Breaking News

Karolina Yunita Liwulangi : Bekerja Bukan Tentang Apa yang Dikerjakan Tapi Bagaimana Mengerjakannya

ketat didalam keluarganya yakni jika sedang berada di mobil bersama - sama, semua handphone dimatikan baik suami, anak - anak

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG.COM/ISTIMEWA
Karolina Yunita Yalla-Liwulangi 

Dibalik setiap keputusannya, Nita mengakui ada keluarga yang selalu mendukungnya, terutama sang suami, Yesaya Yalla.

"Saya beruntung suami saya itu bersedia membantu saya dan selalu mendukung," ungkapnya.

Baca juga: Airlangga : Saya Berharap ITI-PII Membantu Pemerintah Buat Centra Vaksin di Kampus 

Dimasa pandemi, saat semua kegiatan dilakukan dari rumah, Nita akhirnya bisa menghabiskan waktu lebih banyak lagi karena ketiga anaknya bisa diajak ke tempatnya bekerja.

Meski demikian ada satu aturan yang ditetapkan dengan ketat didalam keluarganya yakni jika sedang berada di mobil bersama - sama, semua handphone dimatikan baik suami, anak - anak maupun dirinya sendiri.

"Karena di mobil, saat jalan itu waktu yang tepat untuk kita membicarakan banyak hal karena kalau di rumah anak - anak pasti lebih memilih main game," ujarnya.

Bangga dengan Ibunya

Terlahir sebagai anak pertama dari pasangan Lusia Nawiah dan Donatus Liwulangi (Alm) yang harus kehilangan sang ayah sejak umur 5 tahun, Nita terbiasa melakukan apa saja untuk bisa membantu ibunya membiayai adik - adiknya.

"Dari dulu saya sudah tahu bahwa nanti saya yang akan urus mereka (adik - adik)," katanya. Ibunya menikah lagi pada saat Nita masih di bangku Sekolah Dasar dengan Jerri Dominggus Soares yang menjadi ayah sambung bagi Nita dan adik - adiknya.

Baca juga: PHBI Kota Kupang Akan Salurkan Daging Kurban ke Masyarakat Langsung di Rumah

"Puji Tuhan, mama menikah dengan orang yang baik dan sabar seperti bapa Yeri. Dari bapa saya belajar untuk baca Alkitab dan perkatakan firman Tuhan," ujarnya.

Bahkan diusia yang masih belia, Nita sudah akrab dengan kerasnya hidup hingga ada pada titik dimana dalam sehari hanya bisa makan satu kali dan terkadang makannya cuma nasi.

Dalam keadaan seperti itu, sang ibu masih sempat menyisihkan uang untuk membayar les Bahasa Inggris yang diikuti Nita.

"Dizaman itu belum ada yang terpikirkan untuk mengikuti les tapi mama sudah memikirkan itu. Dia membayar les dan saya rasa itu adalah investasi terbesar dalam hidup saya," kenangnya.

Keinginan Nita untuk bisa menguasai bahasa Inggris adalah karena ingin seperti sang ayah.

Baca juga: Karya Bhakti Pembersihan Gereja GMIT Purna Lattis Oleh Satgas Pamtas RI - RDTL Yonif 743/PSY

"Mama cerita kalau papa itu jago Bahasa Inggris jadi saya ingin seperti papa. Karena saya anaknya pasti saya bisa," ungkapnya.

Selain itu, salah satu hal yang membuat Nita bangga adalah ibunya adalah pekerja keras. Dari beliau, Nita belajar banyak tentang etos kerja , kerendahan hati dan bertahan di situasi sulit sekalipun.(*)

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved