkan Masalah Pelik Pemerintah, Sebut Merdeka Tapi tak Miliki Apa-apa
Selain itu, penerbangan internasional juga ditangguhkan kecuali untuk urusan pemerintahan dan kemanusiaan.
Mereka diperbolehkan masuk Timor Leste wajib dikarantina selama 14 hari di fasilitas yang dikelola pemerintah.
Selain pemerintah Timor Leste, rakyat juga ikut berperan dalam mengendalikan penyebarab virus corona.
Sejumlah warga secara sukarela menyediakan rumah mereka kepada pemerintah sebagai tempat karantina untuk ribuan orang.
Warga juga mengawasi mereka yang memasuki Timor Leste melalui jalur darat dari Indonesia.
Perbatasan dibuka sepekan sekali untuk warga yang ingin kembali ke rumah.
Sekretaris Jenderal Palang Merah Timor Leste (CVTL), Anacleto Bento Ferreira akui pemerintah Timor Leste juga semeakin memperketat kontrol di perbatasan.
“Pemerintah juga memperketat pengawasan di wilayah perbatasan untuk mengantisipasi penularan Covid-19 dari Indonesia,” kata Bento Ferreira.
Dia menambahkan, kontrol perbatasan yang ketat dan karantina negara telah memberikan waktu berharga untuk memperkuat sistem kesehatannya.
Baca juga: Ingin Jadi Presiden Timor Leste, Pastor Gusmao Mundur dari Jabatan Imam Katolik

Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan Timor Leste juga sedikit demi sedikit diubah.
Pada awal pandemi merebak, Timor Leste tidak memiliki fasilitas pengujian Covid-19.
Sehingga, sampel pengujin dikirim ke Australia dan hasilnya beru diterima sekitar dua hingga empat hari kerja kemudian.
Namun sekarang, Timor Leste dapat melakukan tes Covid-19 di dalam negeri.
Pemerintah Timor Leste juga telah menyusun strategi pengujian dan menerapkan pengawasan aktif.
Hingga Senin lalu, negara tersebut telah mengetes 16.400 orang.
Meski jumlah pengetesan dianggap lebih sedikit dibandingkan negara tetangganya, para ahli berpendapat Timor Leste tidak menutupi kasus Covid-19 di negaranya.
Salah satu akedemisi dari New South Wales University, Augustine Asante, menuturkan Timor Leste memang tak mengalami lonjakan jumlah pasien.
Pihaknya juga tidak melihat peningkatan kematian yang tidak normal.
Baca juga: Timor Leste Kembali Terjebak, Perusahaan Australia Menangkan Kesepakatan Pengeboran Minyak Buffalo
Terlepas semakin meningkatnya perawatan kesehatan di Timor Leste, negara tersebut masih menghadapi permasalahan kesehatan lain.
“Jumlah Unit Perawatan Intensif (ICU) di seluruh negeri terbatas. Lebih penting lagi, keahlian klinis yang terbatas untuk menangani pasien yang sakit kritis menggunakan ventilator,” kata kantor WHO di Dili.
Asante mengatakan, Timor Leste juga masih melaporkan tingkat tuberkulosis tertinggi di dunia, sekitar 500 kasus per 100.000 orang.
“Selain itu, terdapat malnutrisi kronis, tingkat merokok yang tinggi, dan kualitas layanan kesehatan yang buruk"
"yang semuanya mempersulit upaya pemerintah untuk mengendalikan tuberkulosis dan meningkatkan hasil kesehatan secara umum,” katanya kepada Al Jazeera. (*)
Berita Lain Terkait Timor Leste
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Dunia Akui Kehebatan Timor Leste, Tidak Ada yang Meninggal Akibat Covid-19, Seperti Apa Strageginya?